Sabtu, 01 April 2017

MAKALAH PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
          Indonesia memiliki banyak suku bangsa yang tersebar di banyak daerah. Perbedaan bahasa antara satu daerah dengan daerah lain tentu menyulitkan komunikasi suatu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Bahasa Indonesia memiliki fungsi-fungsi yang sangat vital dalam kelangsungan  berbangsa dan bernegara. Salah satu fungsinya adalah sebagai alat untuk menjalankan administrasi Negara . dengan demikian, Bahasa Indonesia sangat berperan dalam mempersatukan berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial,budaya dan bahasanya. Keadaan ini menuntut perlunya ejaan baku    Bahasa Indonesia yang bisa dijadikan pedoman oleh seluruh masyarakat di penjuru Nusantara sehingga dapat menggunakan bahasa Indonesia secara benar dan baik. Selanjutnya, untuk kepentingan tersebut, Pemerintah Republik Indonesia telah menyususn dan memberlakukan ejaan bahasa Indonesia baku yang telah mengalami beberapa kali penyempurnaan sehingga akhirnya menjadi Ejaan Yang Disempurnakan atau yang biasa disingkat EYD.















B.  Rumusan Masalah

1.    Bagaimana Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia?

2.    Apa yang dimaksud dengan Pemakaian Huruf pada EYD?
3.    Apa yang dimaksud dengan Penulisan Kata pada EYD?
4.    Bagaimana cara Pemakaian Tanda Baca pada EYD?
C.    Tujuan
1.    Ingin mengetahui tentang Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia.
2.    Ingin mengetahui tentang Pemakaian Huruf pada EYD.
3.    Ingin mengetahui tentang Penulisan Kata pada EYD.
4.    Ingin mengetahui tentang cara Pemakaian Tanda Baca pada EYD.















BAB II
PEMBAHASAN

1.1    Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia

            Sebelum 1900 di Indonesia,yang sebagian besar penduduknya masih menggunakan bahasa Melayu ,belum ada sistem ejaan yang sama. Kemudian pada 1900,Ch. Van ophuysen mendapat perintah untuk menyusun ejaan Melayu dengan mempergunakan aksara Latin. Dalam usahanya itu,ia sekadar mempersatukan bermacam-macam sistem ejaan yang sudah ada dengan bertolak dari sistem ejaan bahasa Belanda sebagai landasan pokok. Dengan bantuan Wngku Nawawi,gelar Soetan Ma’moer,dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim,akhirnya ditetapkanlah ejaan itu dalam bukunya Kitab Logat Melajoe,yang terkenal dengan nama Ejaan Van Ophuysen atau ada juga yang menyebutnya Ejaan Balai Pustaka. Ejaan tersebut tidak sekali jadi,tapi terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun dan baru pada 1926,mendapat bentuk yang baku.


Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen adalah sebagai berikut :
a.    Penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang,pajah,sajang.
b.    Penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe,itoe,oemoer.
c.    Penggunaan tanda diakritik,seperti koma ain,hamzah dan tanda trema,untuk menuliskan kata-kata ma’moer,’akal,ta’,dinamai’.

Selama Kongres Bahasa Indonesia pada 1938,telah muncul usulan agar ejaan itu lebih di internasionalisasikan. Dan memang dalam perkembangan selanjutnya,terutama sesudah Indonesia merdeka,dirasakan bahwa ada beberapa hal kurang praktis yang harus disempurnakan. Sebenarnya perubahan ejaan itu telah direncanakan sewaktu pendudukan Jepang. Pada 19 Maret 1947,di keluarkan penetapan baru oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, Suwandi tentang perubahan Ejaan Bahasa Indonesia; sebab itu ejaan pengganti Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik. Sebagai dampak dari keputusan tersebut,bunyi oe tidak semuanya diganti dengan u. baru pada 1949,berdasarkan pada surat edaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,tanda oe mulai 01 Januari 1949 diganti dengan u.
Beberapa lambing yang tampak pada Ejaan Republik tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Huruf oe diganti dengan u,seperti pada guru,itu,umur.
b.      Bunyi Hamzah dan bunyi sentak di tulis dengan k,seperti pada kata-kata tak,pak,maklum,rakjat.
c.       Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2,seperti anak2,ber-jalan2,ke-barat2-an.
d.      Awalan di- dan kata depan di,kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan, dengan imbuhan di-pada ditulis,dikarang.
        Pada Kongres Bahasa Indonesia II pada 1954 di Medan, masalah ejaan dipersoalkan lagi. Prof.Dr.Prijono mengajukan Prasaran Dasar-Dasar Ejaan Bahasa Indonesia dengan Huruf Latin. Isi dasar-dasar tersebut adalah perlungya penyempurnaan kembali Ejaan Republik yang sedang dipakai saat itu. Namun, hasil penyempurnaan Ejaan Republik ini gagal diresmikan karena terbentur biaya yang besar untuk perombakan mesin tik yang telah ada di Indonesia. Usaha penyempurnaan ejaan terus dilakukan,termasuk bekerjasama dengan Malaysia yang menggunakan rumpun bahasa Melayunya pada Desember 1959. Dari kerjasama ini,terbentuklah Ejaan Melindo (Ejaan Melayu Indonesia) yang diharapkan pemakaiannya berlaku di perkembangan hubungan politik yang kurang baik antardua Negara tersebut pada saat itu, ejaan ini gagal lagi diberlakukan.
      Pada awal Mei 1966, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK),yang sekarang menjadi Pusat Bahasa,menyusun lagi Ejaan Baru Bahasa Indonesia. Namun,hasil  perubahan ini juga tetap mendapat banyak pertentangan dari berbagai pihak sehingga gagal lagi diberlakukan.
      Pada 16 Agustus 1972,Presiden Republik Indonesia meresmikan Ejaan baru, yang lebih dikenal dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Ejaan baru ini tetap dipakai sampai saat ini, dan tentunya telah mengalami revisi agar lebih sempurna.[1]
      Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku ”Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang labih luas. Setelah itu ,Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan”.
      Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penyemprnaan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan EYD edisi 1975. Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikann Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan di keluarkannya Peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987 di ganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.[2]



1.2    Pemakaian Huruf
1.      Huruf Abjad
Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf berikut.
Huruf
Nama
Pengucapan
Kapital
Nonkapital
A
A
a
A
B
B
be
Bé
C
C
ce
Cé
D
D
de
Dé
E
E
e
É
F
F
ef
Éf
G
G
ge
Gé
H
H
ha
Ha
I
I
i
I
J
J
je
Jé
K
K
ka
Ka
L
L
el
Él
M
M
em
Ém
N
N
en
Én
O
O
o
O
P
P
pe
Pé
Q
Q
ki
Ki
R
R
er
Ér
S
S
es
És
T
T
te
Té
U
U
u
U
V
V
ve
Vé
W
W
we
Wé
X
X
eks
Éks
Y
Y
ye
Yé
Z
Z
zet
Zét

2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.

Vokal
Misalnya Pemakaian dalam Kata

Posisi Tengah

Posisi Awal
Posisi Akhir
A
Api
padi
Lusa
e*
Enak
petak
Sore

Ember
pendek
-

Emas
kena
Tipe
I
Itu
simpan
Murni
O
Oleh
kota
Radio
U
Ulang
bumi
Ibu

Keterangan:
*Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat digunakan jika ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan.
a.          Diakritik ( e ) dilafalkan [ e ]
Misalnya : Anak-anak bermain di teras (teras)

b.        Diakritik ( e ) dilafalkan [e]
       Misalnya : Kami menonton film seri (seri)
c.         Diakritik ( e ) dilafalkan [a]
       Misalnya : Upacara itu dihadiri pejabat teras (teras) Bank             Indonesia


3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan
Misalnya pemakaian dalam kata
Posisi Awal
Posisi
Tengah
Posisi Akhir
B
Bahasa
Sebut
Adab
C
Cakap
Kaca
-
D
Dua
Ada
Abad
F
Fakir
Kafan
Maaf
G
Guna
Tiga
Gudeg
H
Hari
Saham
Tuah
J
Jalan
Manja
Mikraj
K
Kami
Paksa
Politik
L
Lekas
Alas
Akal
M
Maka
Kami
Diam
N
Nama
Tanah
Daun
P
Pasang
Apa
siap
Q
Qariah
Iqra
-
R
Raih
Bara
Putar
S
Sampai
Asli
Tangkas
T
Tali
Mata
Rapat
V
Variasi
Lava
Molotov
W
Wanita
Hawa
Takraw
X
Sajenon
-
-
Y
Yakin
Payung
-
Z
Zeni
Lazim
Juz

Keterangan:
*Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu. Huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s].
4. Huruf Iftong
Didalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi
.
5. Gabungan Huruf  Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf
Konsonan
Misalnya Pemakaian dalam Kata
Posisi
Awal
Posisi
Tengah
Posisi
Akhir
Kh
Khusus
Akhir
Tarikh
Ng
Ngarai
Bangun
Senang
Ny
Nyata
Banyak
-
Sy
Syarat
musyawarah
Arasy

6. Huruf Kapital
a.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya :
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.

b.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Misalnya :
Amir Hamzah
Jenderal Kancil
Catatan:
1)      Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
ikan mujair.
5 ampere
2)      Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna ‘anak dari’ seperti bin, binti, boru, dan von,atau huruf pertama kata tugas. Misalnya :
Siti Fatimah binti Salim
Ayam Jantan dariTimur

c.       Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Misalnya :
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

d.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf partama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
Islam
Alquran
Allah

e.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan
1)      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:
Doktor Mohammad Hatta
Andri Wicaksono, Magister Pendidikan
2)       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:
Selamat datang, Yang Mulia.
                                        Silakan duduk, Prof.

f.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Gubernur Papua Barat

g.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
            bangsa Indonesia
                                                suku Dani
                                                bahasa Bali
                                                Catatan:
            Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk    dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
              Misalnya :
                                       pengindonesiaan kata asing
                                       kejawa-jawaan

h.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada:
1)      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari  besar atau hari raya.
                   Misalnya:
                                    bulan Agustus
                                    hari Natal
2)      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama            peristiwa
                               sejarah.
                               Misalnya:
                                    Perang Dunia II
                                    Konferensi Asia Afrika
                               Catatan:
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak  ditulis dengan huruf capital
Misalnya:
     Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang           dunia.

i.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
                                Jakarta
                                Sungai Musi
Catatan:
1)   Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis             dengan huruf kapital.
     Misalnya: berlayar ke teluk mandi di sungai
2) Huruf pertama nama diri geografi dipakai sebagai nama jenis       tidak   
     ditulis dengan huruf kapital.
     Misalnya: jeruk bali
 Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat   dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam  kelompoknya. Misalnya:
gula pasir
kunci tolak
contoh berikut bukan nama jenis
Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, dan batik Solo.

j.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti, di, ke, dari, dan, yang, dan untuk. Misalnya: Republik Indonesia
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk
     unsur kata ulang sempurna) didalam jusul buku, karangan, artikel, san  
    makalah, serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas,
    seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada
    posisi awal. Misalnya:
    Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya:
S.H sarjana hukum
m. huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan
Catatan:
1)      Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan. Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
2)       Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?

7. Huruf Miring
a.       Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. Misalnya:
     Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
b.      Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata dalam kalimat. Misalnya:
    Huruf terkhir kata abad adalah d.
c.       Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:
    Nama ilmiah buah manggis adalah Garnicia mangostana
    Catatan:
1)      Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
2)      Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
3)Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.
8. Huruf Tebal
a.       Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah    ditulis miring. Misalnya:
      Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’
b.    Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian  karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.[3]

1.3     Penulisan Kata
1.      Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
     Buku itu sangat menarik.
     Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu
Catatan:
Kata yang dicetak miring dalam kalimat diatas merupakan bentuk kata dasar.
2.      Kata Turunan/Berimbuhan
1.         a.  Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
       Misalnya:
                               berjalan 
                               dipermainkan.
       b. imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
       Misalnya:
                               Mem-PHK-kan
                                di-PTUN-kan
2.         Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
       Misalnya:
                               Bertepuk tangan
                                Sebar luaskan
3.         Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,unsure gabungan kata itu ditulis serangkai.
       Misalnya:
                               dilipatgandakan
                               menyebarluaskan
4.         Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,gabungan kata itu ditulis serangkai.
       Misalnya:
                                biokimia
                               dwiwarna
                               mahasiswa



       catatan:
1)       Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf capital,tanda hubung(-)digunakan di antara kedua unsure itu.
Misalnya:
            non-Indonesia
            pro-Barat
2)      Jika kata maha sebagai unsure gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan,gabungan itu dituls terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf capital.
Misalnya:
            Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha     Pengasih.
            Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
3)      Jika kata maha,sebagai unsure gabungan,merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar,kecuali kata esa,gabungan itu ditulis serangkai.
Misalnya:
            Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
4)      Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia,seperti pro,kontra,dan anti,dapat digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya:
            Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang        kontra.
5)      Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan dituis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya,tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya:
            taktembus cahaya
            tak bersuara


3.      Bentuk Ulang
1.      Bentuk ulang ditulis dengan mengunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
      hati-hati
      lauk-pauk

4.      Gabungan Kata
1.      Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Misalnya:
      Meja tulis
      Persegi panjang
2.      Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
      Anak-istri Ali              anak istri-Ali
      Ibu-bapak kami           ibu bapak-kami
      Buku-sejarah baru       buku sejarah-baru
3.      Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya:
      Bagaimana
      Kacamata
      Sukarela
      Matahari




5.      Suku Kata
a.       Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. Jika ditengah kata ada huruf vocal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
     bu-ah
     ma-in
     sa-at
b.      Huruf diftong ai,au,dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
     pan-dai
     au-la
c.       Jika ditengah kata dasar ada huruf konsonan  di antara dua buah huruf vokal,pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:
     De-ngan
     Ba-pak
d.      Jika ditengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan,pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
     Ap-ril
     Man-di
e.       Jika ditengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih
yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
     In-stru-men
     In-fra
2.      Pemenggalan kata dengan awalan,akhiran,atau partikel dilakukan di antara bentuk dsar dan imbuhan atau partikel itu.
Misalnya:
      Ber-jalan
      Mem-banttu
      Ter-bawa
3.      Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsure lain, pemenggalanya dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:
      Bio-grafi                      bi-o-gra-fi
      Foto-grafi                    fo-to-grafi

6.      Kata depan di,ke,dan dari
     Kata depan di,ke,dan dari di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya,kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim di anggap sebagai satu kata,seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
     Ia datang  dari Surabaya kemarin
     Saya tidak tahu dari mana dia berasal
     Cincin itu terbuat dari emas.

7.      Partikel
1.      Partikel –lah,-kah,dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apakah yang tersirat dalam surat itu ?
Siapakah gerangan dia?
2.      Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
3.      Partikel per yang berarti ‘demi’,’tiap’ atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang megikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk kedalam ruang satu per satu.
Harga kain itu Rp.50.000,00 per helai
8.      Singkatan dan Akronim
1.    Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.       Singkatan nama orang,nama gelar,sapaan,jabatan,atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya:
     M.si     magister sains
     Bpk     bapak
b.      Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,badan atau organisasi,serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
     DPR    Dewan Perwakilan Rakyat
     SD       Sekolah Dasar
2.    Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang dipelakukan sebagai sebuah kata.
a.       Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis sluruhnya dengan huruf capital tanpa tanda titik.
Misalnya:
     SIM surat izin mengemudi
b.      Akronim nama diri yang berupa singkatan dari berberapa unsure ditulis dengan huruf awal kapital.
Kowani    Kongres Wanita Indonesia
c.       Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan hurf kecil.
Misalnya:
     Iptek    ilmu pengetahuan dan teknologi
     Tilang bukti pelanggaran

9.      Angka dan Bilangan
     Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata.
     Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi
     Angka Arab                : 0,1,2,3,4,6,7,8,9,...
     Angka Romawi           :I,II,III,IV,V,VI,VII,…

10.  Kata Ganti ku-,kau-,-ku,-mu,dan –nya
     Kata ganti ku-dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengiktinya:;-ku,-mu,dan –nya di tulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
     Bukuku,bukumu dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

11.  Kata si dan sang
     Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
     Misalnya:
     Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop.
     Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.[4]


1.4     Pemakaian Tanda Baca
A.    Tanda Titik (.)
1.      Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan dan bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
            Mereka duduk di sana.
            Ayahku tinggal di Solo.
            Dia akan dating pada pertemuan itu.
Catatan:
1)      Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu perincian.
Misalnya:
2)      Bahasa nasional yang berfungsi,antara lain,
a)      Lambang kebangsaan nasinal,
b)      Identitas nasional,dan
c)      Alat pemersatu bangsa;
2.      Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan,ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
(a)    III.Departemen Pendidikan Nasional
A.    Direktorat Jendereal Pendidikan Tinggi
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
1.      Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
(b)     1. Patokan Umum
1.1  Isi Karangan
1.2  Lustasi
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,menit,dan detik yang   menunjukkan waktu .
     Misalnya:
     Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1,35       menit,20 detik)
4. tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,menit, dan detik yang  menunjukkan jangka waktu.
     Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam,35 menit,20 detik)
1.35.21  
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis,judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru,dan tempat terbit.

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau  
     kelipatannya yang menunjukkan jumlah.

7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan .

B.     Tanda Koma (,)
1.      Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
2.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata,seperti tetapi,melainkan,sedangkan,dan kecuali
3.      Tanda koma dipakai untuk memisahka anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
4.      Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat ,seperti oleh karena itu,jadi,dengan demikian,sehubungan dengan itu,dan meskipun begitu.
5.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru,sepeti o,ya,wah,aduh,dan kasihan,atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan,seperti Bu,Dik,atau Mas dari kata lain yang terdapat didalam kalimat.
6.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
7.      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringnya dalam kalimat jika petikan langsung  itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
8.      Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat,(b) bagian alamat,(c) tempat dan tanggal,serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
9.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
10.  Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
11.  Tanda koma di pakai di antara nama orang dan gelar akdemik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,keluarga,atau marga.
12.  Tanda koma dipakai di muka angka decimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
13.  Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
14.  Tanda koma dapat dipakai-untuk menghindari salah baca/salah pengertian-di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

C. Tanda Titik Koma(;)
1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk     memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
2. tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu,sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan data dan.
3. tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsure-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
D. Tanda Titil Dua (:)
1.      Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
2.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapn yang memerlukan pemerian.
3.      Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
4.      Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman ,(b) bab dan ayat dalam kitab suci,(c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

E. Tanda Hubung (-)
1.      tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
2.      Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluiya pada pergantian baris.
3.      Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
4.      Tanda hubung digunakan untuk menyambng bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
5.      Tanda hubung boleh dipakai unruk memperjelas(a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
6.      Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsure bahasa Indonesia dengan unsure bahasa asing.
F. Tanda pisah(-)
1.      Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.
2.      Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
3.      Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan,tangal,atau tempat dengan arti sampai dengan ‘atau ‘sampai ke’.

G. Tanda Tanya (?)
1.      Tanda tanya dipakaipada akhir kalmia Tanya.
2.      Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat di buktikan.

H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,ketidakpercayaan,ataupun emosi yang kuat.

I.                   Tanda Elipsis (…)
1.      Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
2.      Tanda ellipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang di hilangkan.

J. Tanda Petik (“…”)
1.      Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan lansung yang berasal dari pembicaraan ,naskah,atau bahan tertulis lain.
2.      Tanda petik di pakai untuk mengapit judul puisi,karangan,atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
3.      Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

K. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1.         Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
2.         Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
3.         Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing.

L.     Tanda Kurung ((…))
1.      Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
2.      Tanda kurung dipakai untuk mengapit ketrangan atau penjelasan yang bukan bagian utama dari kalimat.
3.      Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
4.      Tanda kurung dipakai unruk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.



M.   Tanda Kurung Siku ({…})
1.      Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf,kata,atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
2.      Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.


N.    Tanda Garis Miring (/)
1.      Tanda garis miring di pakai di dalam nomor surat,nomor pada alamat,dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
2.      Tanda garis miring dipakai sebagai penggganti kata atau,tiap, dan ataupun.

O.    Tanda Penyingkat atau Apostrof(‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilamgam bagian kata atau bagian angka tahun.[5]








BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
          Dalam kehidupan bangsa dan Negara Indonesia,bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal itu karena peranan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi Negara. Keadaan ini menuntut perlunya ejaan baku bahasa Indonesia yang bias di jadikan pedoman oleh seluruh masyarakat di penjuru Nusantara sehingga dapat menggunakan bahasa Indonesia secara benar dan baik. Baik dan benar dalam segi pemakaian huruf,penulisan kata,pemakaian tanda baca.

Saran
          Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
          Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.           






DAFTAR PUSTAKA

Hidayah , Nurul . 2016 . Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi . Yogyakarta:Garudhawaca.
Kurniawan ,Irwan.2015.Ejaan Yang Disempurnakan.Bandung:Nuansa Cendekia.
 Ngadiyo dan Widya Sudio.2010.Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.Bandung:Yrama Widya.
Setia, Pustaka.2012. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.Bandung:Pustaka Setia.
















[1] Irwan Kurniawan, Ejaan Yang Disempurnakan, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2015), h. 11
[2] Nurul Hidayah, Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi,(Yogyakarta:      Garudhawaca, 2016), h. 41
[3] Nurul Hidayah, Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi,(Yogyakarta: Garudhawaca, 2016), h. 42
[4] Ngadiyo dan Widya Sudio,Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,(Bandung:Yrama Widya,2010),hlm.17
[5] Pustaka Setia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,(Bandung:Pustaka Setia,2012),hlm.42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar