BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Dewasa ini moral bangsa ini semakin
hancur dan hilang hal ini terbukti dengan adanya perilaku-perilaku amoral yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia terutama kaum muda. Sikap amoral yang
sekarang semakin merajalela di kehidupan masyarakat dan malah sudah dianggap
biasa dan wajar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari
kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya yang membiarkan begitu saja tanpa
dibekali adanya pengetahuan- pengetahuan agama yang dijadikan pedoman hidup
dalam mengarunggi kehidupanya didunia.
Salah satu kunci utama dalam
membenahi akhlak bangsa ini yaitu dengan menitikberatkan pada lingkungan
keluarga dan perlu penyadaran terhadap setiap keluarga bahwasanya pendidikan
akhlak terutama pendidikan akhlak penting untuk diajarkan dan ditanamkan dalam
diri seorang anak. Dalam proses penanaman nilai akhlak ini haruslah pertama
kali ditanamkan nilai-nilai akhlak terhadap diri sendiri karena semua hal itu
dimulai dari diri kita sendiri, setelah diri kita benar-benar tertanam nilai
akhlak maka secara otomatis dapat menjalar dalam aspek-aspek kehidupan yang
lain.
Pada makalah ini
dibahas mengenai akhlak terhadap diri sendiri ,semoga dengan adanya makalah ini
dapat mempermudah kita dalam berakhlak kepada diri kita, dan dapat menjadikan
kita menjadi orang yang benar-benar berakhlak dan menjadi seorang muslim yang
benar-benar bertakwa kepada Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud akhlak
terhadap diri sendiri?
2. Bagaimana akhlak terhadap
diri sendiri?
C. Tujuan
1. Supaya kita tahu apa itu
akhlak terhadap diri sendiri.
2. Mengerti bagaimana akhlak
terhadap diri sendiri.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Pada Diri Sendiri
Menurut
etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab اخلاق
bentuk jamak dari mufradnya khuluq خلق
yang berarti “budi pekerti”. Sedangkan menurut terminologi, kata “budi
pekerti”, budi adalah yang ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran yang
didorong oleh pemikiran, ratio. Budi
disebut juga karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia
karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behaviour.Jadi, budi pekerti
adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan
tingkah laku manusia.[1]
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai
kewajiban terhadap dirinya sendiri. Namun bukan berarti kewajiban ini lebih
penting daripada kewajiban kepada Allah. Dikarenakan kewajiban yang pertama dan
utama bagi manusia adalah mempercayai dengan keyakinan yang sesungguhnya bahwa
“Tiada Tuhan melainkan Allah”. Keyakinan pokok ini merupakan kewajiban terhadap
Allah sekaligus merupakan kewajiban manusia bagi dirinya untuk keselamatannya.
Manusia mempunyai kewajiban kepada
dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan
semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri.
Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani (jasad) dan rohani
(jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia
dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana antara
satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi
haknya masing-masing.[2]
Jadi, yang dimaksud dengan akhlak terhadap
diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani
sifatnya atau rohani . Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita , dan
jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau
bahkan membahayakan jiwa.
Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa
bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat
tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan
tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak,
mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung
dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap
tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa
bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya. Hal itu
semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang
harus kita hindari.
Hati yang berpenyakit seperti iri
dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena
hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa
berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.
Untuk menghindari hal tersebut di atas
maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat
merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi
tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara
penyakit hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit
hati tersebut
Dengki, Orang pendeki adalah orang
yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat buruknya itu.
Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak membenarkan
kedengkian. Rasulullah bersabda: “Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa
Rasulullah Saw. Bersabda, “hati-hatilah pada kedengkian kaerena kedengkian
menghapuskan kebajikan, seperti api yang melahapminyak.”(H.R.Abu Dawud).
Munafiq, Orang yang mereka ucapkan munafiq adalah orang yang
berpura-pura atau ingkar. Apa tidak sama dengan apa yang ada di hati dan
tindakannya. Adapun tanda-tanda orang munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan
dalam hadits, yaitu:
عن أبى هريرة
رضي الله عنه قال: قال رسول االله صلعم. ” أيات المنافقين ثلاث, إذا حدث كذب وإذا
وعد أخلف, وإذا اؤتمن خان
Dari Abu
hurairoh r.a. Rasulullah berkata: ” tanda-tanda orang munafiq ada tiga, jika
ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat
ia berkhianat.” (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa’i)[3]
B. Macam-Macam Akhlak Seorang Muslim Pada Diri
Sendiri
1. Berakhlak
terhadap jasmani
a. Senantiasa Menjaga Kebersihan
Islam menjadikan kebersihan sebagian
dari Iman. Seorang muslim harus bersih/ suci badan, pakaian, dan tempat,
terutama saat akan melaksanakan sholat dan beribadah kepada Allah, di samping
suci dari kotoran, juga suci dari hadas.
b.
Menjaga Makan dan Minumnya
Makan dan minum merupakan kebutuhan
vital bagi tubuh manusia, jika tidak makan dan minum dalam keadaan tertentu
yang normal maka manusia akan mati.
Allah
SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari yang halal dan tidak
berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk makanan, sepertiga untuk
minuman, dan sepertiga untuk udara.
Allah SWT berfirman :
(#qè=ä3sù
$£JÏB
ãNà6s%yu
ª!$#
Wx»n=ym
$Y7ÍhsÛ
(#rãà6ô©$#ur
|MyJ÷èÏR
«!$#
bÎ)
óOçFZä.
çn$Î)
tbrßç7÷ès?
ÇÊÊÍÈ
Artinya
: Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah
kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah.(QS. An Nahl:114)
c. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan bagi seorang muslim
adalah wajib dan merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus
melaksanakan anmanah dari-Nya. Riyadhah atau latihan jasmani sangat penting
dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun riyadhah harus tetap dilakukan
menurut etika yang ditetapkan oleh Islam. Orang mukmin yang kuat, lebih baik
dan lebih dicintai Allah SWT daripada mukmin yang lemah.
Dari sahabat Abu
Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah dari
mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap
hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan
merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa
maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti
terjadi”. (HR. Muslim).
d. Berbusana yang Islami
Manusia mempunya budi, akal dan
kehormatan, sehingga bagian-bagian badannya ada yang harus ditutupi (aurat)
karena tidak pantas untuk dilihat orang lain. Dari segi kebutuhan alaminya, badan
manusia perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya alam sekitarnya,
seperti dingin, panas, dll. Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia menutup
auratnya dan Allah SWT menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk dibuatb
pakaian sebagai penutup badan.
2. Berakhlak terhadap Akal
a.
Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan salah satu
kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang muslim.
Muslim yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya yakni berupa penambahan
pengetahuan dalam sepanjang hayatnya.
Seorang mu’min, tidak hanya mencari
ilmu dikarenakan sebagai satu kewajiban, yang jika telah selesai kewajibannya
maka setelah itu sudah dan berhenti. Namun seorang mu’min adalah yang
senantiasa menambah dan menambah ilmunya, kendatipun usia telah memakan
dirinya. Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada pendidikan formal
akademis namun dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.
b. Memiliki Spesialisasi Ilmu yang dikuasai
Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal
yang memang sangat urgen dalam kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali
Al-Hasyimi (1993 : 48), hal-hal yang harus dikuasai setiap muslim adalah :
Al-Qur'an, baik dari segi bacaan, tajwid dan tafsirnya; kemudian ilmu hadits;
sirah dan sejarah para sahabat; fikih terutama yang terkait dengan permasalahan
kehidupan, dan lain sebagainya. Setiap muslim juga harus memiliki bidang
spesialisasi yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu
syariah, namun bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, tehnik,
politik dan lain sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal
kaum muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.
c.
Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain
Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya
adalah menyampaikan atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang
membutuhkan ilmunya.
Firman Allah SWT :
!$tBur $uZù=yör& ÆÏB y7Î=ö6s% wÎ) Zw%y`Í ûÓÇrqR öNÍkös9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù @÷dr& Ìø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. w tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ
Artinya : “Dan
Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl:43)
d.
Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan
Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak
terhadap akalnya adalah merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena akan
berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Wahai
orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff).
3.
Berakhlak terhadap jiwa
a. Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar
Taubat adalah
meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah
lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut
pada waktu yang akan datang.
Adapun yang termasuk dosa-dosa besar diantaranya :
1) Syirik
2) Kufur
3) Nifak
4) Riddah
5) Fasik
6) Berzina dan menuduh orang berzina
7) Membunuh manusia
8) Bersumpah palsu
b.
Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran
seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian dia
tenggelam dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa
akrab, merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak selain
Dia.
Firman Allah SWT :
اِنَّ اللهَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.” (QS. An-Nisa :
1)
c.
Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah
menyempatkan diri pada suatu waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya.
Apabila terdapat kekurangan pada yang diwajibkan kepadanya maka menghukum diri
sendiri dan berusaha memperbaikinya. Kalau termasuk yang harus diqadha maka
mengqadhanya. Dan bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang maka memohon
ampun, menyesali dan berusaha tidak mengulangi kembali. Muhasabah merupakan
salah satu cara untuk memperbaiki diri, membina, menyucikan, dan
membersihkannya.
Firman Allah SWT :
d. Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang,
bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa
mencintai ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang
mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan.
Jika seorang Muslim menyadari bahwa itu akan menyengsarakan dirinya, maka dia
akan berjuang dengan menyatakan perang kepadanya untuk menentang ajakannya,
menumpas hawa nafsunya.
C. Cara
Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Cara untuk
memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain:
1.
Sabar.
Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan
dan ketika ditimpa musibah. .
2.
Syukur.
Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan
ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan
perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai
dengan aturan-Nya.
3.
Tawaduk
Sikap tawaduk melahirkan ketenangan
jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain.
4.
Shidiq
Seorang muslim harus dituntut selalu
berada dalam keadaan benar lahir batin ,yaitu benar hati ,benar perkataan dan benar perbuatan.
5.
Amanah.
Semakin menipis keimanan seseorang,
semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Antara keduanya terdapat ikatan
yang sangat erat sekali. Rasulullah SAW bersabda bahwa: “ tidaj (sempurna)
iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak
menunaikan janji . ” ( HR . Ahmad )
6.
Istiqamah.
Perintah supaya beristiqamah
dinyatakan dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang artinya “ Katakanlah
bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku
bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju
kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi
orang-orang yang bersekutukan-Nya”.
7.
Iffah.
Nilai dan wibawa seseorang tidak
ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk
rupanya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya.
8.
Pemaaf.
Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain
tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah.
D. Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri
1. Berakhlak terhadap jasmani
a. jauh dari penyakit karena sering menjaga
kebersihan
b. tubuh menjadi sehat dan selalu bugar
c. menjadikan badan kuat
dan tidak mudah lemah
2. Berakhlak terhadap akalnya:
a. memperoleh banyak ilmu
b. dapat mengamalkan ilmu
yang kita peroleh untuk orang lain
c. membantu orang lain
d. mendapat pahala dari
Allah SWT
3. Berakhlak terhadap jiwa:
a. selalu dalam lindungan
Allah SWT
b. jauh dari perbuatan yang buruk
c. selalu ingat kepada Allah SWT
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akhlak terhadap diri
sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani
sifatnya atau rohani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan
pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan
membahayakan jiwa.
Cara untuk memelihara akhlak terhadap
diri sendiri yaitu dengan sabar, shidiq, tawaduk, syukur, istiqamah, iffah,
pemaaf dan amanah.
B.
Saran
Demikian makalah ini
kami susun, semoga dengan membaca makalah ini dapat dijadikan pedoman kita
dalam melangkah dan bias menjaga akhlak terhadap diri sendiri. Apabila ada
kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf yang setulus-tulusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Faridl, Miftah.1997. Etika Islam : Nasehat Islam Untuk Anda. Bandung: Pustaka.
https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak
https://rizkifisthein.wordpress.com/2011/06/23/akhlak-terhadap-diri-sendiri/
[1]https://www.scribd.com/doc/76122781/Akhlak-Kepada-Diri-Sendiri-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar