STRUKTUR KEPERIBADIAN MANUSIA MENGENAI MANUSIA INSTAN
Diajukan untuk memenuhi
salah satu Tugas Mata Kuliah
Psikologi Pendidikaan
Dosen Pengampu : Syafrimen,
M.Ed., Ph.D
Disusun Oleh:
Yufi Indri Sufiyani 1611070100
Ria Susanti 1611070085
Jur/Kelas/Sem PGRA/B/II
JURUSAN PENDIDIKAN
GURU RAUDHATUL ATHFAL
FAKULTAS TARBIYAH
DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2017/2018
MANUSIA INSTAN
STRUKTUR
KEPERIBADIAN MANUSIA MENGENAI MANUSIA INSTAN
Yufi Indri Sufiyani, Ria Susanti,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Univertsitas Islam Negri (UIN) Raden Intan
Lampung, Indonesia
ABSTRACT
Man was created with two functions,
both of which must be done well, with no one is forgotten. The first function
is as' Abdullah (as a servant of Allah), and as representative of Allah.
Therefore, as a servant of God, it must always be submissive and obedient to
the top all the commandments and avoid all of His prohibitions man must obey
God's will, you can not disobey Him. In this case, humans have two tasks: first
he must worship God both in the narrow sense (prayer, fasting, Hajj, etc.) And
large (carry out all the activities both in relationships vertically to God
with fellow humans for gain the pleasure of Allah in accordance with the
provisions of Allah and the Hadith.
As a servant, man must carry out the
task of servitude to Allah SWT, under any circumstances and anywhere. He must
always worship God with full sincerity and just expect Allah's pleasure. He
must always worship Allah and worship Him, as a form of thanksgiving to God for
the blessings that have been given.
Keywords: Structure Personality, Instant Human
ABSTRAK
Manusia diciptakan dengan dua fungsi, yang keduanya harus
dapat terlaksana dengan baik, tanpa ada salah satu yang terlupakan. Fungsi
pertama adalah sebagai ‘Abdullah (sebagai hamba Allah), dan sebagai
khalifatullah. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah, maka ia harus selalu patuh
dan taat atas segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya maka manusia
harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh membangkang kepada-Nya. Dalam
hal ini, manusia mempunyai dua tugas yaitu: pertama
ia harus beribadah kepada Allah baik dalam pengertian sempit (shalat,
puasa, haji, dsb.) maupun luas (melaksanakan semua aktifitas baik dalam
hubungan secara vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah dengan sesama
manusia untuk memperoleh keridhaan Allah sesuai dengan ketentuan-ketentuan
Allah SWT dan Hadist.
Sebagai seorang hamba, manusia harus melaksanakan tugas
penghambaan diri kepada Allah SWT, dalam keadaan bagaimanapun dan di manapun.
Ia harus senantiasa beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan hanya
mengharapkan rida Allah. Ia harus selalu menyembah Allah dan berbakti
kepada-Nya, sebagai wujud syukur kepada-Nya atas nikmat yang telah diberikan.
Kata Kunci
: Struktur, Keperibadian, Manusia Instan
PENGENALAN
Hubungan manusia
dengan sesuatu yang dianggap adikordati (supernatural) memang memiliki latar
belakang sejarah yang sudah lama dan cukup panjang. Latar belakang ini dapat
dilihat dari berbagai pernyataan para ahli yang memiliki pendapat yang berbeda.
Termasuk para agamawan yang mempunyai pendapat berbeda.
Para antropologi
melihat hubungan manusia dengan zat yang adikordati itu dari sudut pandang
kebudayaan, dimasyarakat berlaku upacara-upacara ritual, pengargaan pada
tempat-tempat dan benda-benda tertentu yang di anggap suci dan di keramatkan.
Adanya ritual upacara keagamaan dimasyarakat yang mereka pelihara sebagai suatu
tradisi dalam kebudayaan mereka.
LATAR BELAKANG
Perkembangan
dan pertumbuhan manusia merupakan usaha yang terus berlangsung dan
berkembang. Seiring dengan perkembangannya, studi tentang perkembangan
manusia telah menjadi sebuah disiplin ilmu dengan tujuan untuk memahami
lebih dalam tentang apa dan bagaimana proses perkembangan manusia baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif. Perintis awal studi ilmiah perkembangan
manusia adalah babybiographies, sebuah jurnal yang mencatat
perkembangan awal anak. Kemudian berkembang dengan munculnya teori evolusi
Charles Darwin yang pertama kali melihat perilaku bayi adalah sebuah proses
perkembangan. Pada tahun 1877 Darwin mempublikasikan catatannya tentang
perkembangan sensori, kognitif, dan emosi anaknya di dua belas pertama
kehidupannya.
Sampai dengan
saat ini kajian mengenai perkembangan manusia telah banyak menunjukkan manfaat
yang signifikan.Dan salah satu manfaat
dari berkembangnya disiplin ilmu tentang perkembangan manusia ini adalah pendidikan.Dan jika kita berbicara pendidikan
tentunya unsur yang mutlak ada ialah manusia itu sendiri.Nah, dalam hal ini kajian ataupun
teori-teori mengenai perkembangan manusia sangat dibutuhkan oleh dunia
pendidikan. Memahami proses perkembangan manusia baik itu secara fisik maupun
psikologis sanat berguna bagi para pendidik. Dengan begitu akan menjadi petimbangan
bagi pendidik dalam memilih dan memberikan materi pendidikan dan pengajaran
yang sesuai dengan kebutuhan anak didik pada tiap tingkat perkembangan
tertentu.
TUJUAN
Untuk Mengetahui pengertian dan teori-teori pertumbuhan dan
perkembangan manusia, serta untuk Dapat memahami hal-hal yang terjdi pada
tahapan perkembangan manusia.
METODELOGI
Metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam kegiatan
belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru guna kepentingan pembelajaran.
Dalam pelaksanaan tugas guru sangat jarang menggunakan satu metode, tetapi
selalu memakai lebih dari satu metode karena karakteristik metode yang memilki
kelebihan dan kekurangan menuntut guru untuk menggunakan metode yang bervariasi.
Sebagai seorang guru tentu saja tidak boleh lengah bahwa ada beberapa hal yang
patut diperhatikan dalam Proses Perkembangan Mausia.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Manusia
adalah makhluk homoeducandus, yakni makhluk yang dapat dididik dan mendidik
(belajar-mengajar), dapat dipengaruhi dan mempengaruhi. Manusia bukanlah
makhluk yang selalu pasif yang hanya dapat menerima saja. Ia juga bukan makhluk
agresif (dapat memberikan dan mempengaruhi, tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh
keadaan). Secara realitas, manusia memang terikat dengan alam lingkungan dan
dapat mengubah atau mempengaruhinya. Dengan fitrah khalqiyah dan fitrah
munazzalah (berupa potensi-potensi internal) yang dimiliki manusia, ia memiliki
peluang untuk mengubah alam lingkungannya sesuai yang dikehendakinya. Ini
artinya, manusia dalam perkembangannya memiliki potensi bawaan dan pengaruh
lingkungan, yang dalam khasanah filsafat pendidikan Barat dikenal adanya teori
perkembangan manusia, yaitu: empirisme, nativisme, dan konvergensi.
Empirisme yang dipelopori oleh John Locke menyatakan bahwa perkembangan pribadi manusia ditentukan oleh faktor-faktor alam lingkungan, termasuk pendidikan. Ibaratnya adalah tiap individu manusia lahir bagaikan kertas putih yang siap diberi warna atau tulisan oleh faktor lingkungan.
Empirisme yang dipelopori oleh John Locke menyatakan bahwa perkembangan pribadi manusia ditentukan oleh faktor-faktor alam lingkungan, termasuk pendidikan. Ibaratnya adalah tiap individu manusia lahir bagaikan kertas putih yang siap diberi warna atau tulisan oleh faktor lingkungan.
Teori
konvergensi yang diusung oleh William Stern (1871-1938) menyatakan bahwa
perkembangan manusia berlangsung atas pengaruh dari faktor bakat/kemampuan
dasar dan faktor lingkungan, termasuk pendidikan. Teori ini membantah teori
empirisme dan nativisme, karena kenyataan membuktikan bahwa potensi bawaan yang
baik tanpa dibina oleh alam lingkungan tidak akan dapat membentuk pribadi yang
ideal. Sebaliknya, lingkungan yang baik, terutama pendidikan, tanpa didukung
oleh potensi bawaan yang baik, tidak akan membuahkan hasil kepribadian yang
optimal. Jadi proses perkembangan manusia merupakan hasil kerjasama antara
faktor dasar (bawaan) dan alam lingkungan.
Tahapan manusia yang dilewati manusia
dalam pertumbuhan dan perkembanganya terjadi bukan karna faktor peluang dan
kebetulan, namun ini merupakan sesuatu yang telah dirancang, ditentukan dan di
tetapkan langsung oleh Allah SWT. Banyak sekali ayat Al-qur’an yang menyatakan
hal ini salah satu contohnya adalah Qs. Al-furqon [25]:2
Menurut Al-qur’an, pertumbuhan dan
perkembangan manusia memiliki pola umum yang dapat diterapkan pada manusia,
meskipun terdapat individual. Pola yang terjadi adalah bahwa setiap individu
tumbuh dari keadaan yang lemah menuju keadaan yang kuat dan kemuadian kembali
melemah. Dengan kata lain, pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan hukum
alam, ada kenaikan dan ada penurunan. Ketika seseorang secara berangsur-angsur
mencapai puncak perkembanganya baik fisik maupun kongnitif dia mulai menurun
berangsur-angsur.
Psikologi
diakui sebagai ilmu
yang berdiri sendiri
pada tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt mendirikan
laboratorium psikologi di Leipzig, Jerman. Labo-ratorium ini merupakan
laboratorium psikologi yang pertama di dunia. Setelah itu
psikologi mengalami
perkembangan yang pesat,
yang ditandai dengan lahirnya
bermacam-macam aliran dan cabang.
Aliran-aliran psikologi lahir karena adanya pemahaman dan
keyakinan para ahli yang
berbeda-beda dalam memandang
manusia. Aliran-aliran yang berkembang
dalam bidang psikologi
diantaranya : strukturalisme, fungsionalisme, behaviorisme,
psikologi gestalt, psikologi
dalam, psikologi humanistik, dst.
Sedangkan cabang-cabang psikologi berkembang sebagai hasil dari pengkajian
perilaku manusia ditinjau dari sudut pandang
tertentu. Cabang-cabang psikologi diantaranya
: psikologi perkembangan,
psikologi pendidikan,
psikologi sosial, psikologi
kepribadian, psikologi abnormal, psikologi kesehatan, psikologi olah
raga, dst.Psikologi kepribadian, sama halnya dengan cabang-cabang lainnya
psikologi, memberikan sumbangan
yang berharga bagi
pemahamatentang manusia melalui
kerangka kerja psikologi
secara ilmiah. Yang membedakan psikologi kepribadian dengan cabang-cabang
lainnya adalausahanya untum mensintesiskan dan
mengintegrasikan prinsip-prinsip yang
terdapat dalam bidang-bidang
psikologi lain tersebut.
Dalam bidang psikologi
tidak ada satu
bidangpun yang memiliki daerah
yang demikian luas seperti psikologi kepribadian
PEMBAHASAN
Manusia
adalah makhluk homoeducandus, yakni makhluk yang dapat dididik dan mendidik
(belajar-mengajar), dapat dipengaruhi dan mempengaruhi. Manusia bukanlah
makhluk yang selalu pasif yang hanya dapat menerima saja. Ia juga bukan makhluk
agresif (dapat memberikan dan mempengaruhi, tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh
keadaan). Secara realitas, manusia memang terikat dengan alam lingkungan dan
dapat mengubah atau mempengaruhinya. Dengan fitrah khalqiyah dan fitrah
munazzalah (berupa potensi-potensi internal) yang dimiliki manusia, ia memiliki
peluang untuk mengubah alam lingkungannya sesuai yang dikehendakinya. Ini
artinya, manusia dalam perkembangannya memiliki potensi bawaan dan pengaruh
lingkungan, yang dalam khasanah filsafat pendidikan Barat dikenal adanya teori
perkembangan manusia, yaitu: empirisme, nativisme, dan konvergensi.
Empirisme yang dipelopori oleh John Locke menyatakan bahwa perkembangan pribadi manusia ditentukan oleh faktor-faktor alam lingkungan, termasuk pendidikan. Ibaratnya adalah tiap individu manusia lahir bagaikan kertas putih yang siap diberi warna atau tulisan oleh faktor lingkungan.
Empirisme yang dipelopori oleh John Locke menyatakan bahwa perkembangan pribadi manusia ditentukan oleh faktor-faktor alam lingkungan, termasuk pendidikan. Ibaratnya adalah tiap individu manusia lahir bagaikan kertas putih yang siap diberi warna atau tulisan oleh faktor lingkungan.
Teori ini
dikenal dengan teori tabularasa. Bagi Locke, faktor lingkungan yang memiliki
kontribusi besar terhadap pembentukan pribadi seseorang.
Nativisme yang dipelopori Arthur Schopenhauer (1788-1860) menyatakan bahwa perkembangan pribadi hanya ditentukan oleh bawaan (kemampuan dasar), bakat serta faktor dalam yang bersifat kodrati. Faktor bawaan inilah tidak bisa diubah oleh pengaruh lingkungan atau pendidikan. Apapun usaha pendidikan yang bertujuan membentuk kepribadian tidak dapat menggapai harapan yang diidamkan tanpa dukunganfaktorbawaan.
Nativisme yang dipelopori Arthur Schopenhauer (1788-1860) menyatakan bahwa perkembangan pribadi hanya ditentukan oleh bawaan (kemampuan dasar), bakat serta faktor dalam yang bersifat kodrati. Faktor bawaan inilah tidak bisa diubah oleh pengaruh lingkungan atau pendidikan. Apapun usaha pendidikan yang bertujuan membentuk kepribadian tidak dapat menggapai harapan yang diidamkan tanpa dukunganfaktorbawaan.
Teori
konvergensi yang diusung oleh William Stern (1871-1938) menyatakan bahwa
perkembangan manusia berlangsung atas pengaruh dari faktor bakat/kemampuan
dasar dan faktor lingkungan, termasuk pendidikan. Teori ini membantah teori
empirisme dan nativisme, karena kenyataan membuktikan bahwa potensi bawaan yang
baik tanpa dibina oleh alam lingkungan tidak akan dapat membentuk pribadi yang
ideal. Sebaliknya, lingkungan yang baik, terutama pendidikan, tanpa didukung
oleh potensi bawaan yang baik, tidak akan membuahkan hasil kepribadian yang
optimal. Jadi proses perkembangan manusia merupakan hasil kerjasama antara
faktor dasar (bawaan) dan alam lingkungan.
Tahapan manusia yang dilewati manusia
dalam pertumbuhan dan perkembanganya terjadi bukan karna faktor peluang dan
kebetulan, namun ini merupakan sesuatu yang telah dirancang, ditentukan dan di
tetapkan langsung oleh Allah SWT. Banyak sekali ayat Al-qur’an yang menyatakan
hal ini salah satu contohnya adalah Qs. Al-furqon [25]:2
Menurut Al-qur’an, pertumbuhan dan
perkembangan manusia memiliki pola umum yang dapat diterapkan pada manusia,
meskipun terdapat individual. Pola yang terjadi adalah bahwa setiap individu
tumbuh dari keadaan yang lemah menuju keadaan yang kuat dan kemuadian kembali
melemah. Dengan kata lain, pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan hukum
alam, ada kenaikan dan ada penurunan. Ketika seseorang secara berangsur-angsur
mencapai puncak perkembanganya baik fisik maupun kongnitif dia mulai menurun
berangsur-angsur.
Psikologi
diakui sebagai ilmu
yang berdiri sendiri
pada tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt mendirikan
laboratorium psikologi di Leipzig, Jerman. Labo-ratorium ini merupakan
laboratorium psikologi yang pertama di dunia. Setelah itu
psikologi mengalami
perkembangan yang pesat,
yang ditandai dengan lahirnya
bermacam-macam aliran dan cabang.
Aliran-aliran psikologi lahir karena adanya pemahaman dan
keyakinan para ahli yang
berbeda-beda dalam memandang
manusia. Aliran-aliran yang berkembang
dalam bidang psikologi
diantaranya : strukturalisme, fungsionalisme, behaviorisme,
psikologi gestalt, psikologi
dalam, psikologi humanistik, dst.
Sedangkan cabang-cabang psikologi berkembang sebagai hasil dari pengkajian
perilaku manusia ditinjau dari sudut pandang
tertentu. Cabang-cabang
psikologi diantaranya: psikologi
perkembangan, psikologi
pendidikan, psikologi sosial,
psikologi kepribadian, psikologi
abnormal, psikologi kesehatan, psikologi olah raga, dst.Psikologi
kepribadian, sama halnya dengan cabang-cabang lainnya psikologi, memberikan
sumbangan yang berharga
bagi pemahamatentang manusia
melalui kerangka kerja
psikologi secara ilmiah.
Yang membedakan psikologi kepribadian
dengan cabang-cabang lainnya adalausahanya untum
mensintesiskan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip yang
terdapat dalam bidang-bidang
psikologi lain tersebut.
Dalam bidang psikologi
tidak ada satu
bidangpun yang memiliki daerah
yang demikian luas seperti psikologi kepribadian
(Koeswara, 1991 : 4).
Manusia Sebagai
Makhluk Allah
Manusia adalah keyword yang harus
dipahami terlebih dahulu bila kita ingin memahami pendidikan. Untuk itu perlu kiranya melihat secara lebih rinci tentang beberapa pandangan
mengenai hakikat manusia:
Pandangan
Psikoanalitik
Dalam
pandangan psikoanalitik diyakini
bahwa pada hakikatnya manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya
yang bersifat instingtif. Hal ini
menyebabkan tingkah laku
seorang manusia diatur
dan dikontrol oleh kekuatan
psikologis yang memang ada
dalam diri manusia. Terkait
hal ini diri manusia tidak memegang kendali atau tidak menentukan
atas nasibnya seseorang tapi
tingkah laku seseorang
itu semata-mata diarahkan
untuk mememuaskan kebuTuhan dan insting biologisnya.
Pandangan
Humanistik
Para
humanis menyatakan bahwa
manusia memiliki dorongan-dorongan dari
dalam dirinya untuk mengarahkan dirinya
mencapai tujuan yang
positif. Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan
nasibnya sendiri.
Hal
ini membuat manusia
itu terus berubah
dan berkembang untuk
menjadi pribadi yang lebih baik dan
lebih sempurna. Manusia dapat pula menjadi anggota kelompok
masyarakat dengan tingkah
laku yang baik. Mereka
juga mengatakan selain adanya
dorongan-dorongan tersebut, manusia
dalam hidupnya juga digerakkan
oleh rasa tanggung
jawab sosial dan keinginan
mendapatkan sesuatu. Dalam hal
ini manusia dianggap
sebagai makhluk individu
dan juga sebagai makhluk sosial.
Pandangan
Martin Buber
Martin
Buber mengatakan bahwa
pada hakikatnya manusia
tidak bisa disebut
‘ini’ atau ‘itu’.
Menurutnya manusia adalah
sebuah eksistensi atau keberadaan yang memiliki potensi namun dibatasi oleh
kesemestaan alam. Namun keterbatasan
ini hanya bersifat
faktual bukan esensial
sehingga apa yang
akan dilakukannya tidak dapat
diprediksi. Dalam pandangan
ini manusia berpotensi utuk menjadi ‘baik’ atau
‘jahat’, tergantung kecenderungan mana
yang lebih besar dalam diri manusia. Hal
ini memungkinkan manusia
yang ‘baik’ kadang-kadang juga melakukan ‘kesalahan’.
Pandangan
Behavioristik
Pada
dasarnya kelompok Behavioristik
menganggap manusia sebagai makhluk yang reaktif dan tingkah
lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor dari luar dirinya, yaitu
lingkungannya. Lingkungan merupakan
faktor dominan yang mengikat
hubungan individu. Hubungan ini
diatur oleh hukum-hukum
belajar, seperti adanya teori conditioning atau
teori pembiasaan dan
keteladanan. Mereka juga meyakini bahwa baik dan buruk itu adalah karena
pengaruh lingkungan.Dari uraian di atas bisa diambil beberapa kesimpulan yaitu;
Manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam
yang dapat menggerakkan hidupnya. Dalam
diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional
yang bertanggung jawab atas
tingkah laku intelektual dan sosial individu. Manusia pada hakikatnya dalam
proses ‘menjadi’, dan terus berkembang. Manusia
mampu mengarahkan dirinya
ke tujuan yang
positif, mampu mengatur dan mengendalikan dirinya
dan mampu menentukan nasibnya
sendiri.
Manusia Sebagai
Abdun
Sebutan manusia sebagai bani Adam merujuk
kepada berbagai keterangan dalam al- Qur’an
yang menjelaskan bahwa manusia adalah keturunan Adam dan bukan berasal dari
hasil evolusi dari makhluk lain seperti
yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Konsep bani Adam mengacu pada
penghormatan kepada nilai-nilai kemanusiaan.
Konsep ini menitikbertakan pembinaan
hubungan persaudaraan antar sesama
manusia dan menyatakan
bahwa semua manusia berasal dari
keturunan yang sama.
Dengan
demikian manusia dengan
latar belakang sosia kultural, agama, bangsa dan bahasa yang berbeda
tetaplah bernilai sama, dan harus
diperlakukan dengan sama.
Dalam surah al- A’raf
dijelaskan: “Hai anak
Adam, sesungguhnya Kami
telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
taqwa itulah yang paling baik. Yang
demikian itu adalah
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, semoga mereka selalu
ingat. Hai anak
Adam janganlah kamu
ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan
kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : 7; 26-27
Manusia Sebagai
Khalifah Di Muka Bumi
Hakikat manusia sebagai khalifah Allah di
bumi dijelaskan dalam surah al-Baqarah
ayat 30: “Ingatlah
ketika Tuhan-mu berfirman
kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang
khalifah di muka
bumi.” Mereka berkata:”Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang kamu tidak
ketahui.” (QS:2: 30),
dan surah Shad
ayat 26,“Hai Daud, sesungguhnya
Kami menjadikan kamu
khalifah (peguasa) di
muka bumi, maka berilah
keputusan di antara manusia dengan
adil dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu.
Karena ia akan
menyesatkan kamu dari
jalan Allah. …” (QS:38:26).
KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk Allah yang paling
sempurna dan dalam berbagai ayat al-
Qur’an dijelaskan tentang
kesempurnaan penciptaan manusia
tersebut. Kesempurnaan penciptaan manusia itu kemudian semakin “disempurnakan” oleh
Allah dengan mengangkat manusia sebagai khalifah di muka bumi yang mengatur dan
memanfaatkan alam. Allah juga melengkapi manusia dengan berbagai potensi yang
dapat dikembangkan untuk
memenuhi kebuTuhan hidup
manusia itu sendiri. Di antara potensi-potensi tersebut
adalah potensi emosional,
potensi fisikal. potensi akal
dan potensi spritual.
Keseluruhan potensi
manusia ini harus
dikembangkan sesuai dengan
fungsi dan tujuan
pemberiannya oleh Tuhan. Ada
berbagai pandangan dan pendapat seputar pengembangan potensi manusia,
seperti pandangan filosofis, kronologis, fungsional dan sosial. Di samping memiliki berbagai potensi
manusia juga memiliki berbagai
karakteristik atau ciri
khas yang dapat membedakannya dengan
hewan yang merupakan
wujud dari sifat
hakikat manusia Berdasarkan
pembahasan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa
pada hakikatnya manusia berbeda
dengan makhluk Tuhan
yang lain seperti
hewan ditinjau dari karakteristiknya, potensi potensi yang
dimilikinya dan kemampuan manusia dalam mengembangkan
potensinya.
RUJUKAN
Purwanto, Yedi. "Tinjauan
Religi Atas Manusia dan Lingkungan." Jurnal Sosioteknologi 6.12
(2007): 294-296.
Purwanto, Y. (2007). Tinjauan Religi
Atas Manusia dan Lingkungan. Jurnal Sosioteknologi, 6(12),
294-296.
PURWANTO, Yedi. Tinjauan Religi Atas
Manusia dan Lingkungan. Jurnal Sosioteknologi, 2007, 6.12: 294-296.
Idris, Nur Hafizoh, and Rohana
Hamzah. "Nilai Profesionalisme Bakal Guru Berteraskan Indikator Standard
Guru Malaysia (SGM)." Sains Humanika 60.1 (2012).
Idris, N. H., & Hamzah, R.
(2012). Nilai Profesionalisme Bakal Guru Berteraskan Indikator Standard Guru
Malaysia (SGM). Sains Humanika, 60(1).
IDRIS, Nur Hafizoh; HAMZAH, Rohana.
Nilai Profesionalisme Bakal Guru Berteraskan Indikator Standard Guru Malaysia
(SGM). Sains Humanika, 2012, 60.1.
Haryati, Tri Astutik.
"Modernitas Dalam Perspektif Seyyed Hossein Nasr." JURNAL
PENELITIAN 8.2 (2012).
Haryati, T. A. (2012). Modernitas
Dalam Perspektif Seyyed Hossein Nasr. JURNAL PENELITIAN, 8(2).
HARYATI, Tri Astutik. Modernitas
Dalam Perspektif Seyyed Hossein Nasr. JURNAL PENELITIAN, 2012, 8.2.
Kholmi, Masiyah Kholmi.
"Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam Masyarakat
Islam." Jurnal Salam 15.1 (2012).
Kholmi, M. K. (2012). Akuntabilitas
dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam Masyarakat Islam. Jurnal Salam, 15(1).
KHOLMI, Masiyah Kholmi.
Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam Masyarakat Islam. Jurnal
Salam, 2012, 15.1.
Abdullah Karim, Pendidikan Agama Islam,
Banjarmasin: Departemen Kesehatan RI Politeknek Kesehatan Jurusan Gizi, 2010
Abdul Majid (dkk), Mukjizat
Al-Qur’an dan As-Sunah Tentang Iptek, Jakarta, Gema Insani Press, 1997
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori
Pendidikan Berdasarkan Al-quran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007
Kamrani Buseri, Dasar, Asas, dan
Prinsip Pendidikan Islam, Yogyakarta,
Aswaja Pressindo, 2014
M,
Daud Ibrahim, Teknologi Emansipasi dan transendensi, Bandung, Mizan,
1994
Ramayulis,
Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2006
http://didik-setiya.blogspot.com/2012/03/manusia-sebagai-khalifah-dibumi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar