Minggu, 02 April 2017

KEMITRAAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN



KEMITRAAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN

Oleh karenanya perlu  dibangun kemitraan sekolah dan keluarga dalam pendidikan karakter. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontradiksi atau ketidakselarasan  antara nilai-nilai  yang harus dipegang teguh oleh anak-anak di sekolah  dan yang harus mereka ikuti di lingkungan keluarga atau masyarakat. Apabila terjadi konflik nilai, anak-anak mungkin akan merasa bingung sehingga tidak memiliki pegangan nilai yang menjadi acuan dalam berperilaku, dan dikhawatirkan tidak mampu mengontrol diri dalam menghadapi pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan sekitar mereka.
Masih dengan gaya berpikir andalan, "otak atik gatuk", menurut saya ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam membentuk jaringan kemitraan sekolah dan keluarga dalam pendidikan karakter, yaitu :
1.    Mengubah cara pandang orang tua mengenai lembaga pendidikan. Ada sebagian orang tua yang berpandangan bahwa sekolah adalah satu-satunya lembaga yang mampu mencetak pribadi berkarakter, sehingga terkesan menyerahkan tanggung jawab penanaman nilai-nilai karakter kepada sekolah. Cara pandang tersebut harus dirubah, karena keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Selain itu, sebagian besar waktu anak dihabiskan di rumah. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan di sekolah tidak akan mampu secara efektif merubah perilaku dan karakter anak, apabila tidak didukung dengan penanaman nilai-nilai yang sama dalam keluarga.
2. Mensosialisasikan konsep pendidikan karakter dalam lingkungan keluarga. Orang tua penting untuk memahami bahwa pendidikan karakter tidak bisa hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga harus dilakukan juga dalam kehidupan di keluarga. Secara praktis, pendidikan karakter dapat dipahami melalui tiga proses, yaitu "knowing the good, loving the good, dan acting the good". Orang tua harus melakukan sosialisasi nilai-nilai karakter, menjadikan anak mencintai nilai-nilai tersebut, serta membiasakan anak melakukan nilai-nilai tersebut. Beberapa strategi dapat dilakukan orang untuk melakukannya, seperti menciptakan iklim dialogis dalam keluarga, keteladanan, pembiasaan, dan dalam segala aktivitas kehidupan dalam lingkungan keluarga. Orang tua dapat mengadopsi strategi yang diterapkan di sekolah untuk coba diterapkan di rumah.
3. Mendiskusikan nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan pada anak. Nilai-nilai karakter yang hendak dikembangkan di sekolah, yang juga diprogramkan untuk dikembangkan di lingkungan keluarga hendaknya merupakan hasil diskusi pihak sekolah dan perwakilan orang tua, dan selanjutnya disosialiasikan kepada seluruh orang tua siswa. Penentuan nilai-nilai karakter yang dikembangkan tersebut hendaknya dapat disesuaikan dengan kondisi siswa dan juga pengaruh negatif lingkungan yang dapat mempengaruhi siswa.  Keselarasan dalam pengembangan nilai-nilai karakter, diharapkan mampu meningkatkan efektivitas penanaman nilai karakter dalam lingkungan sekolah dan keluarga.
Pada khayalan tingkat tinggi, saya berharap pendekatan pendidikan karakter secara komprehensif dengan melibatkan sekolah dan keluarga, apalagi ditambah dengan lingkungan, maka akhlak mulia dapat terukir menjadi "habit of the mind" atau kebiasaan berpikir, dan menjadi dasar dalam setiap tindakannya. Apabila anak dihadapkan pada situasi yang memberikan kesempatan untuk berbuat curang yang akan menguntungkannya, maka anak akan berpikir bahwa hal itu bertentangan dengan nilai-nilai karakter yang positif, sehingga tetap memilih untuk berbuat jujur apapun konsekuensinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar