KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
1. Perkembangan
Fisik-Motorik
Pertumbuhan fisik pada setiap anak
tidak selalu sama. Ada yang mengalami pertumbuhan secara cepat, ada pula yang
lambat. Pada masa kanak-kanak pertambahan tinggi dan pertambahan berat badan
relatif seimbang. Perkembangan motorik anak terdiri dari dua, ada yang kasar
dan ada yang halus (John W. Santrock, Life Span Development).
Perkembangan motorik kasar seorang
anak pada usia 3 tahun adalah melakukan gerakan sederhana seperti berjingkrak,
melompat, berlari ke sana ke mari dan ini menunjukkan kebanggaan dan prestasi.
Sedangkan usia 4 tahun, si anak tetap melakukan gerakan yang sama, tetapi sudah
berani mengambil resiko seperti jika si anak dapat naik tangga dengan satu kaki
lalu dapat turun dengan cara yang sama dan memperhatikan waktupada setiap
langkah. Lalu, pada usia 5 tahun si anak lebih percaya diri dengan mencoba
untuk berlomba dengan teman sebayanya atau orang tuanya.
Usia 3 tahun adalah usia bagi anak
dengan tingkat aktivitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia. Sebab
tingkat aktivitas yang tinggi dan perkembangan otot besar mereka (lengan dan
kaki) maka anak-anak pra sekolah perlu olah raga seharĂ-hari. Pada usia 4
tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi
lebih tepat seperti bermain balok, kadang sulit menyusun balok sampai tinggi
sebab khawatir tidak akan sempurna susunannya.
Pada usia 5 tahun, mereka sudah
memiliki koordinasi mata yang bagus dengan memadukan tangan, lengan, dan
anggota tubuh lainnya untuk bergerak. Hal ini tidak terlepas dari ciri anak
yang selalu bergerak dan selalu ingin bermain sebab dunia mereka adalah dunia
bermain dan merupakan proses belajar.
2. Perkembangan
Kognitif
Istilah kognitif (cognitive)
berasal dari kata cognition atau knowing berarti konsep luas dan
inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak dalam pemerolehan,
organisasi/penataan dan penggunaan pengetahuan.
Ada 2 teori utama perkembangan
kognitif, yakni: teori pembelajaran dan teori perkembangan kognitif.
Konsep utama dari teori pembelajaran
adalah pelaziman, digunakan untuk memahami bayi. Ada dua bentuk pelaziman.
Pertama, pelaziman klasik berlangsung ketika suatu stimulus yang semula netral,
seperti bunyi bel yang muncul bersamaan sengan stimulus tidak bersyarat seperti
susu yang mengalir dari dot ke dalam mulut si anak sehingga si anak akan
terbiasa, jika bunyi bel berulangkali dihubungkan dengan pengalaman mendapatkan
susu dari dot, maka bayi akan mulai mengisap begitu ia mendengar bunyi bel.
Kedua, pelaziman instrumental, seperti bila bayi terus senyum disaat ayah
menggelitik perutnya, lalu bayi tersenyum kembali, maka pelaziman ini mungkin
sedang berlangsung.
Sementara jika mengacu pada teori yang
dikemukakan Peaget, seorang pakar psikologi kognitif dan psikologi anak, dapat
disimpulkan 4 tahap perkembangan kognitif , yaitu:
a. Tahap sensori motor, terjadi pada usia 0-2 tahun.
b. Tahap pra operasional, terjadi pada usia 2-7 tahun.
c. Tahap konkrit operasional, terjadi pada usia 7-11 tahun.
d. Tahap formal operasional, terjadi pada usia 11-15 tahun.
Khusus untuk
anak usia dini, tahapan perkembangan yang paling bisa dilihat adalah tahap 1
dan 2. Terdapat dua bekal kapasitas yang dibawa bayi sejak lahir.
Pertama, bekal kapasitas jasmani yang
ditunj ukkan dengan dua gerakan refleks, yakni: grasp reflex berupa gerakan
otomatis untuk menggenggam dan rooting reflex berupa gerakan kepala dan mulut
yang terjadi secara otomatis jika setiap kali pipinya disentuh, kepalanya akan
berbalik atau bergerak ke arah datangnya rangsangan lalu mulutnya terbuka dan
terus mencari hingga ketemu puting susu ibu atau puting susu dot untuknya.
Lalu, gerakan refleks ini terjadi pada usia 0 s/d 5 bulan serta belum
memerlukan ranah kognitif sebab sel-sel otaknya belum berfungsi matang sebagai
alat pengendali.
Kedua, bekal kapasitas sensori berlaku
bersamaan dengan berlakunya refleks-refleks motor tadi bahkan kadang lebih
baik. Hal ini terbukti dengan adanya kemampuan pengaturan nafas, penyedotan dan
tanda-tanda respons terhadap stimulus. Juga adanya kemampuan mereka untuk
membedakan suara keras dan kasar dengan suara lembut ibunya dari pada ayahnya
dan orang lain.
Tahap sensori motor yang berlangsung
pada usia 0-2 tahun merupakan bagian dari perkembangan kognitif yang tampak
dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulasi sensorik. Anak
membentuk representasi mental, dapat meniru tindakan masa lalu orang lain, dan
merancang sarana baru untuk memecahkan masalah dengan menggabungkan secara
mental skema dengan pengetahuan yang diperolehnya. Inteligensi anak masih
bersifat primitif yakni didasarkan pada perilaku terbuka (tindakan konkret dan
bukan imajiner atau yang hanya dibayangkan saja). Hal ini amat pe nting karena
menjadi fondasi untuk tipe-tipe intelegensi tertentu yang ak an dimiliki anak
kelak. Lalu, pada usia 18-24 bulan muncul kemampuan untuk mengenal objek
permanen atau telah menjadi cakap dalam berpikir simbolik.
Sedangkan usia 2-7 tahun, si anak
berada dalam periode perkembangan kognitif pra-operasional yakni usia di mana
penguasaan sempurna akan objek permanen dimiliki. Artinya, si anak memiliki
kesadaran akan eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada. Juga
mengembangkan peniruan yang tertunda seperti ketika ia melihat perilaku orang lain
seperti saat orang merespons barang, orang, keadaan dan kejadian yang dihadapi
pada masa lalu.
3. Perkembangan
Sosio Emosional
Karakteristik perkembangan anak usia
dini dalam hal ini dapat dilihat berdasarkan 3 tipe temperamen anak menurut
para psikolog, yakni:
a. Anak yang mudah diatur
b. Anak yang sulit diatur
c. Anak yang membutuhkan waktu pemanasan yang lama (Ariavita
Purnamasari, Kamus Perkembangan Bayi & Balita, Jakarta: Erlangga).
4. Perkembangan
Bahasa
Perkembangan ini mulai sejak awal
kehidupan. Sampai anak berusia 5 bulan (0-1 tahun), seorang anak akan mengoceh
seperti orang yang sedang berbicara dengan rangkaian suara yang teratur,
walaupun suara dikeluar kan ketika berusia 2 bulan. Di sini terjadi penerimaan
percakapan dan di skriminasi suara percakapan. Ocehan dimulai untuk menyusun
dasar bahasa.
Lalu pada usia satu tahun si anak
dapat menyebut 1 kata atau periode holoprastik. Kemudian usia 18-24 bulan, anak
mengalami percepatan perbendaharaan kata dengan memp roduksi kalimat dua atau
tiga kata disebut periode telegrafik se bab menghilangkan tanda atau bagian
kecil tata bahasa dan mengabaikan kata yang kurang penting.
Selanjutnya pada usia 2,5-5 tahun,
pengucapan kata meningkat. Bahasa anak mirip orang dewasa. Anak mulai
memproduksi ujaran yang lebih panjang, kadang secara gramatik, kadang tidak.
Lalu, pada usia 6 tahun ke atas, anak mengucapkan kata seperti orang dewasa.
Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara, antara
lain:
a. Intelegensi.
b. Jenis disiplin.
c. Posisi urutan.
d. Besarnya keluarga.
e. Status sosial ekonomi.
f. Status ras.
g. Berbahasa dua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar