BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Indonesia memiliki
banyak suku bangsa yang tersebar di banyak daerah. Perbedaan bahasa antara satu
daerah dengan daerah lain tentu menyulitkan komunikasi suatu kelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Bahasa Indonesia memiliki
fungsi-fungsi yang sangat vital dalam kelangsungan berbangsa dan bernegara. Salah satu fungsinya
adalah sebagai alat untuk menjalankan administrasi Negara . dengan demikian,
Bahasa Indonesia sangat berperan dalam mempersatukan berbagai masyarakat yang
berbeda-beda latar belakang sosial,budaya dan bahasanya. Keadaan ini menuntut
perlunya ejaan baku Bahasa Indonesia yang
bisa dijadikan pedoman oleh seluruh masyarakat di penjuru Nusantara sehingga
dapat menggunakan bahasa Indonesia secara benar dan baik. Selanjutnya, untuk
kepentingan tersebut, Pemerintah Republik Indonesia telah menyususn dan
memberlakukan ejaan bahasa Indonesia baku yang telah mengalami beberapa kali
penyempurnaan sehingga akhirnya menjadi Ejaan Yang Disempurnakan atau yang
biasa disingkat EYD.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia?
2. Apa
yang dimaksud dengan Pemakaian Huruf pada EYD?
3. Apa
yang dimaksud dengan Penulisan Kata pada EYD?
4. Bagaimana
cara Pemakaian Tanda Baca pada EYD?
C.
Tujuan
1. Ingin
mengetahui tentang Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia.
2. Ingin
mengetahui tentang Pemakaian Huruf
pada EYD.
3. Ingin
mengetahui tentang Penulisan Kata pada EYD.
4. Ingin
mengetahui tentang cara Pemakaian Tanda Baca pada EYD.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1 Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia
Sebelum 1900 di Indonesia,yang sebagian besar penduduknya masih menggunakan bahasa Melayu ,belum ada sistem ejaan yang sama. Kemudian pada 1900,Ch. Van ophuysen mendapat perintah untuk menyusun ejaan Melayu dengan mempergunakan aksara Latin. Dalam usahanya itu,ia sekadar mempersatukan bermacam-macam sistem ejaan yang sudah ada dengan bertolak dari sistem ejaan bahasa Belanda sebagai landasan pokok. Dengan bantuan Wngku Nawawi,gelar Soetan Ma’moer,dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim,akhirnya ditetapkanlah ejaan itu dalam bukunya Kitab Logat Melajoe,yang terkenal dengan nama Ejaan Van Ophuysen atau ada juga yang menyebutnya Ejaan Balai Pustaka. Ejaan tersebut tidak sekali jadi,tapi terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun dan baru pada 1926,mendapat bentuk yang baku.
Hal-hal
yang menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen adalah sebagai berikut :
a. Penggunaan
huruf j untuk menuliskan kata-kata
jang,pajah,sajang.
b. Penggunaan
huruf oe untuk menuliskan kata-kata
goeroe,itoe,oemoer.
c. Penggunaan
tanda diakritik,seperti koma ain,hamzah dan tanda trema,untuk menuliskan
kata-kata ma’moer,’akal,ta’,dinamai’.
Selama Kongres Bahasa Indonesia pada
1938,telah muncul usulan agar ejaan itu lebih di internasionalisasikan. Dan
memang dalam perkembangan selanjutnya,terutama sesudah Indonesia
merdeka,dirasakan bahwa ada beberapa hal kurang praktis yang harus
disempurnakan. Sebenarnya perubahan ejaan itu telah direncanakan sewaktu
pendudukan Jepang. Pada 19 Maret 1947,di keluarkan penetapan baru oleh Menteri
Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, Suwandi tentang perubahan Ejaan Bahasa
Indonesia; sebab itu ejaan pengganti Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik. Sebagai
dampak dari keputusan tersebut,bunyi oe
tidak semuanya diganti dengan u. baru
pada 1949,berdasarkan pada surat edaran Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan,tanda oe mulai 01 Januari 1949 diganti dengan u.
Beberapa lambing yang tampak pada Ejaan
Republik tersebut adalah sebagai berikut.
a. Huruf
oe diganti dengan u,seperti pada guru,itu,umur.
b. Bunyi
Hamzah dan bunyi sentak di tulis dengan k,seperti pada kata-kata
tak,pak,maklum,rakjat.
c. Kata
ulang boleh ditulis dengan angka 2,seperti anak2,ber-jalan2,ke-barat2-an.
d.
Awalan di- dan kata depan di,kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya,seperti kata depan di
pada dirumah, dikebun, disamakan, dengan imbuhan di-pada ditulis,dikarang.
Pada Kongres Bahasa
Indonesia II pada 1954 di Medan, masalah ejaan dipersoalkan lagi. Prof.Dr.Prijono
mengajukan Prasaran Dasar-Dasar Ejaan Bahasa Indonesia dengan Huruf Latin. Isi
dasar-dasar tersebut adalah perlungya penyempurnaan kembali Ejaan Republik yang
sedang dipakai saat itu. Namun, hasil penyempurnaan Ejaan Republik ini gagal
diresmikan karena terbentur biaya yang besar untuk perombakan mesin tik yang
telah ada di Indonesia. Usaha penyempurnaan ejaan terus dilakukan,termasuk
bekerjasama dengan Malaysia yang menggunakan rumpun bahasa Melayunya pada
Desember 1959. Dari kerjasama ini,terbentuklah Ejaan Melindo (Ejaan Melayu
Indonesia) yang diharapkan pemakaiannya berlaku di perkembangan hubungan
politik yang kurang baik antardua Negara tersebut pada saat itu, ejaan ini
gagal lagi diberlakukan.
Pada
awal Mei 1966, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK),yang sekarang menjadi
Pusat Bahasa,menyusun lagi Ejaan Baru Bahasa Indonesia. Namun,hasil perubahan ini juga tetap mendapat banyak
pertentangan dari berbagai pihak sehingga gagal lagi diberlakukan.
Pada
16 Agustus 1972,Presiden Republik Indonesia meresmikan Ejaan baru, yang lebih dikenal dengan Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Ejaan baru ini tetap dipakai sampai saat ini, dan
tentunya telah mengalami revisi agar lebih sempurna.[1]
Selanjutnya
pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia pengembangan Bahasa Indonesia Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku ”Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang labih luas.
Setelah itu ,Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975
memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan”.
Pada tahun 1987,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Penyemprnaan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan EYD edisi 1975. Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional
mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikann Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang
pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan di keluarkannya
Peraturan menteri ini, maka
EYD edisi 1987 di ganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.[2]
1.2
Pemakaian
Huruf
1. Huruf Abjad
Abjad yang dipakai
dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf berikut.
Huruf
|
Nama
|
Pengucapan
|
|
Kapital
|
Nonkapital
|
||
A
|
A
|
a
|
A
|
B
|
B
|
be
|
Bé
|
C
|
C
|
ce
|
Cé
|
D
|
D
|
de
|
Dé
|
E
|
E
|
e
|
É
|
F
|
F
|
ef
|
Éf
|
G
|
G
|
ge
|
Gé
|
H
|
H
|
ha
|
Ha
|
I
|
I
|
i
|
I
|
J
|
J
|
je
|
Jé
|
K
|
K
|
ka
|
Ka
|
L
|
L
|
el
|
Él
|
M
|
M
|
em
|
Ém
|
N
|
N
|
en
|
Én
|
O
|
O
|
o
|
O
|
P
|
P
|
pe
|
Pé
|
Q
|
Q
|
ki
|
Ki
|
R
|
R
|
er
|
Ér
|
S
|
S
|
es
|
És
|
T
|
T
|
te
|
Té
|
U
|
U
|
u
|
U
|
V
|
V
|
ve
|
Vé
|
W
|
W
|
we
|
Wé
|
X
|
X
|
eks
|
Éks
|
Y
|
Y
|
ye
|
Yé
|
Z
|
Z
|
zet
|
Zét
|
2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan
vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.
Vokal
|
Misalnya
Pemakaian dalam Kata
|
||
|
Posisi Tengah
|
|
|
Posisi Awal
|
Posisi Akhir
|
||
A
|
Api
|
padi
|
Lusa
|
e*
|
Enak
|
petak
|
Sore
|
|
Ember
|
pendek
|
-
|
|
Emas
|
kena
|
Tipe
|
I
|
Itu
|
simpan
|
Murni
|
O
|
Oleh
|
kota
|
Radio
|
U
|
Ulang
|
bumi
|
Ibu
|
Keterangan:
*Untuk pengucapan
(pelafalan) kata yang benar,
diakritik berikut ini dapat digunakan jika ejaan kata itu dapat menimbulkan
keraguan.
a.
Diakritik ( e ) dilafalkan [ e ]
Misalnya : Anak-anak
bermain di teras (teras)
b.
Diakritik ( e ) dilafalkan [e]
Misalnya : Kami menonton film seri (seri)
c.
Diakritik ( e ) dilafalkan [a]
Misalnya : Upacara itu dihadiri pejabat teras (teras) Bank Indonesia
3. Huruf
Konsonan
Huruf yang melambangkan
konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s,
t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan
|
Misalnya pemakaian
dalam kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi
Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
B
|
Bahasa
|
Sebut
|
Adab
|
C
|
Cakap
|
Kaca
|
-
|
D
|
Dua
|
Ada
|
Abad
|
F
|
Fakir
|
Kafan
|
Maaf
|
G
|
Guna
|
Tiga
|
Gudeg
|
H
|
Hari
|
Saham
|
Tuah
|
J
|
Jalan
|
Manja
|
Mikraj
|
K
|
Kami
|
Paksa
|
Politik
|
L
|
Lekas
|
Alas
|
Akal
|
M
|
Maka
|
Kami
|
Diam
|
N
|
Nama
|
Tanah
|
Daun
|
P
|
Pasang
|
Apa
|
siap
|
Q
|
Qariah
|
Iqra
|
-
|
R
|
Raih
|
Bara
|
Putar
|
S
|
Sampai
|
Asli
|
Tangkas
|
T
|
Tali
|
Mata
|
Rapat
|
V
|
Variasi
|
Lava
|
Molotov
|
W
|
Wanita
|
Hawa
|
Takraw
|
X
|
Sajenon
|
-
|
-
|
Y
|
Yakin
|
Payung
|
-
|
Z
|
Zeni
|
Lazim
|
Juz
|
Keterangan:
*Huruf
q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu. Huruf x pada
posisi awal kata diucapkan [s].
4. Huruf Iftong
Didalam bahasa
Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi
.
5. Gabungan
Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan
kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf
Konsonan
|
Misalnya Pemakaian
dalam Kata
|
||
Posisi
Awal
|
Posisi
Tengah
|
Posisi
Akhir
|
|
Kh
|
Khusus
|
Akhir
|
Tarikh
|
Ng
|
Ngarai
|
Bangun
|
Senang
|
Ny
|
Nyata
|
Banyak
|
-
|
Sy
|
Syarat
|
musyawarah
|
Arasy
|
6.
Huruf Kapital
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama awal kalimat. Misalnya :
Apa
maksudnya?
Dia
membaca buku.
b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Misalnya
:
Amir Hamzah
Jenderal Kancil
Catatan:
1)
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
ikan
mujair.
5
ampere
2)
Huruf kapital tidak dipakai untuk
menuliskan huruf pertama kata yang bermakna ‘anak dari’ seperti bin, binti, boru, dan von,atau huruf pertama kata tugas.
Misalnya :
Siti
Fatimah binti Salim
Ayam
Jantan dariTimur
c.
Huruf kapital dipakai pada awal kalimat
dalam petikan langsung. Misalnya :
Adik
bertanya, “Kapan kita pulang?”
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf partama
setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti
untuk Tuhan. Misalnya:
Islam
Alquran
Allah
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan
1)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang
diikuti nama orang termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:
Doktor
Mohammad Hatta
Andri Wicaksono, Magister
Pendidikan
2)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi serta nama jabatan
dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:
Selamat
datang, Yang Mulia.
Silakan duduk, Prof.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai
sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Laksamana Muda Udara Husein
Sastranegara
Gubernur Papua Barat
g. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dani
bahasa Bali
Catatan:
Nama
bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan
huruf awal kapital.
Misalnya :
pengindonesiaan
kata asing
kejawa-jawaan
h. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama pada:
1) Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari besar atau hari raya.
Misalnya:
bulan Agustus
hari Natal
2) Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah.
Misalnya:
Perang Dunia II
Konferensi Asia
Afrika
Catatan:
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai
nama tidak ditulis dengan huruf capital
Misalnya:
Perlombaan senjata
membawa risiko pecahnya perang dunia.
i.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama geografi.
Misalnya:
Jakarta
Sungai
Musi
Catatan:
1)
Huruf pertama nama geografi yang bukan
nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya: berlayar ke teluk mandi di sungai
2) Huruf pertama nama diri geografi
dipakai sebagai nama jenis tidak
ditulis dengan huruf
kapital.
Misalnya: jeruk bali
Nama yang disertai nama
geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan
atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya. Misalnya:
gula pasir
kunci tolak
contoh berikut bukan nama jenis
Dia mengoleksi batik Cirebon, batik
Pekalongan, dan batik Solo.
j.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama
negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti,
di, ke, dari, dan, yang, dan untuk. Misalnya: Republik
Indonesia
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama setiap kata (termasuk
unsur kata ulang
sempurna) didalam jusul buku, karangan, artikel, san
makalah, serta nama
majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas,
seperti di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada
posisi awal. Misalnya:
Saya telah membaca buku
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
l. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Misalnya:
S.H sarjana hukum
m. huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti
bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai
dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan
Catatan:
1)
Istilah kekerabatan berikut bukan
merupakan penyapaan atau pengacuan. Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan
ibu kita.
2) Kata
ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
7. Huruf Miring
a.
Huruf miring dipakai untuk menuliskan
judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan,
termasuk dalam daftar pustaka. Misalnya:
Saya sudah membaca buku
Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
b.
Huruf miring dipakai untuk menegaskan
atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Huruf terkhir kata abad adalah d.
c.
Huruf miring dipakai untuk menuliskan
kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:
Nama ilmiah buah
manggis adalah Garnicia mangostana
Catatan:
1)
Nama diri, seperti nama orang, lembaga,
atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan
huruf miring.
2)
Dalam naskah tulisan tangan atau mesin
tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis
bawah.
3)Kalimat atau teks berbahasa asing atau
berbahasa daerah yang dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia
ditulis dengan huruf miring.
8. Huruf Tebal
a.
Huruf tebal dipakai untuk menegaskan
bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Misalnya:
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti
‘dan’
b.
Huruf tebal dapat dipakai untuk
menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul
buku, bab, atau subbab.[3]
1.3
Penulisan Kata
1.
Kata
Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu
kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat
menarik.
Ibu sangat
mengharapkan keberhasilanmu
Catatan:
Kata yang dicetak miring dalam kalimat diatas
merupakan bentuk kata dasar.
2.
Kata
Turunan/Berimbuhan
1.
a.
Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya.
Misalnya:
berjalan
dipermainkan.
b. imbuhan dirangkaikan
dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang
bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
2.
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan
kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti
atau mendahuluinya.
Misalnya:
Bertepuk tangan
Sebar luaskan
3.
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus,unsure gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menyebarluaskan
4.
Jika salah satu unsure gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi,gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
biokimia
dwiwarna
mahasiswa
catatan:
1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang
huruf awalnya huruf capital,tanda hubung(-)digunakan di antara kedua unsure
itu.
Misalnya:
non-Indonesia
pro-Barat
2) Jika
kata maha sebagai unsure gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata
berimbuhan,gabungan itu dituls terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf
capital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan
Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
3) Jika kata maha,sebagai
unsure gabungan,merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar,kecuali
kata esa,gabungan itu ditulis
serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa
menentukan arah hidup kita.
4) Bentuk-bentuk
terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia,seperti pro,kontra,dan anti,dapat digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya:
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
5) Kata
tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan dituis serangkai dengan bentuk
dasar yang mengikutinya,tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk
berimbuhan.
Misalnya:
taktembus
cahaya
tak
bersuara
3.
Bentuk
Ulang
1. Bentuk
ulang ditulis dengan mengunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
hati-hati
lauk-pauk
4. Gabungan Kata
1. Unsur-unsur
gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Misalnya:
Meja tulis
Persegi panjang
2. Gabungan
kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubung di antara unsur-unurnya untuk menegaskan pertalian unsur
yang bersangkutan.
Misalnya:
Anak-istri Ali anak istri-Ali
Ibu-bapak kami ibu bapak-kami
Buku-sejarah baru buku sejarah-baru
3. Gabungan
kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya:
Bagaimana
Kacamata
Sukarela
Matahari
5.
Suku
Kata
a. Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. Jika ditengah kata ada huruf
vocal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
sa-at
b. Huruf
diftong ai,au,dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
pan-dai
au-la
c. Jika
ditengah kata dasar ada huruf konsonan
di antara dua buah huruf vokal,pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu.
Misalnya:
De-ngan
Ba-pak
d. Jika
ditengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan,pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Ap-ril
Man-di
e. Jika
ditengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih
yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya
dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
In-stru-men
In-fra
2. Pemenggalan
kata dengan awalan,akhiran,atau partikel dilakukan di antara bentuk dsar dan
imbuhan atau partikel itu.
Misalnya:
Ber-jalan
Mem-banttu
Ter-bawa
3. Jika
sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsure lain, pemenggalanya
dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal
seperti pada kata dasar.
Misalnya:
Bio-grafi bi-o-gra-fi
Foto-grafi fo-to-grafi
6.
Kata
depan di,ke,dan dari
Kata depan di,ke,dan
dari di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya,kecuali di dalam gabungan
kata yang sudah lazim di anggap sebagai satu kata,seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Ia datang dari Surabaya kemarin
Saya tidak tahu dari
mana dia berasal
Cincin itu terbuat dari
emas.
7.
Partikel
1. Partikel
–lah,-kah,dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apakah yang tersirat dalam surat itu ?
Siapakah gerangan dia?
2. Partikel
pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Hendak pulang tengah malam pun sudah ada
kendaraan.
3. Partikel
per yang berarti ‘demi’,’tiap’ atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
megikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk kedalam ruang satu per
satu.
Harga kain itu Rp.50.000,00 per helai
8. Singkatan
dan Akronim
1. Singkatan
ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan
nama orang,nama gelar,sapaan,jabatan,atau pangkat diikuti dengan tanda titik di
belakang tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya:
M.si magister sains
Bpk bapak
b. Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,badan atau organisasi,serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan
huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
SD Sekolah Dasar
2. Akronim
ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang dipelakukan sebagai sebuah kata.
a. Akronim
nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis
sluruhnya dengan huruf capital tanpa tanda titik.
Misalnya:
SIM surat izin
mengemudi
b. Akronim
nama diri yang berupa singkatan dari berberapa unsure ditulis dengan huruf awal
kapital.
Kowani Kongres
Wanita Indonesia
c. Akronim
bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan
hurf kecil.
Misalnya:
Iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
Tilang bukti pelanggaran
9.
Angka
dan Bilangan
Bilangan dapat
dinyatakan dengan angka atau kata.
Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi
Angka Arab :
0,1,2,3,4,6,7,8,9,...
Angka Romawi :I,II,III,IV,V,VI,VII,…
10. Kata Ganti ku-,kau-,-ku,-mu,dan
–nya
Kata
ganti ku-dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengiktinya:;-ku,-mu,dan
–nya di tulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bukuku,bukumu dan
bukunya tersimpan di perpustakaan.
11. Kata si dan sang
Kata
si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Ibu
itu membelikan sang suami sebuah laptop.
Surat
itu dikembalikan kepada si pengirim.[4]
1.4
Pemakaian Tanda Baca
A.
Tanda
Titik (.)
1. Tanda
titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan dan bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Mereka duduk di sana.
Ayahku tinggal di Solo.
Dia akan dating pada
pertemuan itu.
Catatan:
1) Tanda
titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam
suatu perincian.
Misalnya:
2) Bahasa
nasional yang berfungsi,antara lain,
a) Lambang
kebangsaan nasinal,
b) Identitas
nasional,dan
c) Alat
pemersatu bangsa;
2. Tanda
titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan,ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
(a) III.Departemen
Pendidikan Nasional
A. Direktorat
Jendereal Pendidikan Tinggi
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
1. Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini
(b) 1. Patokan Umum
1.1 Isi
Karangan
1.2 Lustasi
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang
terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3.
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam,menit,dan detik yang menunjukkan waktu .
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1,35 menit,20
detik)
4. tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam,menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam
(1 jam,35 menit,20 detik)
1.35.21
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka
di antara nama penulis,judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda Tanya atau
tanda seru,dan tempat terbit.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau
kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
7. Tanda
titik dipakai pada penulisan singkatan .
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda
koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
2. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata,seperti tetapi,melainkan,sedangkan,dan
kecuali
3. Tanda
koma dipakai untuk memisahka anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya.
4. Tanda
koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang
terdapat pada awal kalimat ,seperti oleh karena itu,jadi,dengan
demikian,sehubungan dengan itu,dan meskipun begitu.
5. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kata seru,sepeti o,ya,wah,aduh,dan kasihan,atau
kata-kata yang digunakan sebagai sapaan,seperti Bu,Dik,atau Mas dari kata lain
yang terdapat didalam kalimat.
6. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
7. Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringnya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda
seru.
8. Tanda
koma dipakai di antara (a) nama dan alamat,(b) bagian alamat,(c) tempat dan
tanggal,serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
9. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
10. Tanda
koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
11. Tanda
koma di pakai di antara nama orang dan gelar akdemik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri,keluarga,atau marga.
12. Tanda
koma dipakai di muka angka decimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
13. Tanda
koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
14. Tanda
koma dapat dipakai-untuk menghindari salah baca/salah pengertian-di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
C.
Tanda Titik Koma(;)
1. Tanda titik koma dipakai sebagai
pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
2. tanda titik koma digunakan untuk
mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok
kata. Dalam hubungan itu,sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan data
dan.
3. tanda titik koma digunakan untuk
memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsure-unsur setiap bagian itu
dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
D.
Tanda Titil Dua (:)
1. Tanda
titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian
atau pemerian.
2. Tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapn yang memerlukan pemerian.
3. Tanda
titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
4. Tanda
titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman ,(b) bab dan ayat
dalam kitab suci,(c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota
dan penerbit buku acuan dalam karangan.
E. Tanda Hubung (-)
1. tanda
hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
2. Tanda
hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran
dengan bagian kata yang mendahuluiya pada pergantian baris.
3. Tanda
hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
4. Tanda
hubung digunakan untuk menyambng bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata
yang dieja satu-satu.
5. Tanda
hubung boleh dipakai unruk memperjelas(a) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
6. Tanda
hubung dipakai untuk merangkai unsure bahasa Indonesia dengan unsure bahasa
asing.
F. Tanda pisah(-)
1. Tanda
pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun utama kalimat.
2. Tanda
pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
3. Tanda
pisah dipakai di antara dua bilangan,tangal,atau tempat dengan arti sampai
dengan ‘atau ‘sampai ke’.
G. Tanda Tanya (?)
1. Tanda
tanya dipakaipada akhir kalmia Tanya.
2. Tanda
Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat di buktikan.
H. Tanda Seru
(!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri
ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan,ketidakpercayaan,ataupun emosi yang kuat.
I.
Tanda
Elipsis (…)
1. Tanda
ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
2. Tanda
ellipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang di hilangkan.
J. Tanda Petik
(“…”)
1. Tanda
petik dipakai untuk mengapit petikan lansung yang berasal dari pembicaraan
,naskah,atau bahan tertulis lain.
2. Tanda
petik di pakai untuk mengapit judul puisi,karangan,atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
3. Tanda
petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
K. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1.
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
2.
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit makna kata atau ungkapan.
3.
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing.
L.
Tanda
Kurung ((…))
1. Tanda
kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
2. Tanda
kurung dipakai untuk mengapit ketrangan atau penjelasan yang bukan bagian utama
dari kalimat.
3. Tanda
kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
4. Tanda
kurung dipakai unruk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan
keterangan.
M.
Tanda
Kurung Siku ({…})
1. Tanda
kurung siku dipakai untuk mengapit huruf,kata,atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
2. Tanda
kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
N.
Tanda
Garis Miring (/)
1. Tanda
garis miring di pakai di dalam nomor surat,nomor pada alamat,dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
2. Tanda
garis miring dipakai sebagai penggganti kata atau,tiap, dan ataupun.
O.
Tanda
Penyingkat atau Apostrof(‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilamgam bagian
kata atau bagian angka tahun.[5]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam
kehidupan bangsa dan Negara Indonesia,bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang
sangat penting. Hal itu karena peranan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dan bahasa resmi Negara. Keadaan ini menuntut perlunya ejaan baku bahasa
Indonesia yang bias di jadikan pedoman oleh seluruh masyarakat di penjuru
Nusantara sehingga dapat menggunakan bahasa Indonesia secara benar dan baik.
Baik dan benar dalam segi pemakaian huruf,penulisan kata,pemakaian tanda baca.
Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di
pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah
yang telah di jelaskan. Untuk bagian
terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya
jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayah
, Nurul . 2016 . Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi . Yogyakarta:Garudhawaca.
Kurniawan
,Irwan.2015.Ejaan Yang Disempurnakan.Bandung:Nuansa
Cendekia.
Ngadiyo dan Widya Sudio.2010.Pedoman Umum Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan.Bandung:Yrama Widya.
Setia,
Pustaka.2012. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan.Bandung:Pustaka Setia.
[2] Nurul Hidayah, Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi,(Yogyakarta: Garudhawaca, 2016), h. 41
[3] Nurul Hidayah, Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi,(Yogyakarta: Garudhawaca, 2016), h. 42
[4] Ngadiyo dan Widya Sudio,Pedoman
Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,(Bandung:Yrama Widya,2010),hlm.17
[5] Pustaka Setia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan,(Bandung:Pustaka Setia,2012),hlm.42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar