Jumat, 31 Maret 2017

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI



KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

1. Perkembangan Fisik-Motorik
          Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama. Ada yang mengalami pertumbuhan secara cepat, ada pula yang lambat. Pada masa kanak-kanak pertambahan tinggi dan pertambahan berat badan relatif seimbang. Perkembangan motorik anak terdiri dari dua, ada yang kasar dan ada yang halus (John W. Santrock, Life Span Development).
          Perkembangan motorik kasar seorang anak pada usia 3 tahun adalah melakukan gerakan sederhana seperti berjingkrak, melompat, berlari ke sana ke mari dan ini menunjukkan kebanggaan dan prestasi. Sedangkan usia 4 tahun, si anak tetap melakukan gerakan yang sama, tetapi sudah berani mengambil resiko seperti jika si anak dapat naik tangga dengan satu kaki lalu dapat turun dengan cara yang sama dan memperhatikan waktupada setiap langkah. Lalu, pada usia 5 tahun si anak lebih percaya diri dengan mencoba untuk berlomba dengan teman sebayanya atau orang tuanya.
          Usia 3 tahun adalah usia bagi anak dengan tingkat aktivitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia. Sebab tingkat aktivitas yang tinggi dan perkembangan otot besar mereka (lengan dan kaki) maka anak-anak pra sekolah perlu olah raga seharĂ­-hari. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat seperti bermain balok, kadang sulit menyusun balok sampai tinggi sebab khawatir tidak akan sempurna susunannya.
          Pada usia 5 tahun, mereka sudah memiliki koordinasi mata yang bagus dengan memadukan tangan, lengan, dan anggota tubuh lainnya untuk bergerak. Hal ini tidak terlepas dari ciri anak yang selalu bergerak dan selalu ingin bermain sebab dunia mereka adalah dunia bermain dan merupakan proses belajar.
2. Perkembangan Kognitif
          Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition atau knowing berarti konsep luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak dalam pemerolehan, organisasi/penataan dan penggunaan pengetahuan.
          Ada 2 teori utama perkembangan kognitif, yakni: teori pembelajaran dan teori perkembangan kognitif.
          Konsep utama dari teori pembelajaran adalah pelaziman, digunakan untuk memahami bayi. Ada dua bentuk pelaziman. Pertama, pelaziman klasik berlangsung ketika suatu stimulus yang semula netral, seperti bunyi bel yang muncul bersamaan sengan stimulus tidak bersyarat seperti susu yang mengalir dari dot ke dalam mulut si anak sehingga si anak akan terbiasa, jika bunyi bel berulangkali dihubungkan dengan pengalaman mendapatkan susu dari dot, maka bayi akan mulai mengisap begitu ia mendengar bunyi bel. Kedua, pelaziman instrumental, seperti bila bayi terus senyum disaat ayah menggelitik perutnya, lalu bayi tersenyum kembali, maka pelaziman ini mungkin sedang berlangsung.
          Sementara jika mengacu pada teori yang dikemukakan Peaget, seorang pakar psikologi kognitif dan psikologi anak, dapat disimpulkan 4 tahap perkembangan kognitif , yaitu:
a.  Tahap sensori motor, terjadi pada usia 0-2 tahun.
b. Tahap pra operasional, terjadi pada usia 2-7 tahun.
c.  Tahap konkrit operasional, terjadi pada usia 7-11 tahun.
d. Tahap formal operasional, terjadi pada usia 11-15 tahun.
Khusus untuk anak usia dini, tahapan perkembangan yang paling bisa dilihat adalah tahap 1 dan 2. Terdapat dua bekal kapasitas yang dibawa bayi sejak lahir.
          Pertama, bekal kapasitas jasmani yang ditunj ukkan dengan dua gerakan refleks, yakni: grasp reflex berupa gerakan otomatis untuk menggenggam dan rooting reflex berupa gerakan kepala dan mulut yang terjadi secara otomatis jika setiap kali pipinya disentuh, kepalanya akan berbalik atau bergerak ke arah datangnya rangsangan lalu mulutnya terbuka dan terus mencari hingga ketemu puting susu ibu atau puting susu dot untuknya. Lalu, gerakan refleks ini terjadi pada usia 0 s/d 5 bulan serta belum memerlukan ranah kognitif sebab sel-sel otaknya belum berfungsi matang sebagai alat pengendali.
          Kedua, bekal kapasitas sensori berlaku bersamaan dengan berlakunya refleks-refleks motor tadi bahkan kadang lebih baik. Hal ini terbukti dengan adanya kemampuan pengaturan nafas, penyedotan dan tanda-tanda respons terhadap stimulus. Juga adanya kemampuan mereka untuk membedakan suara keras dan kasar dengan suara lembut ibunya dari pada ayahnya dan orang lain.
          Tahap sensori motor yang berlangsung pada usia 0-2 tahun merupakan bagian dari perkembangan kognitif yang tampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulasi sensorik. Anak membentuk representasi mental, dapat meniru tindakan masa lalu orang lain, dan merancang sarana baru untuk memecahkan masalah dengan menggabungkan secara mental skema dengan pengetahuan yang diperolehnya. Inteligensi anak masih bersifat primitif yakni didasarkan pada perilaku terbuka (tindakan konkret dan bukan imajiner atau yang hanya dibayangkan saja). Hal ini amat pe nting karena menjadi fondasi untuk tipe-tipe intelegensi tertentu yang ak an dimiliki anak kelak. Lalu, pada usia 18-24 bulan muncul kemampuan untuk mengenal objek permanen atau telah menjadi cakap dalam berpikir simbolik.
          Sedangkan usia 2-7 tahun, si anak berada dalam periode perkembangan kognitif pra-operasional yakni usia di mana penguasaan sempurna akan objek permanen dimiliki. Artinya, si anak memiliki kesadaran akan eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada. Juga mengembangkan peniruan yang tertunda seperti ketika ia melihat perilaku orang lain seperti saat orang merespons barang, orang, keadaan dan kejadian yang dihadapi pada masa lalu.
3. Perkembangan Sosio Emosional
          Karakteristik perkembangan anak usia dini dalam hal ini dapat dilihat berdasarkan 3 tipe temperamen anak menurut para psikolog, yakni:
a.  Anak yang mudah diatur
b. Anak yang sulit diatur
c.  Anak yang membutuhkan waktu pemanasan yang lama (Ariavita Purnamasari, Kamus Perkembangan Bayi & Balita, Jakarta: Erlangga).
4. Perkembangan Bahasa
          Perkembangan ini mulai sejak awal kehidupan. Sampai anak berusia 5 bulan (0-1 tahun), seorang anak akan mengoceh seperti orang yang sedang berbicara dengan rangkaian suara yang teratur, walaupun suara dikeluar kan ketika berusia 2 bulan. Di sini terjadi penerimaan percakapan dan di skriminasi suara percakapan. Ocehan dimulai untuk menyusun dasar bahasa.
          Lalu pada usia satu tahun si anak dapat menyebut 1 kata atau periode holoprastik. Kemudian usia 18-24 bulan, anak mengalami percepatan perbendaharaan kata dengan memp roduksi kalimat dua atau tiga kata disebut periode telegrafik se bab menghilangkan tanda atau bagian kecil tata bahasa dan mengabaikan kata yang kurang penting.
          Selanjutnya pada usia 2,5-5 tahun, pengucapan kata meningkat. Bahasa anak mirip orang dewasa. Anak mulai memproduksi ujaran yang lebih panjang, kadang secara gramatik, kadang tidak. Lalu, pada usia 6 tahun ke atas, anak mengucapkan kata seperti orang dewasa. Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara, antara lain:
a.  Intelegensi.
b. Jenis disiplin.
c.  Posisi urutan.
d. Besarnya keluarga.
e.  Status sosial ekonomi.
f.  Status ras.
g.  Berbahasa dua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar