Kamis, 30 Maret 2017

STRUKTUR KEPERIBADIAN MANUSIA MENGENAI MANUSIA INSTAN



STRUKTUR KEPERIBADIAN MANUSIA MENGENAI MANUSIA INSTAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
Psikologi Pendidikaan

Dosen Pengampu : Syafrimen, M.Ed., Ph.D







Disusun Oleh:
Yufi Indri Sufiyani   1611070100
Ria Susanti                 1611070085

Jur/Kelas/Sem           PGRA/B/II    

JURUSAN PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2017/2018



 


MANUSIA INSTAN
STRUKTUR KEPERIBADIAN MANUSIA MENGENAI MANUSIA INSTAN

Yufi Indri Sufiyani, Ria Susanti,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Univertsitas Islam Negri (UIN) Raden Intan
Lampung, Indonesia
ABSTRACT
Man was created with two functions, both of which must be done well, with no one is forgotten. The first function is as' Abdullah (as a servant of Allah), and as representative of Allah. Therefore, as a servant of God, it must always be submissive and obedient to the top all the commandments and avoid all of His prohibitions man must obey God's will, you can not disobey Him. In this case, humans have two tasks: first he must worship God both in the narrow sense (prayer, fasting, Hajj, etc.) And large (carry out all the activities both in relationships vertically to God with fellow humans for gain the pleasure of Allah in accordance with the provisions of Allah and the Hadith.
As a servant, man must carry out the task of servitude to Allah SWT, under any circumstances and anywhere. He must always worship God with full sincerity and just expect Allah's pleasure. He must always worship Allah and worship Him, as a form of thanksgiving to God for the blessings that have been given.
Keywords: Structure Personality, Instant Human

ABSTRAK
Manusia diciptakan dengan dua fungsi, yang keduanya harus dapat terlaksana dengan baik, tanpa ada salah satu yang terlupakan. Fungsi pertama adalah sebagai ‘Abdullah (sebagai hamba Allah), dan sebagai khalifatullah. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah, maka ia harus selalu patuh dan taat atas segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya maka manusia harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh membangkang kepada-Nya. Dalam hal ini, manusia mempunyai dua tugas yaitu: pertama ia harus beribadah kepada Allah baik dalam pengertian sempit (shalat, puasa, haji, dsb.) maupun luas (melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan secara vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah dengan sesama manusia untuk memperoleh keridhaan Allah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Hadist.
Sebagai seorang hamba, manusia harus melaksanakan tugas penghambaan diri kepada Allah SWT, dalam keadaan bagaimanapun dan di manapun. Ia harus senantiasa beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharapkan rida Allah. Ia harus selalu menyembah Allah dan berbakti kepada-Nya, sebagai wujud syukur kepada-Nya atas nikmat yang telah diberikan.
Kata Kunci : Struktur, Keperibadian, Manusia Instan

PENGENALAN
            Hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap adikordati (supernatural) memang memiliki latar belakang sejarah yang sudah lama dan cukup panjang. Latar belakang ini dapat dilihat dari berbagai pernyataan para ahli yang memiliki pendapat yang berbeda. Termasuk para agamawan yang mempunyai pendapat berbeda.
            Para antropologi melihat hubungan manusia dengan zat yang adikordati itu dari sudut pandang kebudayaan, dimasyarakat berlaku upacara-upacara ritual, pengargaan pada tempat-tempat dan benda-benda tertentu yang di anggap suci dan di keramatkan. Adanya ritual upacara keagamaan dimasyarakat yang mereka pelihara sebagai suatu tradisi dalam kebudayaan mereka.
LATAR BELAKANG
Perkembangan dan pertumbuhan manusia merupakan usaha yang terus berlangsung dan berkembang.  Seiring dengan perkembangannya, studi tentang perkembangan manusia telah menjadi  sebuah disiplin ilmu dengan tujuan untuk memahami lebih dalam tentang apa dan bagaimana proses perkembangan manusia baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Perintis awal studi ilmiah perkembangan manusia adalah babybiographies, sebuah jurnal yang mencatat perkembangan awal anak. Kemudian berkembang dengan munculnya teori evolusi Charles Darwin yang pertama kali melihat perilaku bayi adalah sebuah proses perkembangan. Pada tahun 1877 Darwin mempublikasikan catatannya tentang perkembangan sensori, kognitif, dan emosi anaknya di dua belas pertama kehidupannya.
Sampai dengan saat ini kajian mengenai perkembangan manusia telah banyak menunjukkan manfaat yang signifikan.Dan salah satu manfaat dari berkembangnya disiplin ilmu tentang perkembangan manusia ini adalah pendidikan.Dan jika kita berbicara pendidikan tentunya unsur yang mutlak ada ialah manusia itu sendiri.Nah, dalam hal ini kajian ataupun teori-teori mengenai perkembangan manusia sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan. Memahami proses perkembangan manusia baik itu secara fisik maupun psikologis sanat berguna bagi para pendidik. Dengan begitu akan menjadi petimbangan bagi pendidik dalam memilih dan memberikan materi pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik pada tiap tingkat perkembangan tertentu.
TUJUAN
Untuk Mengetahui pengertian dan teori-teori pertumbuhan dan perkembangan manusia, serta untuk Dapat memahami hal-hal yang terjdi pada tahapan perkembangan manusia.
METODELOGI
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru guna kepentingan pembelajaran. Dalam pelaksanaan tugas guru sangat jarang menggunakan satu metode, tetapi selalu memakai lebih dari satu metode karena karakteristik metode yang memilki kelebihan dan kekurangan menuntut guru untuk menggunakan metode yang bervariasi. Sebagai seorang guru tentu saja tidak boleh lengah bahwa ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam Proses Perkembangan Mausia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manusia adalah makhluk homoeducandus, yakni makhluk yang dapat dididik dan mendidik (belajar-mengajar), dapat dipengaruhi dan mempengaruhi. Manusia bukanlah makhluk yang selalu pasif yang hanya dapat menerima saja. Ia juga bukan makhluk agresif (dapat memberikan dan mempengaruhi, tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan). Secara realitas, manusia memang terikat dengan alam lingkungan dan dapat mengubah atau mempengaruhinya. Dengan fitrah khalqiyah dan fitrah munazzalah (berupa potensi-potensi internal) yang dimiliki manusia, ia memiliki peluang untuk mengubah alam lingkungannya sesuai yang dikehendakinya. Ini artinya, manusia dalam perkembangannya memiliki potensi bawaan dan pengaruh lingkungan, yang dalam khasanah filsafat pendidikan Barat dikenal adanya teori perkembangan manusia, yaitu: empirisme, nativisme, dan konvergensi.
Empirisme yang dipelopori oleh John Locke menyatakan bahwa perkembangan pribadi manusia ditentukan oleh faktor-faktor alam lingkungan, termasuk pendidikan. Ibaratnya adalah tiap individu manusia lahir bagaikan kertas putih yang siap diberi warna atau tulisan oleh faktor lingkungan.
Teori konvergensi yang diusung oleh William Stern (1871-1938) menyatakan bahwa perkembangan manusia berlangsung atas pengaruh dari faktor bakat/kemampuan dasar dan faktor lingkungan, termasuk pendidikan. Teori ini membantah teori empirisme dan nativisme, karena kenyataan membuktikan bahwa potensi bawaan yang baik tanpa dibina oleh alam lingkungan tidak akan dapat membentuk pribadi yang ideal. Sebaliknya, lingkungan yang baik, terutama pendidikan, tanpa didukung oleh potensi bawaan yang baik, tidak akan membuahkan hasil kepribadian yang optimal. Jadi proses perkembangan manusia merupakan hasil kerjasama antara faktor dasar (bawaan) dan alam lingkungan.
Tahapan manusia yang dilewati manusia dalam pertumbuhan dan perkembanganya terjadi bukan karna faktor peluang dan kebetulan, namun ini merupakan sesuatu yang telah dirancang, ditentukan dan di tetapkan langsung oleh Allah SWT. Banyak sekali ayat Al-qur’an yang menyatakan hal ini salah satu contohnya adalah Qs. Al-furqon [25]:2
Menurut Al-qur’an, pertumbuhan dan perkembangan manusia memiliki pola umum yang dapat diterapkan pada manusia, meskipun terdapat individual. Pola yang terjadi adalah bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan yang lemah menuju keadaan yang kuat dan kemuadian kembali melemah. Dengan kata lain, pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan hukum alam, ada kenaikan dan ada penurunan. Ketika seseorang secara berangsur-angsur mencapai puncak perkembanganya baik fisik maupun kongnitif dia mulai menurun berangsur-angsur.
Psikologi  diakui  sebagai  ilmu  yang  berdiri  sendiri  pada  tahun  1879 ketika Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologi di Leipzig, Jerman. Labo-ratorium  ini merupakan  laboratorium psikologi yang pertama di dunia. Setelah  itu  psikologi mengalami  perkembangan  yang  pesat,  yang  ditandai dengan lahirnya bermacam-macam aliran dan cabang. 
Aliran-aliran  psikologi lahir karena adanya pemahaman dan keyakinan para  ahli  yang  berbeda-beda  dalam  memandang  manusia.  Aliran-aliran yang  berkembang  dalam  bidang  psikologi  diantaranya  :  strukturalisme, fungsionalisme,  behaviorisme,  psikologi  gestalt,  psikologi  dalam,  psikologi humanistik, dst. Sedangkan cabang-cabang psikologi berkembang sebagai hasil dari pengkajian perilaku manusia ditinjau dari sudut pandang  tertentu. Cabang-cabang  psikologi  diantaranya  :  psikologi  perkembangan,  psikologi pendidikan,  psikologi  sosial,  psikologi  kepribadian,  psikologi  abnormal, psikologi kesehatan, psikologi olah raga, dst.Psikologi kepribadian, sama halnya dengan cabang-cabang lainnya psikologi,  memberikan  sumbangan  yang  berharga    bagi  pemahamatentang  manusia  melalui  kerangka  kerja  psikologi  secara  ilmiah.  Yang membedakan psikologi  kepribadian dengan  cabang-cabang  lainnya adalausahanya  untum  mensintesiskan    dan  mengintegrasikan  prinsip-prinsip yang  terdapat  dalam  bidang-bidang  psikologi  lain  tersebut.  Dalam  bidang psikologi  tidak  ada  satu  bidangpun    yang memiliki  daerah  yang  demikian luas seperti psikologi kepribadian
PEMBAHASAN
Manusia adalah makhluk homoeducandus, yakni makhluk yang dapat dididik dan mendidik (belajar-mengajar), dapat dipengaruhi dan mempengaruhi. Manusia bukanlah makhluk yang selalu pasif yang hanya dapat menerima saja. Ia juga bukan makhluk agresif (dapat memberikan dan mempengaruhi, tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan). Secara realitas, manusia memang terikat dengan alam lingkungan dan dapat mengubah atau mempengaruhinya. Dengan fitrah khalqiyah dan fitrah munazzalah (berupa potensi-potensi internal) yang dimiliki manusia, ia memiliki peluang untuk mengubah alam lingkungannya sesuai yang dikehendakinya. Ini artinya, manusia dalam perkembangannya memiliki potensi bawaan dan pengaruh lingkungan, yang dalam khasanah filsafat pendidikan Barat dikenal adanya teori perkembangan manusia, yaitu: empirisme, nativisme, dan konvergensi.
Empirisme yang dipelopori oleh John Locke menyatakan bahwa perkembangan pribadi manusia ditentukan oleh faktor-faktor alam lingkungan, termasuk pendidikan. Ibaratnya adalah tiap individu manusia lahir bagaikan kertas putih yang siap diberi warna atau tulisan oleh faktor lingkungan.
Teori ini dikenal dengan teori tabularasa. Bagi Locke, faktor lingkungan yang memiliki kontribusi besar terhadap pembentukan pribadi seseorang.
Nativisme yang dipelopori Arthur Schopenhauer (1788-1860) menyatakan bahwa perkembangan pribadi hanya ditentukan oleh bawaan (kemampuan dasar), bakat serta faktor dalam yang bersifat kodrati. Faktor bawaan inilah tidak bisa diubah oleh pengaruh lingkungan atau pendidikan. Apapun usaha pendidikan yang bertujuan membentuk kepribadian tidak dapat menggapai harapan yang diidamkan tanpa dukunganfaktorbawaan.
Teori konvergensi yang diusung oleh William Stern (1871-1938) menyatakan bahwa perkembangan manusia berlangsung atas pengaruh dari faktor bakat/kemampuan dasar dan faktor lingkungan, termasuk pendidikan. Teori ini membantah teori empirisme dan nativisme, karena kenyataan membuktikan bahwa potensi bawaan yang baik tanpa dibina oleh alam lingkungan tidak akan dapat membentuk pribadi yang ideal. Sebaliknya, lingkungan yang baik, terutama pendidikan, tanpa didukung oleh potensi bawaan yang baik, tidak akan membuahkan hasil kepribadian yang optimal. Jadi proses perkembangan manusia merupakan hasil kerjasama antara faktor dasar (bawaan) dan alam lingkungan.
Tahapan manusia yang dilewati manusia dalam pertumbuhan dan perkembanganya terjadi bukan karna faktor peluang dan kebetulan, namun ini merupakan sesuatu yang telah dirancang, ditentukan dan di tetapkan langsung oleh Allah SWT. Banyak sekali ayat Al-qur’an yang menyatakan hal ini salah satu contohnya adalah Qs. Al-furqon [25]:2
Menurut Al-qur’an, pertumbuhan dan perkembangan manusia memiliki pola umum yang dapat diterapkan pada manusia, meskipun terdapat individual. Pola yang terjadi adalah bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan yang lemah menuju keadaan yang kuat dan kemuadian kembali melemah. Dengan kata lain, pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan hukum alam, ada kenaikan dan ada penurunan. Ketika seseorang secara berangsur-angsur mencapai puncak perkembanganya baik fisik maupun kongnitif dia mulai menurun berangsur-angsur.
Psikologi  diakui  sebagai  ilmu  yang  berdiri  sendiri  pada  tahun  1879 ketika Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologi di Leipzig, Jerman. Labo-ratorium  ini merupakan  laboratorium psikologi yang pertama di dunia. Setelah  itu  psikologi mengalami  perkembangan  yang  pesat,  yang  ditandai dengan lahirnya bermacam-macam aliran dan cabang. 
Aliran-aliran  psikologi lahir karena adanya pemahaman dan keyakinan para  ahli  yang  berbeda-beda  dalam  memandang  manusia.  Aliran-aliran yang  berkembang  dalam  bidang  psikologi  diantaranya  :  strukturalisme, fungsionalisme,  behaviorisme,  psikologi  gestalt,  psikologi  dalam,  psikologi humanistik, dst. Sedangkan cabang-cabang psikologi berkembang sebagai hasil dari pengkajian perilaku manusia ditinjau dari sudut pandang  tertentu. Cabang-cabang  psikologi  diantaranya:  psikologi  perkembangan,  psikologi pendidikan,  psikologi  sosial,  psikologi  kepribadian,  psikologi  abnormal, psikologi kesehatan, psikologi olah raga, dst.Psikologi kepribadian, sama halnya dengan cabang-cabang lainnya psikologi,  memberikan  sumbangan  yang  berharga    bagi  pemahamatentang  manusia  melalui  kerangka  kerja  psikologi  secara  ilmiah.  Yang membedakan psikologi  kepribadian dengan  cabang-cabang  lainnya adalausahanya  untum  mensintesiskan    dan  mengintegrasikan  prinsip-prinsip yang  terdapat  dalam  bidang-bidang  psikologi  lain  tersebut.  Dalam  bidang psikologi  tidak  ada  satu  bidangpun    yang memiliki  daerah  yang  demikian luas seperti psikologi kepribadian (Koeswara, 1991 : 4).
Manusia Sebagai Makhluk Allah
Manusia adalah keyword yang harus dipahami terlebih dahulu bila kita ingin memahami pendidikan. Untuk  itu perlu kiranya melihat secara  lebih rinci tentang beberapa pandangan mengenai hakikat manusia:
Pandangan Psikoanalitik
Dalam  pandangan  psikoanalitik  diyakini  bahwa  pada  hakikatnya manusia  digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Hal  ini  menyebabkan  tingkah  laku  seorang  manusia  diatur    dan  dikontrol  oleh  kekuatan  psikologis  yang memang  ada  dalam  diri manusia.  Terkait  hal  ini  diri  manusia tidak memegang kendali atau tidak menentukan atas  nasibnya seseorang  tapi  tingkah  laku  seseorang  itu  semata-mata  diarahkan  untuk  mememuaskan  kebuTuhan dan insting biologisnya.  
Pandangan Humanistik
Para  humanis  menyatakan  bahwa  manusia  memiliki  dorongan-dorongan  dari  dalam  dirinya  untuk mengarahkan    dirinya   mencapai  tujuan  yang  positif. Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri.
Hal  ini  membuat  manusia  itu  terus  berubah  dan  berkembang  untuk  menjadi pribadi yang lebih baik dan  lebih sempurna. Manusia dapat pula menjadi anggota kelompok masyarakat  dengan  tingkah  laku  yang  baik. Mereka  juga mengatakan  selain  adanya  dorongan-dorongan  tersebut,  manusia  dalam  hidupnya  juga  digerakkan oleh  rasa  tanggung  jawab  sosial dan keinginan mendapatkan  sesuatu. Dalam  hal  ini  manusia  dianggap  sebagai  makhluk  individu  dan  juga  sebagai makhluk sosial.
Pandangan Martin Buber
Martin  Buber  mengatakan  bahwa  pada    hakikatnya    manusia  tidak  bisa  disebut  ‘ini’  atau  ‘itu’.  Menurutnya  manusia  adalah  sebuah  eksistensi  atau  keberadaan yang memiliki potensi namun dibatasi oleh kesemestaan alam. Namun  keterbatasan  ini  hanya  bersifat  faktual  bukan  esensial  sehingga    apa  yang  akan dilakukannya  tidak  dapat  diprediksi.  Dalam  pandangan  ini  manusia  berpotensi utuk menjadi ‘baik’ atau ‘jahat’,  tergantung kecenderungan mana yang lebih besar dalam diri manusia. Hal  ini memungkinkan manusia  yang  ‘baik’  kadang-kadang juga melakukan ‘kesalahan’. 
Pandangan Behavioristik
Pada  dasarnya  kelompok  Behavioristik  menganggap  manusia  sebagai makhluk yang reaktif dan tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor dari luar dirinya,  yaitu  lingkungannya.  Lingkungan  merupakan  faktor  dominan  yang mengikat  hubungan  individu. Hubungan  ini  diatur  oleh  hukum-hukum  belajar, seperti  adanya  teori conditioning  atau  teori  pembiasaan  dan  keteladanan. Mereka juga meyakini bahwa baik dan buruk itu adalah karena pengaruh lingkungan.Dari uraian di atas bisa diambil beberapa kesimpulan yaitu; Manusia pada  dasarnya memiliki  tenaga dalam  yang dapat menggerakkan hidupnya. Dalam  diri  manusia  ada  fungsi  yang  bersifat  rasional  yang  bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu. Manusia pada hakikatnya dalam proses ‘menjadi’, dan terus berkembang. Manusia  mampu  mengarahkan  dirinya  ke  tujuan  yang  positif,  mampu mengatur  dan mengendalikan  dirinya  dan mampu menentukan  nasibnya sendiri.
Manusia Sebagai Abdun
Sebutan manusia sebagai bani Adam merujuk kepada berbagai keterangan  dalam al- Qur’an yang menjelaskan  bahwa manusia  adalah keturunan Adam dan bukan berasal dari hasil evolusi dari makhluk  lain seperti yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Konsep bani Adam mengacu pada penghormatan    kepada nilai-nilai  kemanusiaan.  Konsep  ini  menitikbertakan  pembinaan  hubungan persaudaraan  antar  sesama  manusia  dan  menyatakan  bahwa  semua  manusia berasal  dari  keturunan  yang  sama. 
Dengan  demikian  manusia  dengan  latar belakang sosia kultural, agama, bangsa dan bahasa  yang berbeda  tetaplah bernilai sama,  dan  harus  diperlakukan  dengan  sama.   Dalam  surah    al- A’raf  dijelaskan:  “Hai  anak  Adam,  sesungguhnya  Kami  telah menurunkan  kepadamu  pakaian  untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling  baik.  Yang  demikian  itu  adalah  sebagian  dari  tanda-tanda  kekuasaan  Allah, semoga  mereka  selalu  ingat.  Hai  anak  Adam  janganlah  kamu  ditipu  oleh  syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : 7; 26-27
Manusia Sebagai Khalifah Di Muka Bumi
Hakikat manusia sebagai khalifah Allah di bumi dijelaskan dalam surah al-Baqarah  ayat  30:  “Ingatlah  ketika  Tuhan-mu  berfirman  kepada  para  malaikat: “Sesungguhnya  Aku  hendak  menjadikan  seorang  khalifah  di  muka  bumi.”  Mereka berkata:”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat  kerusakan  dan  menumpahkan  darah,  padahal  kami  senantiasa  bertasbih dengan memuji  engkau  dan mensucikan  Engkau?” Tuhan  berfirman:  “Sesungguhnya Aku  mengetahui  apa  yang  kamu  tidak  ketahui.”  (QS:2:  30),  dan  surah  Shad  ayat 26,“Hai  Daud,  sesungguhnya  Kami  menjadikan  kamu  khalifah  (peguasa)  di  muka  bumi, maka  berilah  keputusan  di  antara manusia  dengan  adil  dan  janganlah  kamu mengikuti  hawa  nafsu.  Karena  ia  akan  menyesatkan  kamu  dari  jalan  Allah.  …” (QS:38:26).
KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan dalam   berbagai ayat  al-  Qur’an  dijelaskan  tentang  kesempurnaan  penciptaan  manusia  tersebut. Kesempurnaan penciptaan manusia  itu kemudian semakin “disempurnakan” oleh Allah dengan mengangkat manusia sebagai khalifah di muka bumi yang mengatur dan memanfaatkan alam. Allah juga melengkapi manusia dengan berbagai  potensi yang  dapat  dikembangkan  untuk  memenuhi  kebuTuhan  hidup  manusia  itu sendiri. Di  antara potensi-potensi  tersebut  adalah  potensi  emosional,  potensi  fisikal. potensi  akal  dan  potensi  spritual.
Keseluruhan  potensi  manusia    ini  harus  dikembangkan  sesuai  dengan  fungsi  dan  tujuan  pemberiannya  oleh  Tuhan. Ada  berbagai pandangan dan pendapat seputar pengembangan potensi manusia, seperti pandangan  filosofis, kronologis,  fungsional dan sosial.   Di samping memiliki berbagai potensi manusia  juga memiliki  berbagai  karakteristik  atau  ciri  khas  yang  dapat membedakannya  dengan  hewan  yang  merupakan  wujud  dari  sifat  hakikat manusia Berdasarkan    pembahasan  di  atas maka  dapat    disimpulkan  bahwa  pada hakikatnya  manusia  berbeda  dengan  makhluk  Tuhan  yang  lain  seperti  hewan ditinjau  dari  karakteristiknya,  potensi potensi  yang  dimilikinya  dan  kemampuan manusia dalam mengembangkan potensinya.  
RUJUKAN
Purwanto, Yedi. "Tinjauan Religi Atas Manusia dan Lingkungan." Jurnal Sosioteknologi 6.12 (2007): 294-296.
Purwanto, Y. (2007). Tinjauan Religi Atas Manusia dan Lingkungan. Jurnal Sosioteknologi, 6(12), 294-296.
PURWANTO, Yedi. Tinjauan Religi Atas Manusia dan Lingkungan. Jurnal Sosioteknologi, 2007, 6.12: 294-296.
Idris, Nur Hafizoh, and Rohana Hamzah. "Nilai Profesionalisme Bakal Guru Berteraskan Indikator Standard Guru Malaysia (SGM)." Sains Humanika 60.1 (2012).
Idris, N. H., & Hamzah, R. (2012). Nilai Profesionalisme Bakal Guru Berteraskan Indikator Standard Guru Malaysia (SGM). Sains Humanika, 60(1).
IDRIS, Nur Hafizoh; HAMZAH, Rohana. Nilai Profesionalisme Bakal Guru Berteraskan Indikator Standard Guru Malaysia (SGM). Sains Humanika, 2012, 60.1.
Haryati, Tri Astutik. "Modernitas Dalam Perspektif Seyyed Hossein Nasr." JURNAL PENELITIAN 8.2 (2012).
Haryati, T. A. (2012). Modernitas Dalam Perspektif Seyyed Hossein Nasr. JURNAL PENELITIAN, 8(2).
HARYATI, Tri Astutik. Modernitas Dalam Perspektif Seyyed Hossein Nasr. JURNAL PENELITIAN, 2012, 8.2.
Kholmi, Masiyah Kholmi. "Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam Masyarakat Islam." Jurnal Salam 15.1 (2012).
Kholmi, M. K. (2012). Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam Masyarakat Islam. Jurnal Salam, 15(1).
KHOLMI, Masiyah Kholmi. Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam Masyarakat Islam. Jurnal Salam, 2012, 15.1.
Abdullah Karim, Pendidikan Agama Islam, Banjarmasin: Departemen Kesehatan RI Politeknek Kesehatan Jurusan Gizi, 2010

Abdul Majid (dkk), Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunah Tentang Iptek, Jakarta, Gema Insani Press, 1997
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-quran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007
Kamrani Buseri, Dasar, Asas, dan Prinsip Pendidikan Islam, Yogyakarta,  Aswaja Pressindo, 2014
M, Daud Ibrahim, Teknologi Emansipasi dan transendensi, Bandung, Mizan, 1994
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2006

http://didik-setiya.blogspot.com/2012/03/manusia-sebagai-khalifah-dibumi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar