Senin, 11 Desember 2017

AKAL DAN HATI PADA ZAMAN MODERN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
    Setelah benteng abad pertengahan jebol oleh Descartes, filsafat itu lepas dari cengkeraman agama (iman Kristen), maka laksana air bah, akal menyapu dan melabrak apa saja yang menghambatnya. Akal menang.Rasio bersorak-sorai kegirangan. Semenjak renaissance di hidupkan oleh Descartes dalam bidang filsafat, maka rasionalisme yunani itu menjadi satu-satunya cara berfilsafat pada zaman modern, kecuali nanty pada kant. Kertiga aliran besar (rasionalisme, idealism, empirisisme) telah cukup untuk menjadikan filsafat modern membingungkan orang modern. Rasionalisme dan idealism menyatakan bahwa  roh yang hakikat; empirisisme mengatakan benda-benda yang hakikat, dan roh tidak ada.
    Di jalur timur, yaitu di dunia islam, keadaannya hamper sama dengan keadaan di barat. Hampir sama berarti tidak sama. Ketidaksamaan itu sekurang-kurangnya terdapat dalam dua hal : pertama waktunya, kedua sifat dominasinya.
Objek-objek yang inderawi diketahui dengan menggunakan potensi jasmani (indera). Hasilnya empiris, dapat di ukur. Objek-objek yang diketahui dengan menggunakan akal logis diketahui dengan menggunakan akal.Ketiga potensi manusia itu dapat di andaikan seperti antenna.Manusia memiliki tiga antenna. Pertama, indera. Kedua, akal. Ketiga, hati.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa peranan  Akal dan Hati pada Zaman Modern?
2.      Siapa saja tokoh yang mengemukakan Akal dan hati pada zaman modern?
3.      Apa perbedaan Akal dan hatti di jalur timur?
4.      Apa saja perbedaan antara pemikiran antar tokoh tentang akal dan hati?
5.      Apa saja yang mempengaruhi perkembangan akal pada jalur timur?
7.      Apa saja pengetahuan manusia mengenai pengetahuan mistik?

C.  Tujuan Pembahasan masalah
1.      menjelaskan akal dan hati pada zaman modern.
2.      Mengenali tokoh dalam mengemukakan akal dan hati.
3.      Perbedaan antar tokoh mengenai Akal dan hati.
4.      Menjelaskan perbedaan antar pemikiran rasional.
5.      Menjelaskan keseimbangan Indera, akal, dan hati.
6.      Mengetahui pengetahuan manusia tentang pengetahuan mistik.
7.      mengetahui potensi manusia.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Akal Dan Hati Pada Zaman Modern
Pada abad pertengahan, hegemoni antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang.Pada abad itu akal kalah total dan iman menang mutlak.Akal yang telah dikekang selama kira-kira 1500 tahun itu sekarang berpesta pora merayakan kebebasannya. Akal menang lagi. Akan tetapi, sialnya sofisme Yunani terulang lagi. Ini saya sebut sofisme modern. Saya sebut demikian karena ciri pokok sofisme lama ada pada sofisme modern ini. Ciri itu ialah: Kebenaran itu relatif.Biasanya penulis filsafat tidak menggunakan istilah sofisme untuk menunjuk suasana pemikiran filsafat modern; mereka biasanya menggunakan istilah skeptisisme. Di sini istilah sofisme modern digunakan karena dua alasan. Pertama, karena sesungguhnya tidak ada perbedaan yang esensial antara sofisme dan skeptisisme, sekurang-kurangnya dalam akibat pemikiran itu. Kedua, agar lebih mudah mengikuti alur sistem yang dikemukakan dalam tulisan ini, terutama sejak Thales hingga capra
Sofisme pertama ialah suasana pemikiran yang di hadapi oleh socrates. Tokoh-tokoh utamanya ialah parmanedis dan Gorgeas. Sofisme kedua atau sofisme modern ialah suasana pemikiran yang dihadapi oleh kant.Untuk menggambarkan suasana pemikiran sofisme modern kita harus memulainya dari Descartes. Pada uaraian yang lalu telah dijelaskan ala kadarnya. Pada voltaire suasana  itu semakin gamblang. Filsafat Voltaire secara ringkas dapat dirumuskan sebagai keterpisahan rasio dan iman hati. Ia berpegag pada rasio teoritis tanpa agama, dan keyakinan ( agama) tanpa rasio teoritis.
David Hum (1711-1776), yang sebenarnya pengikut Locke, seorang empirisis (Avey: 154), bahkan dijuluki pemuncak skeptisisme oleh solomon 91981: 127), juga merupakan orang yang telah memainkan peran yang begitu besar dalam perkembangan Abad pencerahan dalam pertahankan keyakinan. Harapan, yang bergema dalam ratusan ribu menara diseluruh penjuru eropa, yang telah berakar amat dalam pada lembaga-lembaga sosial dan dihati manusia, tidak akan begitu saja akan mengizinkan diri mereka tunduk pada kuasa akal.Sampai disini saja sudah kelihatan jelasnya adanya kekacauan pemikiran pada zaman modern itu. Jonk luck (1632-1704) telah menerapkan tes induktif dalam fsikologi.didalam bukunya, Essay on Human Understanding (1689), akal, untuk pertama kalinya dizaman modern, dibicarakan tersendiri, dan filsafat dapat digunakan sebagai alat ampuh, telah begitu lama dipercayai .
Akan tetapi  locke, seorang penganut kristen yang baik, tampil dengan argumennya tentang “ kerasionalan agama kristen” . Ia tidak dapat menerima adanya ide bawaaan itu. Pikiran itu ( the Mind ), takkalah manusia lahir, keadaannya bersih seperti kertas putih, suatu tabula rasa. Oleh karena itu, yang dapat kita ketahui hanyalah materi, karena itu pula maka filsafat materialisme haruslah diterimah. Analisis pengetahuan locke ini justru lebih membuktikan bahwa materi itu sebenarnya tidak ada. Materi itu hanyalah bentuk kejiwaan (a form Akan tetapi, seorang uskup irlandia berbicara lain.David Hum (1791- 1776) pada umur dua puluh enam tahun telah mengguncangkan seluruh orang kristen dengan bukunya, Treatise On Human Nature,salah satu karya klasik yang cemerlang pada zaman filsafat modern. Kita mengetahui apa jiwa itu, kata hume,  sama dengan kita mengenali materi,yaitu dengan persepsi, jadi secara internal. Kita tidak mengenali suatu sosok yang bernama jiwa (mind); kita hanya mengenali idea, ingatan,perasaan, dan sebagainya secara terpisah- pisah.
Hasil yang muncul ialah Hume sudah menghancurkan mind sebagaimana berkeley menghancurkan materi. Hume tidaklah begitu senang menghancurkan agama ortodoks dengan cara menghilangkan konsep jiwa. Ia pun ingin menghancurkan sains dengan menghancurkan konsep hukum. Yang disebut “hukum” oleh kita itu sebenarnya hanyalah sesuatu ringkasan kejiwaan atau tulisan pendek tentang pengalaman kita. “ Hukum” adalah suatu adat yang dapat kita saksikan dalam rentetan kejadian; tetapi ketauilah, “keharusan”didalam adat. Yang mempunyai sifat keharusan itu hanyalah formula-formula matematika, kebenarannya inherin dan tetap.Inilah epistomologi mereka. Penelitian terhadap sifat, sumber dan kesahan pengetahuan haruslah bertujuan untuk mendukung agama. Tentang argumen abad pencerahan, ketika akal telah digunakan untuk materialisme, berkeley telah mengarang suatu jawaban yang menyatakan bahwa materi itu tidak ada. Akan tetapi, hal ini digunakan juga oleh Hume yang akhirnya rkesimpulan bahwa dengan cara yang sama, jiwa (mind) juga tidak ada.
Sebagai akibatnya ialah munculnya argumentasi dari jean jaques Rousseau (1712-1778). Ia berjuang melawan dominasi abad pencerahan, abad akal, yang materialistis dan ateis itu. Rousseau mencoba melepaskan diri dari cengkraman realitas seperti itu. Demikian Rousseau, bahwa filsafat adalah kebalikan dari kemajuan yang wajar, bahwa  orang yang berpikir intelektual adalah bianatang yang merusak. Argumen yang diajukan dalam confisession ringkasnya ialah sebagai berikut. Kalaw akal menentang kepercayaan kepada tuhan dan keabadian jiwa, mengapa kita tidak berpegang pada naluri yang dapat  membantah skeptisisme. Tatkala kant membaca emile dengan asyiknya di bawah pepohonan, ia begitu tertarik dan ingin segerah menyelesaikan buku itu. Akan tetapi sebelum itu kita mesti mempelajari lebih dulu situasi pemikiran zaman modern tersebut. Tidak mungkin langsung kepada kant. Beberapa pemikiran sebelum kant telah menjadi latar belakang pentimg bagi filsafat kant. Yang pertama kita bahas adalah Rene Descartes itu.
1.      RENAISSANCE
Ini istilah dalam bahasa prancis. Dalam bahasa latin, re + nasci berarti lahir kembali ( rebirht). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khusnya yang terjadi di eropa, dan lebih khusus lagi diitalia, sepanjang abad ke 15 dan 16. Abad pertengahan adalah abad ketika alampikiran dikungkung oleh gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat terbatas, perkembangan sains sulit terjadi, juga perkembangan filsafat, bahkan dikatakan manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Nah didalam perenungan mencari alternatif itu orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikungkung, sain maju, yaitu zaman dan peradaban yunani kuno. Ketika itu dunia barat telah biasa membagi tahapan sejarah pemikiran menjadi tiga periode, yaitu ancient, medieval, dan modern.pada zaman ancient atau zaman kuno itu mereka melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi.
Berkembangnya penelitian empiris merupakan salah satu ciri Renaissance. Oleh kerena itu, ciri selanjutnya adlah munculnya sains. Perkembangan sains ini di pacu lebih cepat setelah Descartes berhasil mengumumkan rasionalismenya.Tokoh penemu dalam bidang sains pada masa ini ialah Nicolaus compernicus (1473-1543) Johanes kepler (1571-1630), dari Galileo Galilei, (1564-1643)Semuanya hidup pada zaman renaissance, baik bagian tengah maupun bagian akhirnya. Jadi ciri utama renaissance ialah humanisme, individualisme, lepas  dari agama (tidak mau diatur oleh agama), empirisisme, dan rasionalisme.Zaman modern filsafat didahului oleh zaman renaissance. Sebenarnya secara esinsial zaman renaissanceitu, dalam filsafat tidak berbeda dari zaman modern.
2.      RASIONALISME (DESCARTES-SPINOZA-LEIBNIZ)
Pada bagian ini dibicarakan pemikiran pokok Descartes, Spinoza, dan Leibniz. Mereka adalah tokoh besar dalam filsafat rasionalisme. Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Rasionalisme ada dua macam: dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat.Dalam bidang agama rasionalisme adalah lawan autoritas, dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisisne. Rasionalisme dalam bidang agama biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama, rasionalisme dalam bidang filsafat terutama berguna sebagai teori pengetahuan. Zaman modern dalam sejarah filsafat biasanya dimulai oleh filsafat Descartes. Kata modern di sini hanya di gunakan untuk menunjukkan suatu fisafat yang mempunyai corak yang amat berbeda, bahkan berlawanan, dengan corak filsafat pada abad pertengahan kristen.
Descartes (1596-1650)
Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun 1650. Ia mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh Gereja bahwa dasar fisafat haruslah rasio (akal). Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun argumentasi yang amat terkenal. Argumentasi itu tertuang di dalam metode cogito tersebut. Benda-benda dalam mimpi, halusinasi, ilusi, dan kejadian dengan roh halus itu, bila dilihat dari posisi kita sedang jaga, itu tidak ada. Akan tetapi, benda-benda tersebut sungguh-sungguh adabila dilihat dari posisi kita dalam mimpi, halusinasi, ilusi, dan roh halus.Inilah titik awal kemenangan akal atas iman (hati) pada zaman modern Ia merupakan reaksi keras terhadap dominasi iman (hati) pada abad pertengahan.
Spinoza (1632-1677)
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677.Nama aslinya Baruch Spinoza. Menurut solomon (1981:71), cara terbaik mempelajarinya jangan terpisah-pisah, mulai misalnya kosmologi lebih dahulu, kemudian ontologi.Metafisika modern biasanya dikatakan dimulai oleh Descartes (1596-1650). Metodenya untuk sampai kepada kepastian sempurna lewat deduksi matematis, sah untuk diterimah (solomon:71).Secara selintas permasalahan metafisika modern tetap sama dengan masalah metafisika pada masa pra-socrates, yaitu: beberapa substansi yang ada. Bagi spinoza, karena substansi hanya satu, persoalan ini tidak muncul. Ia juga berbicara tentang etika, tetapi tidak kita bicarakan disini.
Leibniz (1646-1716)
.Gotifried Wilhelm Von leibniz lahir pada tahun 1646 dan meninggal pada tahun 1716. Leibniz, jerman. Pada januari- maret 1673 Leibniz pergi ke london menjadi atase politik. Metafisika leibniz sama memusatkan perhatian pada substansi. Sementara substansi pada leibniz adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun prinsip filsafat leibniz ialah “ prinsip akal yang mencukupi”, yang secara sederhana dafat dirumuskan “ sesuatu harus mempunyai alasan”. Ini adalah singkatan metafisika leibniz.
1 . Monad, adalah substansi yang sederhana, yang selanjutnya menyusun substansi yang lebih besar.
2. Harus ada substansi yang sederhana karena adanya susunan itu, karena susunan tidak lain dari suatu      koleksi substansi sederhana.
Selanjutnya di dalam menjelaskan ini kita mengetahui bahwa leibniz membedakan persepsi (perception) dengan kesadaran (consciousness). Persepsi adalah pengalaman reflektif dan hanya terdapat di dalam beberapa monad. Space dan time menurut leibniz relatif bergantung pada persepsi kita. Kedua-duanya (spinoza dan leibniz) memperlihatkan teori yang kabur serta meragukan. Kedua-duanya memulai dari basis yang sama (dari substansi), metode yang sama (deduksi), tetapi tiba pada kesimpulan-kesimpulan yang berbeda.
3.      IDEALISME OBJEKTIF  (FICHTE-SCHELLING-HEGEL)
 Idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh). Istilah ini diambil dari “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme mempunyai argumen epistomo;ogi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi bergantung pada spirit tidak disebut idealis karena mereka tidak menggunakan argumen epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Mereka menggunakan argumen yang mengatakan bahwa objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit. Reesse (1980:243) meringkaskan berbagai tipe filsafat idealisme sebagai berikut.
1.Schelling menamakan idealisme ficht adalah idelaisme subjektif karena bagi fichte dunia adalah suatu tempat memahami subjek.
2. schelling menyebut filsafatnya pada masa pertengahan perkembangan pemikirannya idealismeobjektif (objective idealism) karena menurutnya pendapatnya, alam adalah sekadar “intelegensi yangdapat dilihat (visible intelegence).
3. Hegel dafat menerima adanya penggolongan menjadi idealisme subjektif dan idealisme objektif.
4. Kant menyebut filsafat idealisme transendental atau idealisme kritis (critical idealism).
5. Pendapat yang mengatakan bahwa seseorang hanya dapat kontak dengan idea-idea, atau pada kesempatan tertentu dengan sosok-sosok fisik, kadang-kadang disebut idealisme epistemologis epistemological idealism).
6. Howison menyebut filsafatnya idealisme personal.
7. fouilee mengembangkan suatu sistem yang melibatkan kekuatan pikir; ia menamakannya idealismvoluntaristis.
8. ward menyebut posisinya idealisme teistis.
9. idealisme personalistis.
10. Poulsen menyebut filsafat idealisme monistis.
11.Soriey menamakan sistemnya idealisme etis.
12. Husserl membuat uraian tentang idealisme transenden fenomenologis.
4.      FCHTE (1762-1814)
Menurut fichte, dasar realitas adalah kemauan; kemauan inialah thing-in itself-nya manusia. Filsafat menurut fichte haruslah dideduksi dari satu prinsip.Menurut fichte, dasar kepribadian adalah kemauan; bukan kemauan irasional seperti pada schopenhauher, melainkan kemauan yang di kontrol oleh kesadaran bahwa kebebasan diperoleh hanya dengan melalui kepatuhan kepada peraturan. Reese (1980:172-3) membuat ringkasan filsafat fichte sebagai berikut.
1.Fichte amat banyak dipengaruhi oleh kant.
2. Kurang tepat bila kita mengatakan bahwa seseorang memahami karena ia memikirkan objek.
3. Akan tetapi, karena kesadaran kita adalah penjelmaan persepsi kita, maka kita tidak begitumemahami kesadaran  “kita” dibandingkan dengan kesadaran kita tentang dunia.
4. Karena keharusan yang dilihatnya mula-mula dalam alam hanyalah keharusan dalam pikiran, maka ia       tidak begitu memperhatikannya.
5. Kita berbuat demikian agar kita mampu meningkatkan kebijakan kita dalam mengenali berbagai kesulitan dalam hidup ini.
6. Membiasakan melakukan tugas terhadap satu sama lainnya adalah suatu tugas kemanusiaan, yang sebaiknya menjadi etika budaya dunia yang akan dapat menjaga kebebasan dan hak setiap orang.
7. Di belakang tugas dan kesadaran moral itu ada roh (spirit) dan moral, yang dapat dikenali pada diri  tuhan, tuhan sebagai dunia, logos, bukan sebagai pencipta atau penyebab.
Schelling (1775-1854)
Schelling mula-mula berusaha manggambarkan jalan Yang di lalui intelek dalam proses mengetahui, semacam epistemologi. Reese (1980:511) menyatakan bahwa filsafat schelling berkembang melalui lima tahap.
1.Idealisme subjektif.
2. Filsafat alam.
3. Filsafat identitas.
4. Idealisme transendental atau idealisme objektif.
5. Filsafat positif.
Hegel (1770-1831)
Hegel lahir pada tahun 1770 di stuttgart. Ini adalah tahun-tahunrevolusi prancis yang terkenal itu (1789), juga merupakan tahun-tahun berbunganya kesusastraan jerman. Pusat filsafat hegel ialah konsep Geis (roh spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Istilah ini agak sulit dipahami Roh dalam pandangan hegel adalah suatu yang real, konkret, kekuatan yang objektif, menjelma dalam berbagai bentuk sebagai world of spirit  (dunia roh) yang menepat kedalam objek-objek khusus.
Proses dialektika selalu terdiri atas tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi antitesis (fase kedua), akhirnya timbul fase ketiga (sintesis). Dalam sintesis itu, tesis dan antitesis menghilang. Inilah contoh aplikasi dialetika (diambil dari bertens, 1979:69). Ada tiga bentuk negara: (1) Diktatur. (2) Tesis. (3) Tesis dan antitesis ini disinteis.
5.      IDEALISME THEIST ( PASCAL-KANT)
Pascal (1623-1662)
Pascal tertarik pada banyak disiplin pengetahuan, di antaranya matematika, fisika, filsafat dan teologi. Ada dua cara memperoleh pengetahuan menurut pascal, pertama dengan menggunakan akal dan kedua dengan menggunakan hati . Kata pascal, bila kita mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki sifat-sifat rendah dengan tidak mengakui ketinggiannya, sama berbahayanya bila kita mengakui ketinggian manusia tanpa mengakui pula sifat rendahnya; lebih berbahaya lagi bila kita tidak mengakui dan kerendahan manusia.
Kata pascal, manusia besar karena pikirannya dan kesadaran refleksinya.manusia menurut pascal adalah makhluk yang rumit dan kaya dengan variasi serta mudah berubah karena itu matematika tidak akan mampu menjadi alat untuk memahami manusia. Berkenaan dengan mencari tuhan, pascal tidak menggunakan argumen metafisika, karena disamping tidak termasuk bidang geometri, juga tidak akan memiliki pengaruh apa-apa terhadap keimanan seorang. Pascal menafikan metafisika dan solusinya ialah “kembalikan persoalan ketuhanan kepada jiwa”.
Kesimpulan filsafat pascal antara lain .
1.Pengetahuan diperoleh melalui dua jalan, yaitu akal dan hati.
2.   Hati memiliki logika tersendiri.
3.   Unsur terpenting dalam manusia ialah kontradiksi.
4.   Tuhan juga tidak dapat dipahami melalui argumen metafisika Tuhan hanya dapat dipahami melalui  hati.
Immanuel Kant (1724-1804)
Sejarah filsafat adalah sejarah pertarungan akal dan hati (iman) dalam berebut dominasi mengendalikan jalan hidup manusia.
The Critique Of Pure Reason (Pembahasan Tentang Akal Murni)
Kata critique sering menimbulkan salah paham. Pure reason pun menimbulkan perdebatan. Critique tidak persis sama dengan kritik (criticism) Critique yang di maksud oleh kant disini adalah pembahasan kritis. Sebenarnya kant tidak menentang adanya akal murni (pure reason). Dalam pembahasannya ia hanya menunjukkan bahwa akal murni itu terbatas. Yang dimaksudnya dengan akal murni ialah akal yng bekerja secara logis, katakanlah akal yang di kepala. Ia dalam pembahasannya meletakkan akal murni itu diatas akal tidak murni. Akal tidak murni itu ialah indera.
Buku critique sekarang sampai pada pusat persoalan. Menurut buku ini, pengalaman tidak lain adalah lapangan yang menghasilkan pengetahuan. Jadi pengalaman tidak menunjukkan hakikat objek yang dialami. Oleh karena itu, pengalaman tidak dapat menghasilkan kebenaran umum, istilah ini mengingatkan kita kepada istilah yang di perjuangkan oleh socrates tempo hari. Ada 2 tahap dalam proses ini sejak diserapnya pengalaman material sampai terbentuknya pemikiran akhir itu. Tahap pertama adalah proses mengoordinasi sensasi-sensasi . Tahap kedua ialah mengoordinasi persepsi-persepsi yang sudah masuk. Tahap pertama itu disebut kant estika transendental, tahap kedua disebutnya logika transendental. Keabsolutan, a priori-nya dasar sains tetap terbatas dan relatif. Terbatas pada objek- objek empiris, relatif sesuai dengan cara manusia mengalaminya. Dunia yang kita kenal adalah hasil kontruksi ; mind memainkan peranan amat besar dalam kontruksi itu.
Kant tidak pernah menolak eksistensi mater, tidak juga menolak logika hanya menyatakan bahwa kita tidak pernah mengetahui dengan pasti idea itu, dunia luar itu, selain dunia luar (idea).

The Critique Of Praktical Reason (pembahasan tentang Akal Praktis)
Kehidupan dalam memerlukan kebenaran. Kebenaran tidak dapat seluruhnya diperoleh dengan indera dan akal. Indera dan akal itu terdapat kemampuannya. Ada kebenaran yang diperlukan, dan hanya mungkin diperoleh dengan hati atau iman. Sekalipun kita tidak dapat membuktikan ( dengan akal teoritis), kita dapat merasakan bahwa kita akan mati pada suatu ketika. Kita mengetahui bahwa hidup bukanlah seperti drma yang di dalamnya setiap kejahatan dihukum dan setiap kebaikan mendapat upah. Akan tetapi, dalam hidup ini kenyataannya banyak pencuri yang menang. Akal teoritis hanya bekerja pada daerah pengalaman empiris, daerah indera, daerah fenomena. Akal teoritis tidak melarang kita  mempercayai thing-in itself, mempercayai adanya tuhan. Argumen-argumen akliah tentang adanya tuhan, juga tentang semua objek gaib, yaitu objek-objek yang metarasional, tidak dapat dipegang. Karena akal teoritis (logis) tidak dapat dijadikan dasar agama, maka kitab suci harus diipahami sesuai dengan nilainya bagi moral, tetapi kitab suci tidak dapat dijadikan penilai moral. Abad ke – 19 agak sulit menerima etika kant mengenai perasaan moral yang absolut itu. Filsafat evolusi mengatakan bahwa perasaan wajib itu ditanamkan oleh masyarakat kedalam individu.Isi kesadaran itu ialah sesuatu yang diperoleh sekalipun tindakan bermasyarakat secara kabur adalah bawaa n ( imate ).
6.      EMPIRISISME (LOCKE – HUME – SPENCER)
Epirisisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman sebagai suatu doktrin, empirisme adalah jalan rasionalisme. Sanggahan orang-orang rasionalis tanpak jelas pada karya descartes.
John locke (1632-1704)
Filsafat locke dapat dikatakan antimetafisika. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh descartes, tetapi ia menolak intuisi yang digunakan oleh descartes. Inilah argumennya.
Didalam teori john lucke menggunakan tiga istilah: sensasi, yang oleh orang empirisis modern sering disebut data inderawi; idea-idea bukan idea dalam ajaran plato, melainkan berupa persepsi atau pemikiran atau pengertian yang tiba-tiba tentang suatu objek ; dan sifat ( quality ) seperti merah, bulat, berat. Inilah argumennya.
1.mengenai idea sederhana tentang sensasi.
2.   Idea tentang panas dan dingin.
3.   Untuk mengenali idea-idea kita itu lebih baik mengenai sifatnya.
4.   Apapun yang dipahami oleh jiwa dalam dirinya sendiri, atau berupa persepsi tiba-tiba tentang objek.
David Hume (1771-1776)
Hume mengajukan tiga argumen untuk menganalisis sesuatu. Pertama, ada idea tentang sebab akibat ;kedua kita mempercayai kausalitas dan penerapannya secara universal; dunia luar dari memang ada, yaitu dunia bebas dari pengalaman kita.  Didalam argumen ini hume mulai menjellaskan bahwa pendapat tentng sebab akibat tidak merupakan suatu hubungan antatidea karena hal itu tidak mempunyai bukti.
Herbert Spencer (1820-1903)
Filsafat herbert spencer berpusat pada teori evolusi. Evolusi itu terjadi juga dalam kejiwaan. Itu dilihat pada adanya perkembangan modus- modus respons. Itu dimulai dari respons yang komfleks, dari refleks menuju naluri, melalui ingatan dan imajinasi menuju pemikiran dan jalan logika.

7.      PRAGMATISME: WILLIAM JAMES  (1842-1910)
Kata pragmatisme diambil dari kata pragma (bahasa yunani) yang berarti tindakan,perbuatan. William james mengatakan bahwa secara ringkas pragmatisme adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui. Sifat psikologis pragmatisme james dapat dilihat dalam dua cara yang kedua-duanya berbeda dan peirce.Pertama, harus dilihat pendekatan james dalam mempelajari psikologi yang mempengaruhi filsafat. William james adalah empirisis yang radikal atau empirisis yang pragmatis.
Meliorisme dan Teori Kebenaran
Meliorisme adalah fungsi menengah antara filsafat tender minded dan tough minded. James melihat toug minded merupakan sikap harian herbert spencer, filosof inggris, yang mengusahakan agar sikap ini tersebar di Amerika. James mangajak kita memandang skiptisisme sebagai metode yang baik, tetapi bukan sebagai doktrin. Pragmatisme juga meragukan apa-apa yang diperoleh secara meragukan dan tidak mau menerima sesuatu yang murni dogmatis. Pragmatisme sebagai meliorisme bermakna bahwa pertentangan atau ekstremitas harus dilihat pada segi akibat-akibat praktisnya. Menurut james, materialisme tidak memberikan harapan kepada manusia; spritualisme memberikan. Ini tidak berarti bahwa spritualisme atau keyakinan pragmatismenya itu dapat memberikan pembuktiaan nyata. Pragmatisme tidak menerima kebenaran yang kurang dinamis. Kebenaran harus di anggap dinamis dan humanis dalam arti mempunyai fungsi dalam kehidupan.
Pragmatisme juga mengajarkan bahwa kebenaran tidaklah sekadar berfungsi atau berguna, tetapi juga  harus mempunyai kegunaan kongkret. Oleh karena itu, kebenaran adalah “suatu kumpulan untuk proses verivikasi, seperti kesehatan, kekayaan, kekuatan dan sebagainya adalah suatu nama proses yang berhubungan dengankehidupan kita, dan diperlukan untuk kehidupan kita.” Yang pertama ynag harus dipahami dalam filsafat moral james ialah bahwa kemauan itu lebih sekedar karakter intelektual. Sekalipun kita harus mempunyai panadangan moral tetentu, hal itu tidak dapat diperoleh hanya menggunakan akal murni atau semata-mata dengan analisisteoritis.
Mengenai determinisme dan indeterminisme, menurut james, sains tidak daapat embuktikan hakikat keduanya. Sain tidak dapat menentukan apakah seseorang bebas ataukah terikat dalam memilih tindakannya. Pragmatisme menunjukkan jalan tengah. Pragmatisme menyakini perlunya indeterminisme karena paham ini berguna bagi kemajuan. James adalah filosof pertama menerapkan metode dan hasil penelitian psikologi untuk mengetahui watak-watak keagamaan pada manusia. Karyanya yang berjudul the varieties of religious experience merupakan karya penting dan unik. Karya ini termasuk klasik dalam filsafat dan psikologi. Filsafat james ini bersifat radikal dan plural, tempatnya empirisis radikal pluralis. James mempersembahkan karyanya yang terkena, pragmatism, sebagai kenang-kenangan kepada tokoh empirisisme john stuart mill, james tidak hanya menghormati dasar filsafat yang empiris atau dasar filsafat yang berupa pengalaman yang ada pada mill,tetapi juga dasar keterbukaan berpikir untuk memenuhi kebutuhan manusia yang juga pada mill. Pemikiran filsafat james memerlukan metafisika yang berguna bagi pengalaman. Metafisika yang diperlukan itu ialah metafisika yang mendasarkan diri pada teori-teori pengetahuan, yaitu metafisika yang mau mengganti pandangannya yang statis tentang perubahan didunia ini. Empirisisme radikal adalah suatu pandangan filsafat. James memberikan formulasi tentang teori empirisisme radikalnya. Katanya, empirisisme radikal berisi postulat, pernyataan tentang fakta dan kongklusi umum.
Konsep-konsep dalam empirisisme radikal selalu tegas pengertiannya, langsung menunjuk kepada sesuatu, bukanyang lain.
8.      EKSISTENSIALISME  (KIERKEGAARD-SARTRE)
Kata dasar eksistensi adalah exist yang berasal dari kata latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, exsistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Pikiran semacam ini dalam bahasa jerman disebut dasein. Da berarti di sana, sein  berarti berada. Filsafat eksistensi tidak sama persis dengan filsafat eksistensialisme (Hassan, 1974:7). Yang dimaksud dengan filsafat eksistensi adalah benar-benar sebagaimana arti katanya, yaitu filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral. Ini adalah satu ragam filsafat. Tokoh-tokoh yang dapat digolongkan ke dalam filsafat eksistensi telah banyak terdapat sebelumnya lahirnya filsafat eksistensialisme. Adapun yang di maksud dengan filsafat eksisensialisme, rumusannya lebih sulit dari pada eksistensi.
Lahirnya eksistensialisme
Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Dengan demikian, filsafat adalah perjalanan dari satu krisis kekrisis yang lain.Yang dimaksud dengan eksistensi ialah cara orang berada di dunia. Kata berada pada manusia tidak sama dengan beradanya pohon atau batu. Untuk menjelaskan arti kata berada bagi manusia, aliran  eksistensialisme mula-mula menghantam materialisme. Eksistensisialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi, cara beradanya tidak sama, manusia berada di dalam dunisa; ia mengalami beradanya didunia itu. Eksistensialisme juga lahir sebagai reaksi terhadap idealisme. Materialisme dan idealisme adalah dua pandangan filsafat tentang hakikat yang ekstrem. Kedua-duanya berisi benih-benih kebenaran, tetapi keduaduanya juga salah. Eksistesialisme ingin mencari jalan keluar dari kedua ekstremitas.
9.      SOREN KIERKEGAARD (1813-1855)
Suatu reaksi terhadap idealisme yang sama sekali berbeda dari reaksi materialisme ialah yang berasal dari pemikir Denmark yang bernama soren kierkegaar. Menurut Kierkegaar, filsafat tidak merupakan suatu sistem, tetapi suatu pengekspresian eksistensi individual. Karena ia menentang filsafat yang bercorak sistematis, dapat dimengerti mengapa ia menulis karyanya dengan menggunakan nama samaran. Dengan cara demikian, ia mencoba menghindari anggapan bahwa bukunya merupakan gambaran tentang Fase-fase perkembangan pemikirannya.
Jean Paul sartre  (1905-1980)
Tokoh paling penting dalam filsafat eksistensialisme, yaitu Jean Paul Sartre. Dialah yang menyebabkan eksistensialisme menjadi tersebar, bahkan menjadi semacam mode, sekalian pendiri eksistensialisme bukan dia, melainkan soren Aabye Kierkegaard (1813-1855). Filsafat eksistensialisme membicarakan cara berada di dunia ini, terutama cara berada manusia. Dengan kata lain, filsafat ini menempatkan cara wujud-wujud manusia sebagai tema sentral pembahasannya. Cara itu khusus ada pada manusia karena hanya manusialah yang bereksistensi. Menurut ajaran eksistensialisme, eksistensi manusia mendahului esensinya. Hal ini berbeda dari tetumbuhan, hewan, dan bebatuan yang esensinya mendahului eksistensinya, seandainya mereka mempunyai eksistensi. Sartre adalah filosof ateis. Itu dinyatakannya secara terang-terangan. Konsekuensi padangan aties itu ialah tuhan tidak ada, atau sekurang-kurangnya manusia bukanlah ciptaan tuhan. Oleh karena itu, konsepnya tentang manusia ialah manusia bukan ciptaan tuhan. Sartre memulai filsafatnya dengan menjelaskan hakikat eksistensi manusia: eksistensi manusia mendahului esensinya. Mulainya manusia bereksistensi ialah sejak ia mengenal dirinya dan dunia yang dihadapinya. Itu berarti bahwa iy telah berkesadaran. Dari kesadaran itu munculnya tanggung jawab, maka manusia harus memilih, menentukan, memutuskan. Karena kesadaran itu manusia harus berbuat, berarti ia selalu berubah, selalu mengalih, karena yang ada tidak dimaui dan dimaui ialah yang belum ada. Tentu saja manusia  selalu mendbrak, berpindah meluncur terus. Kehidupan bersama diperlukan, ada bersama itu merupakan neraka bagi manusia. Memang sartre penuh kalau bukan seluruhnya oleh delima. Sebenarnya kekacauan filsafat sartre disebabkan oleh pandangannya yang ateis. Bahwa filsafat sartre bentrokan dengan realitas, kita akui bahwa buah pikiran sartre memuat pandangan-pandangan yang bagus akan tetapi dasar-dasarnya tidak tahan uji.
10.  AKAL DAN HATI DI JALUR TIMUR
Di jalur timur, yaitu di dunia islam, keadaannya hampir sama dengan keadaan di barat. Hampir sama bearti tidak sama. Ketidaksamaan itu sekurang-kurangnya terdapat dalam dua hal: pertama waktunya, kedua sifat dominasinya. Tatkala akal sedang kalah total dibarat, akal sedang dihargai sama dengan hati di timur. Ini mengenai waktu. Mengenai sifat dominasi, akal di timur dihargai, tetapi tidak sampai mendominasi jalan hidup sehinggah menyebabkan orang islam meninggalkan agama, lalu mengambil materialisme dan ateisme. Sedangkan di barat dominasi akal terlalu besar sehinggah orang ada yang mengambil materialisme dan ateisme sementara hati, tatkalah mendominasi menentang akal secara total. Banyak perbedaan antara pemikiran rasional (filsafat) dan rasa (tashawwuf), di antaranya ada yang bersifat prinsip. Akan tetapi, perbedaan itu tidak menyebabkan ada orang islam yang didominasi oleh akal secara total sebagaimana halnya tidak ada juga orang islam yang didominasi oleh hati (rasa) seratus persen. Buktinya tidak ada filosof maupun sufi islam yang meninggalkan iman, apa lagi sampai mengambil paham materialisme atau ateisme.
Di timur filosof dan sufi sama-sama beriman, di barat filosot ada yang benar-benar mengambil paham materialisme atau ateisme. Di dalam islam perbedaan antara filosof dan sufi hanyalah perbedaan visi dalam menafsirkan kitab suci; orang-orang filsafat umumnya menggunakan takwil ke arah rasio sementara orang-orang tashawwuf juga menggunakan takwil, tetapi kearah rasa. Filosof menafsirkan kitab suci terlalu didominasi oleh akal rasional; metode dan ukurannya ialah logika, dari cara ini muncul pendapat mereka yang sepintas seperti berlawanan dengan teks kitab suci nasution (1989:44-45), mengutif Al- Gajali, menerangkan bahwa ada sepuluh pendapat filosof yang dianggap menyimpang dari islam. Menurut al gajali, yaitu:(1) Tuhan tidak mempunyai sifat,(2) Tuhan mempunyai substansi sederhana dan tidak mempunyai hakikat (mahiya), (3) Tuhan tidak mengetahui partikular (Juz’iyyat), (4) Tuhan tidak dapat diberi sifat genus dan diferentia, (5) Planet adalah bintang yang bergerak dengan kemauan, (6) jiwa planet mengetahui juz’iyyat, (7) hukum alam tidak dapat berubah, (8) pembangkitan jasmani tdak ada, (9) alam ini qadim, dan (10) alam ini kekal. Tiga di antara kesepuluh terdapat itu, menurut Al- gajali, membawa kepada kekufuran, yaitu (1) alam qadim (tidak mempunyai permulaan), (2) Tuhan tidak mengetahui partikular, dan (3) pembangkitan asmani tidak ada.
Pemikiran rasional itu mungkin saja dapat menimbulkan akibat negatif bagi islam dan umat slam, tetapi mungkin juga Al-Gajali yang benar bahwa pendapat itu dapat membawa kepada kekufuran.
Akan tetapi, pemikiran rasional itu ternyata telah menunjang perkembangan budaya dalam islam. Uraian selintas itu memperlihatkan bahwa penghargaan AL- Quran kepada akal telah menimbulkan kemajuan yang amat penting. Itu adalah akibat yang positif. Akibat negatif ada juga  antara lain, Al –quran cenderung dirasionalkan, padahal banyak ayat Al-quran yang tidak dapat di tafsirkan secara rasional. Akibat yang lain ialah rasa beragama yang dangkal, beragama terasa kering. Karena rasa beragama itu kering, maka kesungguhan beragama akan kurang; dengan kata lain, agamanya kurang kuat. Akibatnya pelanggaran hukum Tuhan mudah di lakuan. Agama tidak begitu kuat pengaruhnya pada pengendalian diri. Pengertian tentang iman, tentang kehadiran Tuhan, tentang buruk- baik memang tinggi tetapi pengertian itu tempatnya di kepala. Kelemahan inilah yang hendak ditutupi oleh jalur sufi, yang ternyata juga terlalu mementingkan rasa dan kurang memperhatikan akal, yang pada akhirnya menimbulkan akibat-akibat yang negatif. Berkembangan pemikiran rasional (filsafat) dalam islam memperoleh dorongan dari dua sumber: dari Al-quran. Al-quran adalah kitab suci yang di terimah kebenarannya sehinggah ia amat berwibawa. Sumber dari luar Al-quran adalah yunani dan india, dua daerah yang telah mempunyai tradisi rasional yang tinggi.
Filsafat yunani (dan sains yunani) banyak mempengaruhi perkembangan filsafat dan sains dalam islam. Filsafat dan sains yunani mulai berkembang sejak kurang lebih tahun 600 sm. Pada masa aristoteles (384-322), jadi hanya kira-kira 300 tahun sejak thales, filsafat dan sains yunani sudah berkembang pesat, baik obyek bahasan maupun kedalamannya. Ekspansi Alexander yang agung ketimur mempuyai corak yang sama dengan ekspansi napoleon kemesir kira-kira 2000 tahun kemudian. Kedua-duanya tidak hanya membawa tentara, tetapi juga ahli-ahli pengetahuan. Alexander datang ke timur tidak hanya untuk memperluas kekuasaan, tetapi juga untuk mempersatukan yunani dan parsi dalam satu negara besar. Alexander meninggal pada tahun 323 sm, dan kerajaan besar yang didirikannya itu pecah menjadi tiga, yaitu kerajaan maedonia di eropa, kerajaan ptolemeus di mesir, dan kerajaan seleusia di persia. Niat dan usaha alexander untuk mempersatukan yunani dan persia dijalankan terus, dan timbullah pusat-pusat kebudayaan yunani di timur. Masuknya filsafat dan sains yunani ke dalam islam lebih banyak terjadi melalui irak dibandingkan dengan melalui daerah-daerah lain. Di dalam perkembangan filsafat dan sains itu pengaruh yang terbesar memang berasal dari yunani. Pengaruh dari asli parsi dan india sedikit saja. Dalam pengembangan sains dan filsafat itu, jasa orang islam sekurang-kurangnya ada tiga: (1) menerjemahkan, (2) membuat komentar sehinggah karya yunani itu lebih mudah di pahami, dan (3) menambahkan beberapa hal baru, termasuk koreksi-koreksi. Al-quran menghargai akal. Dari dorongan ini berkembanglah filsafat dan sains islami yang kelak diteruskan kebarat. Selain itu, al-quran juga menghargai rasa atau hati.
Tashawwuf dalam islam muncul karena banyak sebab, antara lain pengaruh kristen, pengaruh filsafat yunani, juga pengaruh filsafat abad pertengahan. Filsafat yunani, seperti teori zuhudnya pythagoras, juga sangat mungkin berpengaruh pada orang islam karena orang islam telah mengetahui ajaran itu. Faktor sejarah juga telah mendorong munculnya tashawwuf dalam islam. Orang-orang yang mengasingkan diri dan hidup sederhana inilah yang di sebut zuhud. Aliran hidup zuhud ini mulai nyata kelihatan di kufahlah yang mula-mula basharah di irak. Dalam memperhatikan kemewahan hidup dan maksiat-maksiat yang dilakukan oleh khalifah-khalifah dan pembesar-pembesar, orang-orang zuhud itu teringat pada ancaman-ancaman yang tersebut di dalam al-quran terhadap orang-orang yang tidak patuh kepada tuhan, tak peduli pada larangan, dan tidak menjalankan perintah tuhan. Al- gajali agaknya adalah tokoh pertama yang secara nyata mencoba menggabungkan kedua-duanya dengan cara mengharmoniskan dominasinya dalam hidup manusia muslim. Ia berusaha mengimbangkan kedua-duanya. Usaha Al-gajazali itu membuktikan bahwa dominasi akal yang seimbang dengan dominasi hati akan merugikan islam dan umat islam, demikian juga dominasi hati yang tidak seimbang dengan dominasi akal. Keseimbangan dominasi ini, keseimbangan akal dan hati, keseimbangan pikir dan zikir, dapat dilakukan dalam islam. Penyimbangan seperti itu tampaknya tidak dapat dilakukan di dunia barat kristen. Bukti yang jelas ialah perlunya sekularisme di barat. Ini membuktikan tak mungkinnya keseimbangan dominasi itu di lakukan.
11.  KESEIMBANGAN INDERA –AKAL-HATI
Orang yunani sebenarnya belum benar-benar terlepas terlepas dari mitos yang dianut mereka tatkala mereka mulai berfilsafat. Filsafat thales, menurut para ahli masih banyak di pengaruhi oleh mitos. Karena ukuran pada instansi tertinggi adalah akal, dan  akal ternyata bermacam-macam temuannya, maka dapat di tebak akibat yang muncul, yaitu kekacauan nilai. Kemantapan hidup hanya di tentukan oleh dua hal: kaidah sains dan filsafat di satu pihak dan akidah agama dipihak lain. Kedua-duanya telah diragukan pada masa sofisme itu. Suasana pemikiran yang dihadapi oleh kant esensinya sama dengan suasana pemikiran yang dihadapi oleh socrates kurrang lebih 2000 tahun sebelum kant, yaitu suasana pemikiran yang merelatifkan sains dan agama, secara keseluruhan. Meskipun esensinya sama dengan yang dihadapi oleh socrates,  argumen-argumen yang dihadapi oleh kant jauh lebih rumit di bandingkan dengan argumen-argumen yang di hadapi oleh socrates. Sama dengan socrates, tugas kant adalah menyelamatkan sains dan agama dari gangguan skeptisisme. Karena sains itu relatif maka tidak akan ada kebenaran yang dapat di pegang (dipercaya) bersama. Relatifnya kebenaran berarti benar bagi saya, dapat salah bagi orang lain; benar sekarang dapat salah besok lusa. Sejarah telah memperlihatkan sekurang-kurangnya dua hal dalam hubungan ini: (1) logika dapat benterokan dengan logika, (2) loguika bebas menghasilkan kehidupan tanpa pegangan yang pasti.
Untuk membuktikan kerelatifannya filsafat, cukup dilihat andalan kebenaran filsafat. Andalan kebenaran filsafat ialah kelogisan argumennya. Dalam hal ini argument logika emang lurus di lihat dari segi formatnya, tetapi dalam operasinya argument-argumen itu dapat menempuh banyak jalan. Jalan (alur) argument logis itu dapat saja sama benarnya (sama logisnya), dan karena itu derajat kebenaran kongklusinya akan sama. Akan tetapi, isi kongklusi itu dapat saja berbeda bahkan berlawanan. Persoalan menjadi rumit, seperti terjadi pada zaman sofis dan pada zaman kant, menjadi rumit karena ukuran filsafat dikenakan untuk menguji kebenaran sains. Tentu saja akan menghasilkan bahwa sains itu relative kebenarannya karena ukuran yang digunakan bersifat relatif. Sama aja dengan mengukur berat gunung, tetapi menggunakan timbangan emas; bkan gunung tidak dapat di ukur beratnya, melainkan timbangan tidak sesuai.Sebenarnya sains mempunyai sifat yang relatif, sekarang diukur dengan alat ukur yang relatif, tentu saja kesimpulannya sains itu relatif. Persoalan akan menjadi lain bila sains itu di jadikan andalan tertinggi dalam kehiduan, kehidupan dan nasib di gantungkan padanya. Sains di ciptakan untuk di jadikan alat dalam kehidupan, bukan untuk gantungan, andalan kehidupan.Pandangan hidup harus kuat.Baik sains maupun filsafat tidak cukup kuat untuk dijadikan pegangan hidup.
Yang dapat dijadikan pegangan hidup, gantungan nasip, haruslah kebenaran-kebenaran yang sungguh-sungguh a priori.Suara hati merupakan antenna ketiga manusia. Manusia memiliki tiga antenna:indera, akal, dan hati atau rasa. Di dalam islam, misalnya, ada satu  contoh yang baik untuk memperlihatkan salah satu persoalan yang hanya dapat dipahami oleh suara hati, yaitu mengenai takdir atau nasib manusia. Sain berguna,filsafat berguna, iman berguna pada posisi atau daerah masing-masing. Sains filsafat, iman (hati) masing-masing mempunyai kebenaran, sesuai dengan ukuran masing-masing.Berikut ini adalah uraian yang relatif sistematis mengenai argumen yang di ajukan di atas. Menurut Al-syaibani  (1979:130), manusia mempunyai tiga kekuatan atau potensi yang sama pentingnya, laksana sebuah segitiga yang sisi-sisinya sama panjang. Potensi yang di maksud ialah jasmani, akal, dan roh.
Islam tidak dapat menerimah materialisme yang mengajarkan benda terpisah dari roh, atau sebaliknya spirituralisme yang mengajarkan roh sama sekali terpisah dari benda. Potensi manusia itu dapat telusuri , misalnya dengan memperhatikan cara manusia mereaksi lingkungannya. Potensi-potensi itu dapat di pahami lebih jelas bila kita memperhatikan cara manusia memperoleh pengetahuan. Secara umum manusia memperoleh pengetahuan melalui tiga jalan, masing-masing pada dasarnya , pertama, potensi jasmani yng berupa indera. Kedua, potensi akal.Dan ketiga potensi hati.Objek-objek inderawi diketahui dengan menggunakan potensi jasmani (indera). Hasilnya empiris , dapat di ukur. Objek-objek yang diketahui dengan menggunakan akal logis diketahui dengan menggunakan akal.
Berdasarkan uraian itu jelaslah bahwa hati dapat juga di gunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan. Kant menggunakannya khusus untuk memperoleh pengetahuan tingkat tinggi yaitu pengetahuan tentang objek-objek suprarasional (gaib), pengetahuan tentang daerah yang bila akal masuk kesana, ia akan hilang didalam paralogisme. Akan tetapi, hati tidak akan bekerja dengan baik bila kekuatan setaniah yang mendominasinya. Hati akan dapat di gunakan untuk mengetahui objek-objek gaib itu bila ia di dominasi oleh sifat ilahiyah. Untuk mencapai keadaan seperti itu, hati harus dilatih.Latihan itu dalam garis besarnya terbagi atas dua macam. Pertama, membersihkannya dari sifat-sifat jahat (setaniah) dengan cara bertobat dari segala dosa. Kedua, latihan berbuat baik secara lahiriah dan latihan berupa perenungan mendalam (kontemplasi) yang didalam islam disebut zikir. Sebenarnya didalam hidup ini indera, akal, dan hati harus diperhatikan sekurang-kurangnya sama besar kalau tidak dapat dikatakan hati lebih dipentinngkan untuk di perhatikan. Bila ingin sempurna, manusia harus didominasi secara seimbang oleh indera, akal, dan hati.Potensi itu masing-masing harus mendapat latihan secara serentak dan seimbang.Bila salah satu telah mendominasi lebih dari yang lain, maka kehidupan mulai terancam; sejarah telah memperlihatkan itu.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada zaman modern filsafat ini berbagai aliran besar muncul. Pada dasarnya corak keseluruhan filsafat modern itu mengambil warna pemikiran filsafat sofisme yunani, sedikit pengecualian pada kant. Paham-paham yang muncul pada garis besarnya adalah rasionalisme, idealism, empirisisme, dan paham-paham yang merupakan pecahan dari aliran itu. Akal yang telah di kekang sekarang menjadi berpesta pora merayakan  kebebasannya. Biasanya penulis filsafat tidak menggunakan istilah sofisme untuk menunjuk suasana pemikiran filsafat modern.Di sini istilah sofisme modern di gunakan karena dua alas an. Pertama, karena sesungguhnya tidak ada perbedaan yang esensial antara sofisme dan skiptisisme. Kedua, agar lebih mudah mengikuti alur system yang di kemukakan terutama sejak thales hinggah capra.
Banyak perbedaan antara pemikiran rasional (filsafat) dan rasa (tashawwuf), di antaranya ada yang bersiat prinsip. Akan tetapi perbedaan itu tidak menyebabkan orang islam yang di dominasi oleh akal secara total sebagaimana halnya tidak ada juga orang islam yang didominasi oleh hati.Dalam pengembangan sains dan filsafat itu jasa orang islam sekurang-kurangnya ada tiga;
1.      Menerjemahkan.
2.      Membuat komentar sehinggah karya yunani itu lebih mudah di pahami.
3.      Menambahkan beberapa hal baru, termasuk koreksi-koreksi.
Dengan menggunakan potensi ini manusia dapat memperoleh pengetahuan mistik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar