Rabu, 05 April 2017

KONFORMITAS



KONFORMITAS
Konformitas adalah suatu jenis pengaruh social dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma social yang ada. Jadi korformitas itu usaha yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk mengubah sikap, persepsi dari orang lain dan mengikuti harapan kelompok mengenai bagaimana seharusnya kita bertindak diberbagai situasi yang memungkinkan untuk disetujui oleh masyarakat.
Norma social adalah aturan-aturan bagaimana individu seharusnya dan sebaiknya berprilaku. Tekanan untuk melakukan konformitas berasal dari kenyataan bahwa dibeberapa konteks terdapat aturan-aturan baik. Aturan ini kerap kali memberikan efek yang kuat pada tingkah laku individu. Contohnya: peraturan untuk tidak bersuara berisik saat menonton bioskop tanpa disadari sebagian besar orang mematuhi norma-norma tersebut hampir setiap bioskop.
Penelitian Solomon asch pada tahun 1951 dan 1955. Partisipan dalam penelitian asch diminta untuk melaporkan penilaian mereka pada permasalahan sebagai berikut. Tugas mereka adalah mengindikasikan yang mana dari  garis-garis pembanding yang panjangnya paling sesuai dengan garis standar.                                      
Beberapa orang dari partisipan adalah asisten peneliti. Pada saat critical trials, para asisten peneliti tersebut dengan sengaja menjawab salah sebagai garis yang sesuai dengan garis standar. Lebih dari itu mereka menyatakan jawaban yang salah tersebut terlebih dahulu sebelum partisipan yang lainmemberikan jawaban. Hasilnya adalah mereka terpengaruh dan memberikan jawaban yang sama dengan asisten peneliti.

Factor yang mempengaruhi konformitas:
1.      Kohesivitas (kekompakan)
Kohesivitas yang dapat didefinisikan ketika kita mengagumi suatu kelompok dan kita tahu bahwa salah satu cara untuk diterima oleh kelompok tersebut adalah dengan menjadi seperti mereka dalam berbagai hal.
2.      Ukuran kelompok dan tekanan social
Konformitas meningkat sejalan dengan bertambahnya anggota kelompok. Jadi tampak bahwa semakin besar kelompok maka semakin besar pula kecenderungan kita untuk ikut serta, bahkan meskipun itu berarti kita akan menerapkan tingkah laku yang berbeda dari yang kita inginkan.
3.      Norma social deskriptif dan norma social injungtif
Norma deskriptif adalah norma yang hanya mendeskriptifkan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Cenderung diikuti.
Norma injungtif menetapkan tingkah laku apa yang diterima atau tidak diterima pada situasi tertentu. Cenderung diabaikan.
Alasan memilih melakukan konformitas:
1.      Keinginan untuk disukai dan rasa takut akan penolakan
2.      Keinginan untuk merasa benar
3.      Konsekuensi kognitif (kita cenderung melihatnya sebagai sesuatu yang dibenarkan, meskipun hal tersebut menyababkan kita bertingkah laku secara berlawanan dengan belief kita yang sebenarnya.)
Alasan tidak memilih melakukan konformitas
1.      Deindividuasi (karena tidak ingin dianggap sama dengan orang lain)
2.      Merasa menjadi orang bebas (tidak ada hal yang bisa memaksa dirinya untuk mengikuti norma social yang ada.
Perilaku negative atau dampak  konformitas:
1.      Kasus berkaitan perilaku agresivitas : tawuran dimana norma social khas kelompok yang menganggap sebagai sesuatu normative dan dianggap sebagai kebenaran kelompok.
2.      Konformitas memiliki keterkaitan dengan perilaku ekonomi, misalnya perilaku konsumtif pada produk kosmetik pada remaja putrid.
3.      Perilaku seks pranikah karena karena prinsip sexual achievement dalam kelompok teman sebayanya.
4.      Perilaku negative lainnya seperti perilaku minum-minuman beerakohol karena pengaruh lingkungan sosialnya.
5.      Motivasi berprestasi pada remaja akhir. Jika kelompoknya motivasi belajarnya rendah maka akan berdampak pada prestasi belajar individu tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar