Sabtu, 01 April 2017

MAKALAH PRINSIP-PRINSIP PRODUKSI DALAM ISLAM



                                                                   BAB I
                                                         PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
       Konsep produksi barang dalam artian luas. Al-Qur’an menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk [1]memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif.
Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam.Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu. Dalam teori produksi memberikan penjelasan tentang perilaku produsen tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya. Dimana Islam mengakui pemilikian pribadi dalam batas-batas tertentu termasuk pemilikan alat produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak.



B.Rumusan Masalah
            Dari latar belakang di atas dapat di tarik sebuah rumusan yaitu:
1.      Apa itu Produksi
2.      Bagaimana prinsip-prinsip produksi dalam islam
3.      Apa hikmah yang diambil dari ayat dan hadis tersebut


C.Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian produksi
2.      Untuk mengetahui prinsip produksi dalam islam
3.      Untuk mengethui hikmah dari ayat dan had
           













BAB II
PEMBAHASAN

Qur’an Surat Qaf ayat 9-11
Artinya :
Dan dari langit kami turunkan air yang member berkah lalu kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan dapat dipanen.
Dan pohon kurma yag tinggi tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun.
Sebagai rezeki bagi hamba-hamba kami, dan kami hidupkan dengan air itu negri yang mati (tandus). Seperti itulah terjadi kebangkitan dalam kubur.

Tafsir surat Qaf ayat 9-11:
            Dalam ayat 9 ini Allah SWT menerangkan bagaimana cara menumbuhkan tumbuh-tumbuhan itu yaitu dengan menurunkan dari langit air hujan yang banyak manfaatnya untuk menumbuhkan tanam-tanaman dan pohon-pohon yang berbuah,terutama tumbuh-tumbuhan dan biji tanamannya dapat dituai seperti pada,gandum jagung dan lan sebagainya.
            Sedangkan dalam ayat 10 dan 11 ini Allah SWT menumbuhkan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang nersusun-susun sebagai rezeki bagi hamba-hamban-Nya.

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon
Yakni tanam – tanaman, kebun-kebun, dan lain sebagainya

dan biji-biji tanaman yang diketam
Maksudnya, tanaman yang menghasilkan biji-bijian yang dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama.
Ÿ
“dan pohon kurma yang tinggi-tinggi”
Yaitu yang batang nya tinggi-tinggi. Ibnu abbas r.a Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan lainnya mengatakan bahwa basiqat artinya tinggi-tinggi

“yang mempunyai mayang yang bersusun-susun”
Yakni bertingkat-tingkat.

“untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati”
            Yang dimaksud dengan tanah mati disini ialah tanah yang tandus, setelah Allah menurunkan air hujan padanya, maka subulah tanah itu dan menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang subur lagi berbunga dan lain sebagainya yang memukaukan pandangan mata keindahannya, padahal sebelum itu tanah tersebut tidak ada tetumbuhannya. Maka setelah hujan diturunkan kepadanya, menjadi subur dan hijaulah karena tumbuh-tumbuhannya. Demikianlah perumpamaan hari berbangkit setelah mati, dan demikianlah perumpamaan Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati di hari kemudian. Pandangan serta bukti yang nyata ini merupakan  sebagian dari kekuasaan Allah swt, yang maha besar bahkan lebih besar daripada apa yang diingkari oleh orang-orang yang tidak percaya dengan adanya hari  berbangkit

Qur’an Surat  Ar-rad ayat  4
Artinya :
Dan di bumi terdapat bagian bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama tetapi kami lebihkan tanaman yang satu dari yang lainnya dalam hal rasanya. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda – tanda (kebesaran Allah ) bagi orang – orang yang mengerti.

Tafsir surat ar-ra’ad ayat 4:
            Firman Allah SWT “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan”. Ada bagian tanah yna subur,tandus,gembur,merah,putih,kuning hitam,berbatu mudah diolah,sulit dioalah atau pun lembut.Semua jenis tanah itu berdampingan.Semua itu menunjukan kepada pihak Pembuat Yang Mutlak Ynag tiada Tuhan melainkan Dia dan tiada Rabb melainkan Dia.Firman Allah SWT “Kebun-kebun anggur,taman-tanaman,pohon kurma, yang bercabang dan yang tidak bercabang”,yakni dari batang yang satu melahirkan cabang-cabang.
            Firman Allah SWT “Disirami dengan air yang sama.Kami melebihkan sebagiannya atas sebagian yang lain dalam hal rasanya.”Yakni,perbedaan dalam jenis buah dan tanam-tanaman dalam hal bentuk,warna,dan rasa berpangkal kepada satu hal yaitu air.Perbedaan yang banyak dan tidak terbatas itu mengandung ayat-ayat bagi orang berkesadaran.Hal itu merupakan salah satu dalil tebersar yang menunjukan kepada Yang Maha MelakukanYang Menciptakan Yang telah memvariasikan perkara-perkara itu dengan kekuasaan-Nya dan Dia menciptakannya menurut apa yang dikehendakin-Nya.Oleh karena itu Allah SWT berfirman “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat ayat-ayat bagi kaum yang berakal”
Tafsiran Surat Ar-Ra’d ayat 4
“dan bumi itu terdapat bagian bagian yang berdampingan”
            Yaitu kawasan kawasan yang satu sama lainnya berdampingan, tetapi yang satunya berpembawaan subur dapat menumbuhkan segala sesuatu yag bermanfaat bagi manusia, sedangkan yang lainnya tandus, tidak dapat menumbuhkan sesuatupun      .
            Demikianlah menurut riwayat ibnu abbas, mujahid, sa’id ibnu jubair, ad-dahhaq dan lain lainnya yang bukan hanya seorang
            Dan termasuk kedalam pengertian ayat ini perbedaan warna tanah masing-masing kawasan, ada yang berwarna merah, ada yang putih, ada yang hitam, ada yang berbatu, ada yang mudah ditanami, ada yang berpasir, ada yang keras, dan ada yang gembur, masing-masing berdampingan dengan yang lainnya, tetapi masing-masing memiliki sifat dan spesifikasi yang berbeda-beda. Semua itu menunjukkan keberadaan Tuhan yang Menciptakannya menurut apa yang di kehendaki-Nya tiadak ada Tuhan selain Dia dan tidak ada Rabb selain Dia.

“ dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma”
Lafaz zar’un dan nakhilun dapat dibaca rafa’ dengan ketentuan bahwa keduanya di-‘atafkan kepada lafaz fannatun, dan bila dibaca zar’in dan nakhilin berarti di-‘atafkan kepada lafaz a’nabin. Karena itulah ada dua golongan para iman yang masing masung membacanya dengan bacaan tersebut.

“yang bercabang dan yang tidak bercabang”
As-sinwan artinya pohon yang bercabang seperti delima, pohon tin, dan sebagian pohon kurma serta yang lain-lainnya. Sedangkan gairu sinwan artinya yang tidak bercabang melainkan hanya satu pohon saja. Termasuk ke dalam pengertian ini dikatakan bahwa paman seseorang sama kedudukannya dengan ayahnya, seperti yang disebutkan dalam hadits sahih, bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda kepada Umar : “ Tidaklah engkau ketahui bahwa paman seseorang itu setara dengan ayahnya”
“disirami dengan air yang sama, Kami melebihkan sebagian dari tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya”
            Dengan kata lain perbedaan pada buah buahan dan tanam-tanaman ini adalah dalam hal bentuk, warna, rasa, bau, daun-daun, bunga-bunganya. Sebagian diantaranya ada yang berasa manis sekali yang lainnya ada yang berasa kecut, ada yang berasa sangat pahit, ada yang berasa hambar dan ada yang lainnya berasa segar. Ada pula yang pada mulanya berasa kecut kemudian berubah menjadi berubah manis dengan izin Allah. Warna masing-masing ada yang kuning, ada ysang merah, ada yang putih, ada yang hitam danada yang biru. Demikian pula halnya dengan bunga-bunganya, padahal semuanya menyandarkan kehidupannya dari satu sumber, yaitu air, tetapi kejadiannya berbeda-beda dengan perbedaan yang cukup banyak tak terhitung. Dalam kesemuaan itu terkandung tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang menggunakan pikiranya. Keadaan ini termasuk bukti yang paling besar yang menunjukkan akan Penciptanya, yang dengan kekuasaan-Nya dijadikan berbeda segala sesuatunya. Dan menciptakannya menurut apa yang di-kehendaki-Nya, Karena itulah disebut oleh firmannya :

”Sesungguhnya pada yang deikian itu terdapat tanda-tanda( kebesaran Allah) bagi kamu yang berpikir”
Tafsiran secara global :
            Dan terdapat pula di bumi, bagian-bagian tanah yang berdekatan dan berdampingan tetapi berlainan kesuburannya. Ada tanah yang sangat subur untuk ditanami tanaman apa saja, ada pula tanah yang hanya dapat ditanami pohon-pohon besar saja, tetapi tidak baik untuk ditanami tanaman palawija atau sebaliknya, dan ada pula tanah yang lunak dan ada pula yang keras yang untuk memecahkannya memerlukan dinamit dan bahan peledak. Dan di bumi terdapat kebun-kebun anggur, tanaman palawija dan pohon yang bercabang dan tidak bercabang. Semuanya itu disiram dengan air yang sama tetapi menghasilkan buah yang beraneka warna rasanya, seperti pohon tebu yang rasanya manis, buah jeruk yang rasanya manis dan masam serta buah paria yang rasanya pahit, dan lain sebagainya. Allah melebihkan sebahagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang bentuknya, rasanya dan baunya. Pada semua tanda-tanda itu terdapat kekuasan Allah dan menjadi dalil yang membawa keyakinan bagi orang-orang yang suka berpikir
A.Penertian Produksi   
Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam.  Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi  melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu. Dalam teori produksi memberikan penjelasan tentang perilaku produsen tentang perilaku produsen  dalam memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan  efisiensi produksinya. Dimana Islam mengakui pemilikian pribadi  dalam batas-batas tertentu  termasuk  pemilikan alat produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak.

B. Prinsip-prinsip Produksi dalam Islam

               Pada prinsipnya kegiatan produksi terkait seluruhnya dengan syariat Islam, dimana seluruh kegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan dari konsumsi itu sendiri. Konsumsi seorang muslim dilakukan untuk mencari falah (kebahagiaan), demikian pula produksi dilakukan untuk menyediakan barang dan jasa guna falah tersebut.
Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah Saw memberikan arahan mengenai prinsip-prinsip produksi,yaitu sebagai berikut:

1.      Tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah Allah adalah memakmurkan bumi dengan    ilmu dan amalnya. Allah menciptakan bumi dan langit berserta segala apa yang ada di antara keduanya karena sifat Rahman dan Rahiim-Nya bkepada manusia. Karenanya sifat tersebut juga harus melandasi aktivitas manusia dalam pemanfaatan bumi dan langit dan segala isinya.

2.      Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi. Menurut Yusuf Qardhawi, Islam   membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan pada penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapi Islam tidak membenarkan penuhan terhadap hasil karya ilmu pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya dari Al-qur’an dan Hadis.


3.      Teknik produksi diserahklan kepada keinginan dan kemampuan manusia. Nabi pernah bersabda:”kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.”

4.      Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat. Dalam Islam tidak terdapat ajaran yang memerintahkan membiarkan segala urusan berjalan dalam kesulitannya, karena pasrah kepada keberuntungan atau kesialan, karena berdalih dengan ketetapan-Nya, sebagaimana keyakinan yang terdapat di dalam agama-agama sealin Islam. Seseungguhnyan Islam mengingkari itu semua dan menyuruh bekerja dan berbuat, bersikap hati-hati dan melaksanakan selama persyaratan. Tawakal dan sabar adalah konsep penyerahan hasil kepada Allah SWT. Sebagi pemilik hak prerogatif yang menentukan segala sesuatu setelah segala usaha dan persyaratan dipenuhi dengan optimal.

Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi antara lain adalah:

1.      Memproduksikan barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2.      Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.
3.      Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus berdasarkan prioritas yang ditetapkan agama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya akidah/agama,
4.       terpeliharanya nyawa, akal dan keturunan/kehormatan, serta untuk kemakmuran material.
5.      Produksi dalam islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemanirian umat. Untuk itu hendaknya umat memiliki berbagai kemampuan, keahlian dan prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan spiritual dan material. Juga terpenuhinya kebutuhan pengembangan peradaban, di mana dalam kaitan tersebut para ahli fiqh memandang bahwa pengembangan di bidang ilmu, industri, perdagangan, keuangan merupakan fardhu kifayah, yang dengannya manusia biasa melaksanakan urusan agama dan dunianya.
6.      Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik kualitas spiritual maupun mental dan fisik. Kualitas spiritual terkait dengan kesadaran rohaniahnya, kualitas mental terkait dengan etos kerja, intelektual, kreatifitasnya, serta fisik mencakup kekuatan fisik,kesehatan, efisiensi, dan sebagainya. Menurut Islam, kualitas rohiah individu mewarnai kekuatan-kekuatan lainnya, sehingga membina kekuatan rohaniah menjadi unsur penting dalam produksi Islami.

Hadits yang berkaitan dengan prinsip produksi.

           HR Bukhari Muslim – “Tidak ada yang lebih baik dari seseorang yang memakan makanan, kecuali jika makanan itu diperolehnya dari hasil jerih payahnya sendiri. Jika ada seseorang di antara kamu mencari kayu bakar, kemudian mengumpulkan kayu itu dan mengikatnya dengan tali lantas memikulnya di punggungnya, sesungguhnya itu lebih baik ketimbang meminta-minta kepada orang lain.”

HR Thabrani dan Dailami “Sesunggguhnya Allah sangat suka melihat hamba-Nya yang berusaha mencari rezeki yang halal”

HR Thabrani – “Berusaha mencari rezeki halal adalah wajib bagi setiap muslim”

         Hadits diatas menjelaskan tentang prinsip produksi dalam Islam yang berusaha mengolah bahan baku (dalam hal ini kayu bakar) untuk dapat digunakan untuk penyulut api (kompor pemanas makanan) dan dari kompor yang dipanaskan oleh kayu bakar ini menghasilkan suatu makanan yang dapat dikonsumsi. Nampaklah bahwa terjadi siklus produksi dari pemanfaatan input berupa kayu bakar yang melalui proses sedemikian rupa Ayat Al-Qur’an tentang Prinsip Produksi
Ayat yang berkaitan dengan faktor produksi Tanah dalam Surat As-Sajdah : 2 

Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?

Ayat diatas menjelaskan tentang tanah yang  berfungsi sebagai penyerap air hujan dan akhirnya tumbuh tanaman-tanaman yang terdiri dari beragam jenis. Tanaman itu dapat dimanfaatkan manusia sebagai faktor produksi alam, dari tanaman tersebut juga dikonsumsi oleh hewan ternak  yang pada akhirnya juga hewan ternak tersebut diambil manfaatnya (diproduksi) dengan berbgai bentuk seperti diambil dagingnya, susunya dan lain sebagaiya yang ada pada hewan ternak tersebut.
Ayat ini juga memberikan kepada kita untuk berfikir dalam pemanfaatan sumber daya alam  dan proses terjadinya hujan. Jelas sekali menunjukkan adanya suatu siklus produksi dari proses turunnya hujan, tumbuh tanaman, menghasilkan dedunan dan buah-buahan yang segar setelah di disiram dengan air hujan dan pada akhirnya diakan oleh manusia dan hewan untuk konsumsi. Siklus rantai makanan yang berkesinambungan agaknya telah dijelskan secara baik dalam ayat ini. Tentunya puila harus disertai dengan prinsip efisiensi  dalam memanfaatkan seluruh batas kemungkinan produksinya.

Ayat yang berkaitan dengan faktor produksi Tenaga Kerja dalam Surat Huud : 61
                   
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, Karena itu mohonlah ampunan-Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."

Kata kunci dari faktor  produksi tenaga kerja terdapat dalam kata wasta’marakum yang berarti pemakmur. Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini diharapkan oleh Allah untuk menjadi pemakmur bumi dalam pemanfaatan tanah dan alam yang ada. Kata pemakmur mengindikasikan untuk selalu menajdikan alam ini makmur dan tidak menjadi penghabis (aakiliin) atau perusak alam (faasidiin). Manusia dengan akalnya yang sempurna telah diperintahkan oleh Allah untuk dpaat terus mengoleh alam ini bagi kesinambungan alam itu sendiri, dalam hal ini nampaklah segala macam kegiatan produksi amat bergantung kepada siapa yang memproduksi (subyek) yang diharapkan dpat menjadi pengolah alam ini menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ayat yang berkaitan dengan faktor produksi Modal dalam Surat Al-Baqarah 272. Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan Karena mencari keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).

Modal sangat penting dalam kegiatan produksi baik yang bersifat tangible asset maupun intangible asset. Kata apa saja harta yang baik  menunjukkan bahwa manusia diberi  modal yang cukup oleh Allah untuk dapat melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhannya secara materi. Modal dapat pula memberikan makna segala sesuatu yang digunakan dan tidak habis, untuk diputarkan secara ekonomi dengan harapan dari modal tersebut menghasilkan hasil yang lebih, dari hasil yang lebih tersebut terus diputar sampai pada pencapaian keuntungan yang maksimal (profit) dari modal yang kita miliki yang pada akhirnya tercapailah suatu optimalisasi dari modal tersebut.   Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

berupa pemanasan makanan yang pada akhirnya menghasilkan output berupa makanan yang dapat dikonsumsi oleh manusia.

C.Hikmah dari ayat dan hadis diatas

             Ayat  ini menyebutkan berbagai hasil bumi berupa tumbuh-tumbuhan,pepohonan yang menghasilakan aneka ragam buah yang bisa kita nikmati sehari-hari.dan ayat ini pula  menyebutkan meski hasil bumi dan buah-buahan beraneka ragam bentuk,aroma dan rasanya Allah Swt menyirmi semuanya dengan air yang sama,tetapi buah kedua pohon tersebut berbeda dan memiliki rasa yang berlainan.Apakah hal ini bukan merupakan tanda kebesaran Allah Swt?
Dari ayat tersebut terdapat dua pelajaran yang dapat kita ambil:
a)      Kedekatan bukan dalil kesamaan dan tolak ukur kelebihan adalah sejauh mana seseorang memanfaatkan kesempatan yang ada.Sekedar hanya berdekatan dengan ulama dan cendikiawan tidak akan membuat seseoran menjadi pandai dan berilmu.Berarti kedekatan posisi kedua pohon tersebut tidak memeberikan kesempurnaan bagi keduanya.
b)      Orang yang rakus terhadap makanana dan kenikmatan duniawi tanpa berfikir dari mana datangnya kenikmatan itu, berarti ia telah menjauh dari nilai-nilai kemanusia.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk mengahasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Beberapa implikasi mendasar bagi kegiatan produksi dan perekonomian secara keseluruhan, antara lain : Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang Islami, kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan, permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks.


B.Saran
             Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah ini diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu, diperlukan juga adanya kritik dan saran dari dosen ataupun dari teman-teman sekalian.



Daftar Pustaka

Ar-rifa’i Nasib Muhammad,Ringkasan Tafsir  Ibnu Katsir jilid 2,Makhtabah Ma’arif,Riyadh,Jakarta, 1999.

Karim Adiwarman,Ekonomi Mikro Islam,PT Raja Grafindo Persada,Jakarta,2007.

Mustafa Edwin  Nasution dkk,Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,Jakarta, Kencana,2007






  

               


[1] Adiwarman Karim,Ekonomi Mikro Islam,(Jakarta :PT Raja Grafindo Persada,2007),hal 102

Tidak ada komentar:

Posting Komentar