A. MASUKNYA KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU KE
INDONESIA
Hubungan dagang antara
Indonesia dengan India berpengaruh terhadap masuknya budaya Hindu - Budha ke
Indonesia. Agama Budha disebarluaskan ke Indonesia oleh para bhiksu, sedangkan
mengenai pembawa agama Hindu ke Indonesia terdapat 4 teori sebagai berikut :
1.
Teori Ksatria
2.
Teori Waisya
3.
Teori Brahmana
4.
Teori Campuran
Bukti tertua adanya
pengaruh India di Indonesia adalah ditemukannya Arca Budha dari perunggu di
Sempaga, Sulawesi Selatan.
B. KERAJAAN KUTAI
Kerajaan Kutai atau
Kerajaan Kutai Martadipura (Martapura) merupakan kerajaan Hindu yang berdiri
sekitar abad ke-4 Masehi di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Kerajaan ini
dibangun oleh Kudungga. Diduga ia belum menganut agama Hindu.
Peninggalan terpenting kerajaan Kutai
adalah 7 Prasasti Yupa, dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, dari abad
ke-4 Masehi. Salah satu Yupa mengatakan bahwa "Maharaja Kundunga mempunyai
seorang putra bernama Aswawarman yang disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari).
Aswawarman mempunyai tiga orang putra. yang paling terkemuka adalah
Mulawarman.” Salah satu prasastinya juga menyebut kata Waprakeswara yaitu
tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.
C. TARUMANEGARA
Kerajaan Tarumanegera
di Jawa Barat hampir bersamaan waktunya dengan Kerajaan Kutai. Kerajaan
Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang
kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382 – 395). Maharaja
Purnawarman adalah raja Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M). Menurut
Prasasti Tugu pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan
Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km).
Dari kerajaan
Tarumanegara ditemukan sebanyak 7 buah prasasti. Lima diantaranya ditemukan di
daerah Bogor. Satu ditemukan di desa Tugu, Bekasi dan satu lagi ditemukan di
desa Lebah, Banten Selatan. Prasasti-prasasti yang merupakan sumber sejarah
Kerajaan Tarumanegara tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Prasasti Kebon Kopi,
2.
Prasasti Tugu,
3.
Prasasti Munjul atau Prasasti
Cidanghiang,
4.
Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5.
Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6.
Prasasti Jambu, Bogor
7.
Prasasti Pasir Awi, Bogor.
D. KERAJAAN SRIWIJAYA
Keadaan alam Pulau Sumatera
dan sekitarnya pada abad ke-7 berbeda dengan keadaan sekarang. Sebagian besar
pantai timur baru terbentuk kemudian. Oleh karena itu Pulau Sumatera lebih
sempit bila dibandingkan dengan sekarang, sebaliknya Selat Malaka lebih lebar
dan panjang. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan kerajaan Sriwijaya
menjadi kerajaan besar antara lain sebagai berikut :
1.
Letaknya yang strategis di Selat Malaka
yang merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional.
2.
Kemajuan kegiatan perdagangan antara
India dan Cina melintasi selat Malaka, sehingga membawa keuntungan yang besar
bagi Sriwijaya.
3.
Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam
Selatan akibat serangan kerajaan Kamboja memberikan kesempatan bagi
perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke-6
dipegang oleh kerajaan Funan.
Berdasarkan berita dari
I Tsing ini dapat kita ketahui bahwa selama tahun 690 sampai 692, Kerajaan
Melayu sudah dikuasai oleh Sriwijaya. Sekitar tahun 690 Sriwijaya telah
meluaskan wilayahnya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Hal
ini juga diperkuat oleh 5 buah prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang kesemuanya
ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti-prasasti tersebut
adalah sebagai beikut :
1.
Prasasti Kedukan Bukit
2.
Prasasti Talang Tuwo
3.
Prasasti Kota Kapur
4.
Prasasti Telaga Batu
5.
Prasasti Karang Birahi
6.
Prasasti Ligor
Letak Sriwijaya
strategis membawa keberuntungan dan kemakmuran. Walaupun demikian, letaknya
yang strategis juga dapat mengundang bangsa lain menyerang Sriwijaya. Beberapa
faktor penyebab kemunduran dan keruntuhan :
1. Adanya
serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.
2. Adanya
serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah oleh Raja Rajendracoladewa.
3. Pengiriman
ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275 - 1292.
4. Muncul
dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
5. Adanya
serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah
Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit.
E. KERAJAAN MATARAM HINDU-BUDHA
Kerajaan Mataram
diketahui dari Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi yang ditulis
dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa
pada mulanya Jawa (Yawadwipa) diperintah oleh Raja Sanna. Setelah ia wafat
Sanjaya naik tahta sebagai penggantinya. Sanjaya adalah putra Sannaha (saudara
perempuan Sanna).
Prasasti Mantyasih
(Prasasti Kedu) yang di dikeluarkan oleh
Raja Balitung pada tahun 907 memuat daftar raja-raja keturunan Sanjaya, sebagai
berikut :
1.
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2.
Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3.
Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4.
Sri Maharaja Rakai Warak
5.
Sri Maharaja Rakai Garung
6.
Sri Maharaja Rakai Pikatan
7.
Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8.
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9.
Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung
Prasasti Kelurak, 782 M
di desa Kelurak disebutkan bahwa Raja Dharanindra membangun arca Majusri (=
candi sewu). Pengganti raja Dharanindra, adalah Samaratungga. Samaratungga
digantikan oleh putrinya bernama Pramodawardhani. Dalam Prasasti Sri Kahulunan
(= gelar Pramodawardhani) berangka tahun 842 M di daerah Kedu, dinyatakan bahwa
Sri Kahulunan meresmikan pemberian tanah untuk pemeliharaan candi Borobudur
yang sudah dibangun sejak masa pemerintahan Samaratungga.
Pramodhawardhani
menikah dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu. Adik Pramodhawardhani,
Balaputradewa menentang pernikahan itu. Pada tahun 856 Balaputradewa berusaha merebut kekuasaan dari Rakai
Pikatan, namun usahanya itu gagal. Setelah pemerintahan Rakai Pikatan, Mataram
menunjukkan kemunduran. Sejak pemerintahan Raja Balitung banyak mengalihkan
perhatian ke wilayah Jawa Timur. Raja-raja setelah Balitung adalah :
1.
Daksa (910 – 919). Ia telah menjadi
rakryan mahamantri I hino (jabatan terttinggi sesudah raja) pada masa
pemerintahan Balitung.
2.
Rakai Layang Dyah Tulodong (919 – 924)
3.
Wawa yang bergelar Sri
Wijayalokanamottungga (924 – 929)
Wawa merupakan raja
terakhir kerajaan Mataram. Pusat kerajaan kemudian dipindahkan oleh seorang
mahapatihnya (Mahamantri I hino) bernama Pu Sindok ke Jawa Timur.
F. PERPINDAHAN KERAJAAN MATARAM KE JAWA TIMUR
Pu Sindok yang menjabat
sebagai mahamantri i hino pada masa pemerintahan Raja Wawa memindahkan pusat
pemerintahan ke Jawa Timur tersebut. Pada tahun 929 M, Pu Sindok naik tahta
dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmattunggadewa. la
mendirikan dinasti baru, yaitu Dinasti Isana. Pu Sindok memerintah sampai
dengan tahun 947. Pengganti-penggantinya dapat diketahui dari prasasti yang
dikeluarkan oleh Airlangga, yaitu Prasasti Calcuta.
Berdasarkan berita Cina
diperoleh keterangan bahwa Raja Dharmawangsa pada tahun 990 - 992 M melakukan
serangan terhadap Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 1016, Airlangga datang ke
Pulau Jawa untuk meminang putri Dharmawangsa. Namun pada saat upacara
pernikahan berlangsung kerajaan mendapat serangan dari Wurawuri dari Lwaram
yang bekerjasama dengan Kerajaan Sriwijaya. Peristiwa ini disebut peristiwa
Pralaya. Selama dalam pengassingan ia menyusun kekuatan. Setelah berhasil
menaklukkan raja Wurawari pada tahun 1032 dan mengalahkan Raja Wijaya dari
Wengker Pada tahun 1035 ia berhasil mengembalikan kekuasaan. Airlangga wafat
pada tahun 1049 dan disemayamkan di Parthirtan Belahan, di lereng gunung
Penanggungan.
G. KERAJAAN KADIRI
Pada akhir
pemerintahannya Airlangga kesulitan dalam menunjuk penggantinyam, sebab Putri
Mahkotanya bernama Sanggramawijaya menolak menggantikan menjadi raja. la
memilih menjadi seorang pertapa. Maka tahta diserahkan kepada kedua orang anak
laki-lakinya, yaitu : Jayengrana dan Jayawarsa. Untuk menghindari perselisihan
di antara keduanya maka kerajaan di bagi dua atas bantuan Pu Barada yaitu:
1.
Jenggala dengan ibukotanya Kahuripan
2.
Panjalu dengan ibukotanya Daha (Kadiri)
Sampai setengah abad
lebih sejak Airlangga mengundurkan diri tidak ada yang dapat diketahui dari
kedua kerajaan itu. Kemudian hanya Kadiri yang menunjukkan aktifitas
politiknya. Raja pertama yang muncul dalam pentas sejarah adalah Sri Jayawarsa
dengan prasastinya yang berangka tahun 1104 M. Selanjutnya berturut-turut
raja-raja yang berkuasa di Kadiri adalah sebagai berikut : Kameswara (±1115 –
1130), Jayabaya (±1130 – 1160), 1135), Sarweswara (±1160 – 1170), Aryyeswara
(±1170 – 1180), Gandra (1181), Srengga (1190-1200) dan Kertajaya (1200 - 1222).
Pada tahun 1222
terjadilah Perang Ganter antara Ken arok dengan Kertajaya. Ken Arok dengan
bantuan para Brahmana (pendeta) berhasil mengalahkan Kertajaya di Ganter
(Pujon, Malang).
H. KERAJAAN SINGASARI
Kerajaan Singasari
didirikan oleh Ken Arok. Dalam kitab Pararaton Ken Arok digambarkan sebagai
seorang pencuri dan perampok yang sakti, sehingga menjadi buronan tentara
Tumapel. Setelah mendapatkan bantuan dari seorang Brahmana, Ken Arok dapat
mengabdi kepada Akuwu (bupati) di
Tumapel bernama Tunggul Ametung. Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung, Ken
Arok menggantikannya sebagai penguasa Tumapel. Ia juga menjadikan Ken Dedes,
istri Tunggul Ametung, sebagai permaisurinya. Pada waktu itu Tumapel masih
berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri.
Setelah merasa memiliki
kekuatan yang cukup, Ken Arok berusaha untuk melepaskan diri dari Kadiri. Pada
tahun 1222 Ken Arok berhasil membunuh Kertajaya, raja Kadiri terakhir. Ia
kemudian naik tahta sebagai raja
Singasari dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Girinda.
Tidak lama kemudian,
Ken Dedes melahirkan seorang putra bernama Anusapati hasil pernikahannya dengan
Tunggul Ametung. Sedangkan dari istri yang lain, yaitu Ken Umang, Ken Arok
mempunyai seorang putra bernama Tohjaya. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh
Anusapati. Hal ini dilakukan sebagai balas dendam atas kematian ayahnya,
Tunggul Ametung. Anusapati mengantikan berkuasa di Singasari. Ia memerintah
selama 21 tahun. Sampai akhirnya ia dibunuh oleh Tohjaya, juga sebagai balas
dendam atas kematian ayahnya.
Tohjaya naik tahta. Ia
memerintah dalam waktu sangat singkat. Ia kemudian terbunuh oleh Ranggawuni
(putra Anusapati). Pada tahun 1248 Ranggawuni naik tahta dengan gelar Srijaya
Wisnuwardhana. Pada tahun 1254 Wisnuwardhana mengangkat putranya Kertanegara
sebagai Yuwaraja atau Raja Muda. Wisnuwardana wafat pada tahun 1268 di
Mandragiri.
Pada tahun 1268
Kertanegara naik tahta. la merupakan raja terbesar kerajaan Singasari.
Kertanegara merupakan raja pertama yang bercita-cita menyatukan Nusantara. Pada
tahun 1275, Kertanegara mengirimkan Ekspedisi Pamalayu ke Sumatera (Jambi)
dipimpin oleh Kebo Anabrang. Ekspedisi ini bertujuan menuntut pengakuan
Sriwijaya dan Malayu atas kekuasaan Singasari. Ekspedisi ini juga untuk
mengurangi pengaruh Kubilai Khan dari Cina di Nusantara.
Ekspedisi ini
menimbulkan rasa khawatir raja Mongol tersebut. Oleh karena itu pada tahun 1289
Kubilai Khan mengirimkan utusan bernama Meng-chi menuntut Singasari mengakui
kekuasaan Kekaisaran Mongol atas Singasari. Kertanegara menolak tegas, bahkan
utusan Cina itu dilukai mukanya. Perlakukan tersebut dianggap sebagai penghinaan
dan tantangan perang.
Untuk menghadapi
kemungkinan serangan dari tentara Mongol pasukan Singasari disiagakan dan
dikirim ke berbagai daerah di Laut Jawa dan di Laut Cina Selatan. Sehingga pertahanan
di ibukota lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak senang
terhadap Kertanegara, diantaranya Jayakatwang penguasa Kadiri dan Arya Wiraraja
(bupati Madura). Pasukan Kadiri berhasil menduduki istana dan membunuh
Kertanegara.
I. KERAJAAN MAJAPAHIT
Setelah Kertanegara
terbunuh oleh Jayakatwang, 1292. Raden Wijaya menantu Kertanegara berhasil
melarikan diri ke Madura untuk minta bantuan Arya Wiraraja, bupati Sumenep.
Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang.
Atas jaminan dari Arya Wiraraja, Raden Wijaya diterima dan diperbolehkan
membuka hutan Tarik yang terletak di dekat Sungai Brantas. Dengan bantuan
orang-orang Madura, pembukaan hutan Tarik dibuka dan diberi nama Majapahit.
Kemudian datanglah pasukan
Tartar yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk menghukum raja Jawa. Walaupun
sudah mengetahui Kertanegara sudah meninggal, tentara Tartar bersikeras mau
menghukum raja Jawa. Hal ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk membalas
dendam kepada Jayakatwang. Jayakatwang berhasil dihancurkan. Pada waktu tentara
Tartar hendak kembali kepelabuhan, Raden Wijaya menghancurkan tentaraTartar,
Setelah berhasil mengusir tentara Tartar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja
Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1293.
Kertarajasa meninggal
pada tahun 1309. Satu-satunya putra yang dapat menggantikannya adalah
Kalagamet. la dinobatkan sebagai raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanagara. Ia
bukanlah raja yang cakap. Selain itu ia juga mendapatkan banyak pengaruh dari
Mahapati. Akibatnya masa pemerintahannya diwarnai dengan adanya beberapa kali
pemberontakan.
Pemberontakan yang
paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti, pada tahun 1319. Kuti berhasil
menduduki ibukota Majapahit, sehingga Jayanagara harus melarikan diri ke desa
Bedander yang dikawal oleh pasukan Bhayangkari dipimpin oleh Gajah Mada.
Pemberontakan Kuti ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah
Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1328 Jayanagara mangkat dibunuh
oleh tabib istana, Tanca. Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah Mada. Jayanagara
tidak meninggalkan keturunan.
Karena Jayanagara tidak
mempunyai keturunan, maka yang berhak memerintah semestinya adalah Gayatri atau
Rajapatni. Akan tetapi Gayatri telah menjadi bhiksuni. Maka pemerintahan
Majapahit kemudian dipegang oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar
Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani. la menikah dengan Kertawardhana. Dari
perkawinan ini lahirlah Hayam Wuruk. Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan
Sadeng dan Keta. Pemberontakan yang berbahaya ini dapat ditumpas oleh Gajah
Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Mangkubumi Majapahit.
Pada saat pelantikan, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.
Pada tahun 1350 M, lbu
Tribhuwanatunggadewi, Gayatri meninggal. Sehingga Tribhuwana turun tahta.
Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk yang bergelar
Rajasanagara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai
Mahapatihnya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Dengan Sumpah Palapa-nya
Gajah Mada berhasil menguasai seluruh kepulauan Nusantara ditambah dengan Siam,
Martaban (Birma), Ligor, Annom, Campa dan Kamboja.
Pada tahun 1364, Patih
Gajah Mada wafat ditempat peristirahatannya, Madakaripura, di lereng Gunung
Tengger. Setelah Gajah Mada meninggal, Hayam Wuruk menemui kesulitan untuk
menunjuk penggantinya. Akhirnya diputuskan bahwa pengganti Gajah Mada adalah
empat orang menteri.
Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389. Ia
disemayamkan di Tayung daerah Berbek, Kediri.
Seharusnya yang menggantikan adalah puterinya yang bernama
Kusumawardhani. Namun ia menyerahkan kekuasaannya kepada suaminya,
Wikramawardhana. Sementara itu Hayam Wuruk juga mempunyai anak laki-laki dari
selir yang bernama Bhre Wirabhumi yang
telah mendapatkan wilayah keuasaan di Kedaton Wetan (Ujung Jawa Timur). Pada
tahun 1401 hubungan Wikramawardhana dengan Wirabhumi berubah mejadi perang
saudara yang dikenal sebagai Perang Paregreg. Pada tahun 1406 Wirabhumi dapat
dikalahkan di dibunuh. Tentu saja perang saudara ini melemahkan kekuasaan
Majapahit. Sehingga banyak wilayah-wilayah kekuasaannya melepaskan diri.
KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DI INDONESIA
1. KERAJAAN SAMUDERA PASAI
Kerajaan Samudera Pasai
merupakan Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Pendirinya adalah Nazimuddin al
- Kamil, seorang Laksamana Laut dari Mesir. Sementara itu di Mesir Dinasti
Fatimah berhasil dikalahkan oleh Dinasti Mamaluk. Dinasti baru ini berambisi
untuk merebut Samudera Pasai dengan mengirim Syekh Ismail. Untuk itu Syekh Ismail kemudian bersekutu dengan Marah Silu dan
berhasil merebut Samudera Pasai. Selanjutnya Marah Silu diangkat sebagai raja
Samudera Pasai dengan gelar Sultan Malik ash Shaleh.
Pada tahun 1297 M
Sultan Malik Ash Shaleh wafat, dan dimakamkan di Kampung Samudera Mukim Blang
Me. la digantikan putranya bemama Sultan Muhammad dengan gelar Sultan Malik at
- Thahir. Ia memerintah sampai dengan tahun 1326. Ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Ahmad yang juga
bergelar Sultan Malik at - Thahir. Pada masa pemerintahannya, kerajaan Samudera
Pasai kedatangan utusan Sultan Delhi yang sedang menuju Cina bernama lbnu
Batutah pada tahun 1345.
Pengganti Sultan Ahmad
adalah putranya yang bemama Sultan Zainal Abidin yang juga bergelar Sultan
Malik at - Thahir. Setelah pemerintahan Zainal Abidin, Samudera Pasai mengalami
kemunduran. Hal ini disebabkan adanya perebutan kekuasaan. Akhimya Samudera
Pasai berhasil dikuasai oleh Kerajaan Islam Malaka.
2. KERAJAAN ACEH
Pendiri sekaligus raja
pertama kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan lbrahim (1514
- 1528). Sejak tahun 1515 Aceh sudah berani menyerang Portugis di Malaka dan
juga menyerang Kerajaan Aru.
Sultan Ali Mughayat
Syah digantikan putranya bergelar Sultan Salahuddin (1528 - 1537). Ia tidak mampu
memerintah Aceh dengan baik sehingga Aceh mengalami kemerosotan. Oleh karena
itu ia digantikan saudaranya Sultan Alauddin Riayat Syah (1537 - 1568). Setelah
Sultan Alaudin meninggal Aceh mengalami masa suram. Pemberontakan dan perebutan
kekuasaan sering terjadi. Keadaan ini berlangsung cukup lama sampai dengan
Sultan lskandar Muda naik tahta (1607 - 1636 M).
Di bawah pemerintahan
Sultan lskandar Muda, kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya. lskandar Muda
beberapa melakukan penyerangan terhadap Portugis dan Kerajaan Johor di
Semenanjung Malaka. Aceh juga menduduki daerah-daerah seperti Aru, Pahang,
Kedah, Perlak dan Indragiri, sehingga wilayah Aceh sangat luas.
Sultan lskandar Muda
digantikan oleh menantunya yang bergelar Sultan lskandar Thani (1636 - 1641).
la melanjutkan tradisi kekuasaan Sultan lskandar Muda, tetapi ia tidak lama
memerintah karena wafat tahun 1641 M. Penggantinya, permaisurinya (Putri
lskandar Muda), yang bergelar Putri Sri Alam Permaisuri (1641 - 1675). Sejak
itu Kerajaan Aceh terus mengalami kemunduran dan akhimya runtuh karena dikuasai
Belanda.
3. KERAJAAN DEMAK
Pada mulanya Demak
dikenal dengan nama Glagah Wangi. Sebagai Kadipaten dari Majapahit, Demak
dikenal juga dengan sebutan Bintoro. Kata Demak merupakan akronim yang berarti
gede makmur atau hadi makmur yang berarti besar dan sejahtera. Faktor-faktor
pendorong berdirinya Kerajaan Islam Demak adalah :
1. Runtuhnya
Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam mencari tempat
persinggahan dan perdagangan baru, diantaranya Demak.
2. Raden
Fatah sebagai pendiri Kerajaan Demak masih keturunan raja Majapahit, Brawijaya
V, dalam perkawinannya dengan putri Ceumpa yang beragama Islam.
3. Raden
Fatah mendapat dukungan dari para wali, yang sangat dihormati pada waktu itu.
4. Banyak
adipati-adipati pesisir yang tidak puas dengan Majapahit dan mendukung Raden
Fatah.
5. Mundur
dan runtuhnya Majapahit karena Perang Paregreg.
6. Pusaka
keraton Majapahit sebagai lambang pemegang kekuasaan diberikan kepada Raden
Fatah. Dengan demikian Kerajaan Islam Demak merupakan kelanjutan dari Kerajaan
Majapahit dalam bentuknya yang baru.
Pada tahun 1500 M,
Raden Fatah melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Raden Fatah mendirikan
kesultanan Demak dengan gelar Sultan Alam Akbar al Fatah (1500 -1518 M). Pada
tahun 1518 Raden Fatah wafat. la digantikan putranya bernama Adipati Unus
(Muhammad Yunus. Pati Unus hanya memerintah selama tiga tahun. la meninggal
dalam usia muda. Karena Pati Unus wafat tidak meninggalkan putra, maka ia
digantikan oleh salah seorang adiknya bernama Raden Trenggana (1521 -1546 M).
Di bawah pemerintahan
Sultan Trenggana, Demak mencapai puncak kejayaannya. Pada waktu itu Portugis
mulai memperluas pengaruhnya ke Jawa Barat, bahkan mau mendirikan benteng dan
kantor di Sunda Kelapa, dengan persetujuan raja Pajajaran, Samiam. Oleh karena
itu pada tahun 1522 Demak mengirimkan pasukan ke Jawa Barat dipimpin oleh
Fatahillah. la berhasil menduduki Banten dan Cirebon serta mengusir Portugis
dari Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Sejak itu Sunda Kelapa dirubah
namanya menjadi Jayakarta.
Perluasan pengaruh ke
Jawa Timur dipimpin langsung oleh Sultan Trenggana. Satu per satu daerah-daerah
di Jawa Timur berhasil dikuasai seperti Madiun, Gresik, Tuban, Singosari dan
Blambangan. Tetapi ketika menyerang Pasuruan pada tahun 1546, Sultan Trenggana
gugur.
Setelah Trenggana
wafat, terjadi perebutan kekuasaan antara Surawiyata atau Pangeran Sekar Seda
ing Lepen (adik Trenggana) dengan Sunan Prawoto (putra Trenggana). Surawiyata
berhasil dibunuh oleh utusan Sunan Prawoto. Putra Surawiyata bernama Arya
Penangsang dari Jipang menuntut balas dan berhasil membunuh Sunan Prawoto.
Arya Penangsang
kemudian menduduki tahta kerajaan Demak. Kekacauan kembali memuncak ketika Arya
Penangsang membunuh adipati Jepara bernama Pangeran Hadiri. Ia adalah suami
dari Ratu Kalinyamat, adik kandung Sunan Prawoto. Pembunuhan itu dilakukan
karena Hadiri dianggap telah ikut campur dalam persoalannya dengan Sunan
Prawoto.
Kalinyamat akhirnya
mengangkat senjata memberanikan diri untuk melawan Arya Penangsang. Ia berhasil
menggerakkan adipati-adipati dan pejabat lain untuk melawan Arya Penagsang.
Akhirnya Arya Penangsang berhasil dibunuh oleh Ki Jaka Tingkir yang dibantu oleh Kyai Gede Pamanahan dan putra
angkatnya Bagus Dananjaya serta Ki Penjawi dan Juru Mertani. Kemudian
JakaTingkir naik tahta dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Pusat pemerintahan
dipindahkan dari Demak ke Pajang.
4. KERAJAAN BANTEN
Setelah berhasil
menduduki Banten, Fatahillah berkuasa didaerah tersebut. Sedangkan daerah Cirebon
diserahkan kepada putranya bernama Pangeran Pasarean. Pada tahun 1522 Pangeran
Pasarean wafat. Sehingga Fatahillah menyerahkan Banten kepada putranya
Hasanuddin. Sedangkan Fatahillah memilih memerintah di Cirebon. Ia dikenal
dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Sultan Hasanuddin dikenal sebagai Sultan
pertama di Banten berhasil memperluas daerah kekuasaannya ke Lampung. Pada
tahun 1570 M, Sultan Hasanuddin wafat dan digantikan putranya bergelar
Panembahan Yusuf.
Pada tahun 1579 M.
Panembahan Yusuf berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu terakhir di Jawa Barat,
kerajaan Pakuan Pajajaran. Pada tahun 1580 M, Panembahan Yusuf wafat. la
digantikan putranya yang masih berusia 9 tahun, yaitu Maulana Muhammad. Karena
usianya terlalu muda, maka pemerintahan dipegang oleh seorang Mangkubumi sampai
ia dewasa.
Pada masa pemerintahan
Maulana Muhammad datanglah untuk pertama kalinya orang Belanda di Banten
(Indonesia) dipimpin oleh Cornelis de Houtman tahun 1596. Pada tahun itu pula
Maulana Muhammad memimpin pasukan Banten menyerang Palembang. Serangan ini
gagal bahkan Maulana Muhammad tertembak dan akhimya wafat. la digantikan
putranya bernama Abdul Mufakhir yang baru berumur 5 bulan. Oleh karena itu
pemerintahan dipegang oleh seorang mangkubumi, yaitu Pangeran Ranamenggala,
pada tahun 1608.
Pengganti Abdul
Mutakhir adalah Abdul Fatah yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa. Ia merupakan
raja terbesar Banten. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memajukan perdagangan.
Sehingga Bandar Banten berkembang menjadi bandar internasional yang dikunjungi
oleh kapal-kapal Persia, Arab, Cina, Inggris, Perancis dan Denmark. Akan tetapi
Sultan AgengTirtayasa sangat anti VOC yang telah merebut Jayakarta dari Banten.
Sehingga Belanda pun selalu berupaya menjatuhkan Banten.
Ketika terjadi perselisihan
antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya Abdul Kahar yang dikenal sebagai
Sultan Haji, Belanda mengambil kesempatan untuk melancarkan politik adu domba
(devide et impera). Kesempatan itu datang ketika Sultan Haji dalam keadaan
terdesak, Ia meminta bantuan VOC. Akhirnya pada tahun 1682 Sultan Ageng
Tirtayasa menyerah, lalu ditawan di Batavia sampai wafatnya tahun 1692. Setelah
itu, kerajaan Banten terus mengalami kemunduran dan akhirnya dikuasai
sepenuhnya oleh Belanda pada tahun 1775.
5. KERAJAAN MATARAM
Setelah runtuhnya
kerajaan Demak, pusat pemerintahan dipindahkan ke Pajang oleh Sultan
Hadiwijaya. Sedangkan Demak hanya sebagai kadipaten dari Kerajaan Pajang yang
dipimpin oleh Arya Pangiri (Putra Prawoto). Kiai Ageng Pemanahan yang berjasa
besar dalam membantu Hadiwijaya mendapat imbalan daerah Mataram. Dalam waktu
singkat Mataram berkembang pesat. Namun pada tahun 1575 Kiai Ageng Pemanahan
meninggal. Pemerintahannya diteruskan oleh putra angkatnya bernama Bagus
Dananjaya atau Sutawijaya.
Sementara itu Sultan
Hadiwijaya meninggal pada tahun 1582. Pangeran Benowo, Putra Hadiwijaya,
disingkirkan oleh Arya Pangiri. Untuk merebut kembali kekuasaannya, Pangeran
Benowo meminta bantuan, Sutawijaya dari Mataram. Pajang diserang dan akhirnya
Arya Pangiri menyerah. Sedangkan Pangeran Benowo tidak sanggup untuk menghadapi
Sutawijaya. Maka sejak tahun 1586 pusat pemerintahan dipindahkan dari Pajang ke
Mataram oleh Sutawijaya.
Sutawijaya naik tahta
Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senapati ing Alaga Sayyidin Panatagama
(1586-1601). Masa pemerintahan Panembahan Senapati diwarnai dengan perang
terus-menerus dalam rangka untuk menundukkan para bupati yang memberontak
maupun untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Sebelum usahanya tersebut selesai,
Panembahan Senapati wafat pada tahun 1601. Ia dimakamkan di Kota gede.
Penggantinya adalah putranya yang bernama Mas Jolang (1601 – 1613) dengan gelar
Sultan Anyokrowati.
Pada masa pemerintahan
Mas Jolang banyak bupati di Jawa Timur memberontak. Pemberontakan ini dihadapi
dengan susah payah oleh Mas Jolang. Namun sebelum pemberontakan tersebut dapat
diselesaikan pada tahun 1913, Mas Jolang wafat di Krapyak. Ia juga dimakamkan
di Kota Gede. Penggantinya adalah putranya yang bernama Raden Mas Martapura.
Tetapi karena sakit-sakitan, ia turun tahta dan digantikan oleh Raden Mas
Rangsang.
Raden Mas Rangsang naik
tahta dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma Senapati ing Alaga Ngabdurahman.
Di bawah pemerintahannya Mataram mencapai puncak kejayaannya. Sultan Agung
bercita-cita untuk mempersatukan Pulau Jawa. Akan tetapi, antara Mataram dan
Banten terdapat Batavia, markas VOC, sebagai penghalang. Oleh karena itu pada
tahun 1628 dan 1629 Sultan Agung mengirim pasukan yang dipimpin oleh Baurekso
untuk menyerang VOC di Batavia yang sedang dipimpin oleh J.P. Coen, namun kedua
serangan itu gagal.
Sultan Agung wafat pada
tahun 1645 . la digantikan putranya yang bergelar Amangkurat I (1645 -1677).
Pada masa pemerintahannya, Belanda mulai masuk ke daerah Mataram. Bahkan Amangkurat
I menjalin hubungan baik dengan Belanda. Selain itu sikap Amangkurat I yang
sewenang-wenang menimbulkan pemberontakan-pemberontakan. Pemberontakan yang
paling berbahaya adalah pemberontakan Trunojoyo dari Madura. Dalam pertempuran
itu Amangkurat I terluka dan dilarikan ke Tegalwangi, hingga meninggal.
Pada masa pemerintahan
Amangkurat II (1677 – 1903) Kerajaan Mataram semakin sempit. Banyak daerah
kekuasaannya yang diambil alih oleh VOC. Ibu kota kerajaan dipindahkan ke
Kartasura. Setelah Amangkurat II meninggal, Kerajaan Mataram semakin suram. Hal
ini disebabkan seringkali terjadi perebutan kekuasaan diantara kaum bangsawan.
Politik devide et
impera Belanda menampakkan hasilnya ketika dilakukan Perjanjian Giyanti pada
tahun 1755. Perjanjian tersebut bertujuan untuk meredam pemberontakan yang
dipimpin oleh Mangkubhumi di Yogyakarta. Melalui perjanjian tersebut Kerajaan
Mataram dipecah menjadi dua, yaitu :
1.
Kesuhunan Surakarta, yang dipimpin oleh
Susuhanan Paku Buwono III (1749-1788).
2.
Kesultanan Yogyakarta (Ngayogyakarta
Hadiningrat) dengan Mangkubumi sebagai rajanya, bergelar Sultan Hamengkubuwono
I (1755 - 1792).
Sementara itu
pemberontakan yang dilakukan oleh Mas Said (Pangeran Samber Nyawa) terhadap Surakarta. Untuk meredam perlawanan
itu pada tahun 1757 diadakan perjanjian yang hampir sama dengan Perjanjian
Giyanti, yaitu Perjanjian Salatiga. Isinya menobatkan Mas Said sebagai raja di
wilayah Mangkunegaran yang ketika itu menjadi bagian dari Kasuhunan Surakarta,
dengan gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara.
Sejak tahun 1811
willayah jajahan Belanda di Indonesia jatuh ke tangan Inggris dengan tokohnya
Thomas Stamford Raffles. Ia adalah seorang yang liberal dan tidak menyukai
sistem feodalisme. Sehingga timbullah ketegangan antara Raffles dengan Keraton
Yogyakarta. Akhirnya, pada tahun 1813, Raffles menyerahkan sebagian wilayah
Yogyakarta kepada Paku Alam. Maka hingga kini kerajaan Mataram pecah menjadi
empat kerajaan kecil, yaitu :
1.
Kesuhunan Surakarta
2.
Kesultanan Yogyakarta
3.
Magkunegaran
4.
Paku Alaman
6. KERAJAAN GOWA DAN TALLO
Kerajaan Gowa dan Tallo
(Makasar) menjadi kerajaan Islam karena dakwah dari Datuk Ri Bandang dan Datuk
Sulaiman dari Minangkabau. Setelah masuk Islam, raja Gowa, Daeng Manrabia
bergelar Sultan Alaudin. Dan raja Tallo, Kraeng Mantoaya bergelar Sultan
Abdullah,. Kerajaan Gowa-Tallo terletak pada posisi yang strategis yaitu,
diantara jalur pelayaran antara Malaka dan Maluku.
Sultan Alaudin
memerintah Makasar pada 1591 - 1639. la juga dikenal sebagai sultan yang sangat
menentang Belanda, hingga wafat pada tahun 1639. la digantikan putranya Sultan
Muhammad Said (1639 - 1653). Muhammad Said mengirimkan pasukan ke Maluku, untuk
membantu rakyat Maluku yang sedang berperang melawan Belanda. Pengganti
Muhammad Said adalah putranya bergelar Sultan Hasanuddin (1653 - 1669).
Pada masa pemerintahan
Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makasar mencapai masa kejayaannya. Dalam waktu
singkat Kerajaan Makasar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi
Selatan. la juga memperluas wilayah kekuasaannya di Nusa Tenggara seperti
Sumbawa dan sebagian Flores. Dengan demikian kegiatan perdagangan melalui Laut
Flores harus singgah di Makasar. Hal ini ditentang oleh Belanda, karena
hubungan Ambon dan Batavia yang telah dikuasai oleh Belanda terhalang oleh kekuasaan
Makasar. Keberanian Hasanuddin memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku
mengakibatkan Belanda semakin terdesak.
Dalam rangka menguasai
Makasar, Belanda melakukan politik devide at impera. Kesempatan yang baik
datang ketika pada tahun 1660 Raja Soppeng – Bone bernama Aru Palaka yang
sedang memberontak kepada kerajaan Gowa. Karena merasa terdesak Aru Palaka
meminta bantuan VOC. Sultan Hasanuddin dapat dikalahkan dan harus
menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Sultan Hasanuddin digantikan
putranya Sultan Amir Hamzah. la tidak mampu mempertahankan Makasar dari serbuan
Belanda secara besar-besaran.
INDONESIA
PADA MASA KOLONIAL
Pada tahun 1595
Coenelis de Houtman yang sudah merasa mantap, mengumpulkan modal untuk
membiayai perjalanan ke Timur Jauh. Pada bulan April 1595, Cornelis de Houtman
dan De Keyzer dengan 4 buah kapal memimpin pelayaran menuju Nusantara. Pada
bulan Juni 1596 pelayaran yang dipimpin oleh De Houtman berhasil berlabuh di
Banten.
A. VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie)
Atas prakarsa dari dua
tokoh Belanda, yaitu : Pangeran Maurits dan Johan van Olden Barnevelt, pada
tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda dipersatukan menjadi sebuah kongsi
dagang besar yang diberi nama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) atau
Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia Timur. Pengurus pusat VOC terdiri dari
17 orang. Pada tahun 1602 VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang
dikepalai oleh Francois Wittert. Adapun tujuan dibentuknya VOC adalah :
a. Untuk
menghindari persaingan tidak sehat antara sesama pedagang Belanda sehingga
keuntungan maksimal dapat diperoleh.
b. Untuk
memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa
Eropa lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia.
c. Untuk
membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang
masih menduduki Belanda.
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan
leluasa, oleh pemerintah Belanda VOC diberi hak-hak istimewa yang dikenal
sebagai Hak Octroi yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Monopoli
perdagangan
2. Mencetak
dan mengedarkan uang
3. Mengangkat
dan memberhentikan pegawai
4. Mengadakan
perjanjian dengan raja-raja
5. Memiliki
tentara untuk mempertahankan diri
6. Mendirikan
benteng
7. Menyatakan
perang dan damai
8. Mengangkat
dan memberhentikan penguasa-penguasa setempat
Untuk mendapatkan
keuntungan yang besar VOC menerapkan monopoli perdagangan. Bahkan pelaksanaan
monopoli VOC di Maluku lebih keras dari pada pelaksanaan monopoli bangsa
Portugis. Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC dalam melaksanakan monopoli
perdagangan antara lain sebagai berikut :
1. Verplichte
Leverantie
2. Contingenten
3. Ekstirpasi
4. Pelayaran
Hongi
KEMUNDURAN
VOC
Kemunduran dan kebangkrutan VOC terjadi
sejak awal abad ke-18. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1.
Banyak korupsi yang dilakukan oleh
pegawai-pegawai VOC
2.
Anggaran pegawai terlalu besar sebagai
akibat semakin luasnya wilayah kekuasaan VOC
3.
Biaya perang untuk memadamkan perlawanan
rakyat sangat besar
4.
Adanya persaingan dengan kongsi dagang
bangsa lain, seperti kongsi dagang Portugis (Compagnie des Indies) dan kongsi
dagang Inggris (East Indian Company).
5.
Hutang VOC yang sangat besar
6.
Pemberian deviden kepada pemegang saham
walaupun usahanya mengalami kemunduran
7.
Berkembangnya faham liberalisme,
sehingga monopoli perdagangan yang diterapkan VOC tidak sesuai lagi untuk
diteruskan
8.
Pendudukan Perancis terhadap negeri
Belanda pada tahun 1795, menganggap badan seperti VOC tidak dapat diharapkan
terlalu banyak dalam menghadapi Inggris, sehingga VOC harus dibubarkan.
Pada tahun 1795
dibentuklah panitia pembubaran VOC. Pada tahun itu pula hak octroi dihapus. VOC
dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan saldo kerugian sebesar 134,7
juta gulden. Selanjutnya semua hutang dan kekayaan VOC diambil alih oleh
pemerintah kerajaan Belanda.
B. MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL HINDIA BELANDA
Pada tahun 1795, Partai
Patriot Belanda yang anti raja, atas bantuan Perancis, berhasil merebut
kekuasaan. Sehingga di Belanda terbentuklah pemerintahan baru yang disebut
Republik Bataaf. Republik ini menjadi boneka Perancis yang sedang dipimpin oleh
Napoleon Bonaparte. Sedangkan raja Belanda, Willem V, melarikan diri dan
membentuk pemerintah peralihan di Inggris. Pada waktu itu antara Inggris dan
Perancis sedang bermusuhan dengan hebatnya.
C. MASA PEMERINTAHAN HERMAN W. DAENDELS
1. LATAR BELAKANG
Karena secara geografis
letak Belanda dekat dengan Inggris, Napoleon Bonaparte merasa perlu menduduki
Belanda. Sehingga pada tahun 1806, Perancis (Napoleon) membubarkan Republik
Bataaf dan membentuk “Koninkrijk Holland” (Kerajaan Belanda) sebagai gantinya.
Napoleon kemudian mengangkat Louis Napoleon sebagai raja Belanda. Hal ini
berarti sejak saat itu pemerintahan yang berkuasa di Indonesia adalah
pemerintahan Belanda-Perancis. Louis Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels
sebagai Gubernur Jendral di Indonesia (1808 – 1811. Daendels mulai menjalankan
tugasnya pada tahun 1808 dengan tugas utama “mempertahankan Pulau Jawa dari
serangan Inggris”.
2. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN HERMAN W. DAENDELS
a. Bidang Birokrasi Pemerintahan
1. Pusat
pemerintahan (Weltevreden) dipindahkan agak masuk ke pedalaman
2. Dewan
Hindia Belanda sebagai dewan legislatif pendamping Gubernur Jendral dibubarkan
dan diganti dengan Dewan Penasehat.
3. Para
bupati dijadikan pegawai pemerintahan Belanda.
b. Bidang Hukum dan Peradilan
1. Dalam
bidang hukum Daendels membentuk 3 jenis pengadilan, yaitu :
a.
Pengadilan untuk orang Eropa
b.
Pengadilan untuk orang Pribumi
c.
Pengadilan untuk orang Timur Asing
2. Pemberantasan
korupsi tanpa pandang bulu termasuk terhadap bangsa Eropa. Akan tetapi ia
sendiri malah melakukan korupsi besar-besaran.
c. Bidang Militer dan
Pertahanan
1. Membangun
jalan antara Anyer – Panarukan. Jalan ini penting sebagai lalu-lintas
pertahanan maupun perekonomian.
2. Membangun
pabrik senjata di Gresik dan Semarang. Hal ini dilakukan Daendels sebab
hubungan Belanda dan Indonesia sangat sukar sebab ada blokade Inggris di
lautan.
3. Membangun
pangkalan angkatan laut di Ujung Kulon dan Surabaya.
d. Bidang Ekonomi dan Keuangan
1. Membentuk
Dewan Pengawas Keuangan Negara (Algemene Rekenkaer) dan dilakukan pemberantasan
korupsi dengan keras.
2. Pajak
In Natura (Contingenten) dan sistem penyerahan wajb (Verplichte Leverantie)
yang diterapkan pada zaman VOC tetap dilanjutkan, bahkan diperberat.
3. Mengadakan
Preanger Stelsel, yaitu kewajiban bagi rakyat Priangan dan sekitarnya untuk
menanam tanaman ekspor (kopi).
e.
Bidang Sosial
1.
Rakyat dipaksa untuk melakukan kerja
rodi untuk membangun jalan Anyer – Panarukan.
2.
Menghapus upacara penghormatan kepada
residen, sunan atau sultan.
3.
Membuat jaringan pos distrik dengan
menggunakan kuda pos.
Louis Bonaparte sebagai raja Belanda,
akhirnya menarik kembali Daendels. Penarikan Daendels ke Belanda disertai
dengan pengangkatannya sebagai seorang Panglima Perang yang kemudian dikerahkan
ke medan Rusia.
D. MASA PENJAJAHAN INGGRIS DI INDONESIA (Masa
Interegnum) 1811 – 1816
1. LATAR BELAKANG
Ketika akhirnya Inggris
menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke Eropa. Penggantinya,
Gubernur Jendral Jansen, tidak mampu menahan serangan musuh, sehingga terpaksa
menyerah. Akhir dari penjajahan Belanda – Perancis ini ditandai dengan
Kapitulasi Tuntang, yang isinya sebagai berikut :
1. Seluruh
Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris
2. Semua
tentara Belanda menjadi tawanan Inggris
3. Semua
pegawai Belanda yang mau bekerjasama dengan Inggris dapat memegang jabatannya
terus.
4. Semua
hutang Pemerintah Belanda yang dulu, bukan menjadi tanggung jawab Inggris.
Kapitulasi Tuntang ini
ditandatangani pada tanggal 18 – 9 – 1811, oleh S. Auchmuty dari pihak Inggris
dan Janssens dari pihak Belanda. Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, raja muda
Lord Minto yang berkedudukan di India, mengangkat Thomas Stamford Raffles
sebagai Wakil Gubernur (Lieutenant Governor) di Jawa.
2. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN THOMAS STAMFORD
RAFFLES
a.
Bidang Birokrasi Pemerintahan
Langkah-langkah Raffles pada bidang
pemerintahan sebagai berikut :
1. Pulau
Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan.
2. Sistem
pemerintahan feodal oleh Raffles dianggap dapat mematikan usaha-usaha rakyat.
3. Bupati-bupati
atau penguasa-penguasa pribumi dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang
langsung di bawah kekuasaan pemerintah pusat.
b. Bidang Ekonomi dan Keuangan
1.
Penghapusan pajak hasil bumi
(contingenten) dan sistem penyerahan wajib (verplichte Leverantie) yang sudah
diterapkan sejak zaman VOC. Kedua peraturan tersebut dianggap terlalu berat dan
dapat mengurangi daya beli rakyat.
2.
Menetapkan Sistem Sewa Tanah (Landrent).
3.
Mengadakan monopoli garam dan minuman
keras.
c.
Bidang Sosial
1. Penghapusan
kerja rodi (kerja paksa)
2. Penghapusan
perbudakan.
3. Peniadaan
Pynbank (disakiti) yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan Harimau.
d.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Masa pemerintahan Raffles di Indonesia
memberikan banyak peninggalan yang berguna bagi Ilmu Pengetahuan, seperti :
1.
Ditulisnya buku berjudul History of
Java.
2.
Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi
3.
Dirintisnya Kebun Raya Bogor
3. BERAKHIRNYA KEKUASAAN THOMAS STAMFORD
RAFLLES
Berakhirnya
pemerintahan Raffles di Indonesia ditandai dengan adanya Convention of London,
1814. Perjanjian tersebut ditandatangani di London oleh wakil-wakil Belanda dan
Inggris yang isinya sebagai berikut :
1. Indonesia
dikembalikan kepada Belanda
2. Jajahan
Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana, tetap ditangan Inggris
3. Cochin
(di pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris dan Bangka diserahkan kepada
Belanda sebagai gantinya.
E. MASA PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA
(Nederlandsch Indie) (1816 – 1942)
1.
Pemerintahan Komisaris Jendral
Setelah berakhirnya
kekuasaan Inggris, yang berkuasa di Indonesia adalah Pemerintahan Hindia
Belanda. Pada mulanya pemerintahan ini merupakan pemerintahan kolektif yang
terdiri dari tiga orang, yaitu : Flout, Buyskess dan Van Der Capellen. Mereka
berpangkat komisaris Jendral. Masa peralihan ini hanya berlangsung dari tahun
1816 – 1819. Pada tahun 1819, kepala pemerintahan mulai dipegang oleh seorang Gubernur
Jendral Van Der Capellen (1816-1824)
Pada kurun waktu
1816-1830, pertentangan antara kaum liberal dan kaum konservatif terus
berlangsung. Sementara itu kondisi di negeri Belanda dan di Indonesia semakin
memburuk. Oleh karena itulah usulan Van Den Bosch untuk melaksanakan Cultuur
Stelsel (tanam paksa) diterima dengan baik, karena dianggap dapat memberikan
keuntungan yang besar bagi negeri induk.
F.
PENERAPAN SISTEM TANAM PAKSA (CULTUUR STELSEL) PADA TAHUN 1830 - 1870
a.
Latar Belakang Sistem Tanam Paksa
1. Di
Eropa Belanda terlibat dalam peperangan-peperangan pada masa kejayaan Napoleon,
sehingga menghabiskan biaya yang besar.
2. Terjadinya
Perang kemerdekaan Belgia yang diakhiri dengan pemisahan Belgia dari Belanda
pada tahun 1830.
3. Terjadi
Perang Diponegoro (1825-1830) yang merupakan perlawanan rakyat jajahan termahal
bagi Belanda. Perang Diponegoro menghabiskan biaya kurang lebih 20.000.000
Gulden.
4. Kas
negara Belanda kosong dan hutang yang ditanggung Belanda cukup berat.
5. Pemasukan
uang dari penanaman kopi tidak banyak.
6. Kegagalan
usaha mempraktekkan gagasan liberal (1816-1830) dalam mengeksploitasi tanah
jajahan untuk memberikan keuntungan besar terhadap negeri induk.
b.
Aturan-aturan Tanam Paksa
Ketentuan-ketentuan pokok Sistem Tanam
Paksa terdapat dalam Staatblad (lembaran negara) tahun 1834, no. 22, beberapa
tahun setelah Tanam Paksa dijalankan di Pulau Jawa berbunyi :
1. Persetujuan-persetujuan
akan diadakan dengan penduduk agar mereka menyediakan sebagian dari tanahnya
untuk penanaman tanaman ekspor yang dapat dijual dipasaran Eropa.
2. Tanah
pertanian yang disediakan penduduk, tidak boleh melebihi seperlima dari tanah
pertanian yang dimiliki penduduk desa.
3. Pekerjaan
yang diperlukan untuk menanam tanaman tersebut tidak boleh melebihi pekerjaan
untuk menanam tanaman padi.
4. Tanah
yang disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak tanah.
5. Hasil
dari tanaman tersebut diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda; Jika
harganya ditaksir melebihi pajak tanah yang harus dibayar rakyat, maka
kelebihan itu diberikan kepada penduduk.
6. Kegagalan
panen yang bukan karena kesalahan petani, akan menjadi tanggungan pemerintah
7. Bagi
yang tidak memiliki tanah, akan dipekerjakan pada perkebunan atau pabrik-pabrik
milik pemerintah selama 65 hari setiap
tahun.
Ketentuan ketentuan tersebut memang
kelihatan tidak terlampau menekan rakyat. Dalam prakteknya, sistem tanam paksa
seringkali menyimpang, sehingga rakyat banyak dirugikan, misalnya:
1.
Perjanjian tersebut seharusnya dilakukan
dengan suka rela akan tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara-cara
paksaan.
2.
Luas tanah yang disediakan penduduk
lebih dari seperlima tanah mereka. Seringkali tanah tersebut satu per tiga
bahkan semua tanah desa digunakan untuk tanam paksa.
3.
Pengerjaan tanaman-tanaman ekspor
seringkali jauh melebihi pengerjaan tanaman padi. Sehingga tanah pertanian
mereka sendiri terbengkelai.
4.
Pajak tanah masih dikenakan pada tanah
yang digunakan untuk proyek tanam paksa.
5.
Kelebihan hasil panen setelah
diperhitungkan dengan pajak tidak dikembalikan kepada petani.
6.
Kegagalan panen menjadi tanggung jawab
petani
7.
Buruh yang seharusnya dibayar oleh
pemerintah dijadikan tenaga paksaan.
c.
Akibat-akibat Tanam Paksa
Bagi Belanda
1. Meningkatnya
hasil tanaman ekspor dari negeri jajahan dan dijual Belanda di pasaran Eropa
2. Perusahaan
pelayaran Belanda yang semula kembang kempis, pada masa Tanam Paksa mendapat
keuntungan besar
3. Pabrik-pabrik
gula yang semula diusahakan oleh kaum swasta Cina, kemudian juga dikembangkan
oleh pengusaha Belanda karena keuntungannya besar.
4. Belanda
mendapatkan keuntungan (batiq slot) yang besar.
Bagi Indonesia
Dampak negatif :
1.
Kemiskinan dan penderitaan fisik dan
mental yang berkepanjangan
2.
Beban pajak yang berat
3.
Pertanian utamanya padi banyak mengalami
kegagalan panen
4.
Kelaparan dan kematian terjadi
dimana-mana.
5.
Jumlah penduduk Indonesia menurun.
Dampak positif :
1.
Rakyat Indonesia mengenal teknik menanam
jenis-jenis tanaman baru
2.
Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman
dagang yang berorientasi ekspor.
Karena reaksi-reaksi
tersebut, secara berangsur-angsur pemerintah Belanda mulai mengurangi pemerasan
lewat Tanam Paksa dan menggantikannya dengan sistem politik ekonomi liberal
kolonial. Tonggak berakhirnya Tanam Paksa adalah dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Pokok Agraria (Agrarische Wet), 1870.
G. POLITIK EKONOMI LIBERAL KOLONIAL SEJAK
TAHUN 1870
1. LATAR BELAKANG
a.
Pelaksanaan Sistem Tanam Paksa yang
telah menimbulkan penderitaan rakyat pribumi namun memberikan keuntungan besar
bagi Pemerintah Kerajaan Belanda.
b.
Berkembangnya faham liberalisme sebagai
akibat dari Revolusi Perancis dan Revolusi Industri sehingga sistem Tanam Paksa
tidak sesuai lagi untuk diteruskan.
c.
Kemenangan Partai Liberal dalam Parlemen
Belanda yang mendesak Pemerintah Belanda menerapkan sistem ekonomi liberal di
negeri jajahannya (Indonesia).
d.
AdanyaTraktat Sumatera, 1871, yang
memberikan kebebasan bagi Belanda untuk meluaskan wilayahnya ke Aceh. Sebagai
imbalannya Inggris meminta Belanda menerapkan sistem ekonomi liberal di
Indonesia, agar pengusaha Inggris dapat menanamkan modalnya di Indonesia.
Pelaksanaan politik ekonomi liberal ini
dilandasi dengan beberapa peraturan diantaranya sebagai berikut :
1.
Indische Comptabiliteit Wet, 1867.
2.
Suiker Wet
3.
Agrarische Wet (Undang-undang
Agraria),1870.
4.
Agrarische Besluit, 1870.
2.
PELAKSANAAN SISTEM POLITIK EKONOMI LIBERAL
Sejak tahun 1870 di Indonesia diterapkan
Imperialisme Modern (Modern Imperialism). sejak tahun tersebut di Indonesia
telah diterapkan Opendeur Politiek yaitu politik pintu terbuka terhadap
modal-modal swasta asing. Disamping modal swasta Belanda sendiri, modal swasta
asing lain juga masuk ke Indonesia, seperti modal dari Inggris, Amerika, Jepang
dan Belgia. Modal-modal swasta asing tersebut tertanam pada sektor-sektor
pertanian dan pertambangan, seperti karet, teh, kopi, tembakau, tebu, timah dan
minyak. Sehingga perkebunan-perkebunan dibangun secara luas dan meningkat
pesat.
3.
AKIBAT SISTEM POLITIK LIBERAL KOLONIAL
Bagi Belanda :
1.
Memberikan keuntungan yang sangat besar
kepada kaum swasta Belanda dan pemerintah kolonial Belanda.
2.
Hasil-hasil produksi perkebunan dan
pertambangan mengalir ke negeri Belanda. Pada tahun 1870 luas tanah di pulau
Jawa yang ditanami tebu seluas 54.176 bahu, maka dalam tahun 1900 meningkat
menjadi 128.301 bahu.
3.
Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan
hasil dari tanah jajahan.
Bagi rakyat Indonesia :
1.
Kemerosotan tingkat kesejahteraan
penduduk
2.
Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885
karena jatuhnya harga kopi dan gula membawa akibat buruk bagi penduduk. Uang
sewa tanah dan upah pekerja menurun.
3.
Menurunnya konsumsi bahan makanan,
terutama beras, sementara pertumbuhan penduduk Jawa meningkat cukup pesat.
4.
Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena
kalah bersaing dengan banyak barang-barang impor dari Eropa.
5.
Pengangkutan dengan gerobak menjadi
merosot penghasilannya setelah adanya angkutan dengan kereta api.
6.
Rakyat menderita karena masih
diterapkannya kerja rodi dan adanya hukuman yang berat bagi yang melanggar
peraturan Poenale Sanctie.
H.
POLITIK ETIS
1.
Latar Belakang
a.
Pelaksanaan sistem tanam paksa yang
mendatangkan keuntungan berlimpah bagi Belanda, namun menimbulkan penderitaan
rakyat Indonesia.
b.
Eksploitasi terhadap tanah dan penduduk
Indonesia dengan sistem ekonomi liberal tidak mengubah nasib buruk rakyat
pribumi.
c.
Upaya Belanda untuk memperkokoh
pertahanan negeri jajahan dilakukan dengan cara penekanan dan penindasan
terhadap rakyat.
d.
Adanya kritik dari kaum intelektual
Belanda sendiri (Kaum Etisi) seperti Van Kol, Van Deventer, Brooschooft, De
Waal, Baron van Hoevell, Van den Berg, Van De Dem dan lain-lain.
Tokoh tersebut memperjuangkan agar
pemerintah Belanda meningkatkan kesejahteraan moril dan materiil kaum pribumi,
menerapkan desentralisasi dan efisiensi. Perjuangan mereka kemudian dikenal
sebagai Politik Etis.
2.
Pelaksanaan Politik etis
Pada periode 1900 -1925 banyak kemajuan
dan perubahan dicapai. Bangunan-bangunan besar didirikan, semua itu merupakan
keharusan dalam kemajuan yang tidak dapat dielakkan. Perubahan-perubahan
tersebut sebagai berikut :
a.
Desentralisasi Pemerintahan
Sebelum tahun 1900 pemerintahan di
Indonesia dilakukan secara sentralisasi. Sejak tahun 1854 dikeluarkan peraturan
yang memberikan hak kepada parlemen untuk mengawasi jalannya pemerintahan
Hindia-Belanda.
b.
Irigasi
Sarana yang sangat vital bagi pertanian
adalah sarana irigasi (pengairan). Pada tahun 1885 pemerintah telah membangun
secara besar-besaran bangunan irigasi di Brantas dan Demak seluas 96.000 bau.
Pada tahun 1908 berkembang menjadi 173.000 bau.
c.
Emigrasi (Transmigrasi)
Dalam abad ke-19 terjadi migrasi
penduduk dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, berhubung dengan perluasan tanaman
tebu.
d.
Edukasi
Pemerintah kolonial Belanda membentuk
dua macam sekolah untuk rakyat pribumi, yaitu Sekolah kelas I (angka satu)
untuk anak-anak pegawai negeri dan orang berkedudukan. Dan sekolah kelas II
(angka dua) untuk kepada anak-anak pribumi pada umumnya.
3.
Kegagalan Politik Etis Dan Politik Asosiasi
Kegagalan pelaksanaan politik Etis
tersebut nampak dalam :
- Sejak pelaksanaan sistem ekonomi liberal Belanda mendapatkan keuntungan yang besar, sedangkan tingkat kesejahteraan rakyat pribumi tetap rendah.
- Hanya sebagian kecil kaum pribumi yang memperoleh keuntungan dan kedudukan yang baik dalam masyarakat kolonial, yaitu golongan pegawai negeri.
- Pegawai negeri dari golongan pribumi hanya digunakan sebagai alat saja, sehingga dominasi bangsa Belanda tetap sangat besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar