BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setelah benteng abad pertengahan jebol oleh
Descartes, filsafat itu lepas dari cengkeraman agama (iman Kristen), maka
laksana air bah, akal menyapu dan melabrak apa saja yang menghambatnya. Akal
menang.Rasio bersorak-sorai kegirangan. Semenjak renaissance di hidupkan oleh
Descartes dalam bidang filsafat, maka rasionalisme yunani itu menjadi
satu-satunya cara berfilsafat pada zaman modern, kecuali nanty pada kant.
Kertiga aliran besar (rasionalisme, idealism, empirisisme) telah cukup untuk
menjadikan filsafat modern membingungkan orang modern. Rasionalisme dan
idealism menyatakan bahwa roh yang
hakikat; empirisisme mengatakan benda-benda yang hakikat, dan roh tidak ada.
Di jalur timur, yaitu di dunia islam,
keadaannya hamper sama dengan keadaan di barat. Hampir sama berarti tidak sama.
Ketidaksamaan itu sekurang-kurangnya terdapat dalam dua hal : pertama waktunya,
kedua sifat dominasinya.
Objek-objek
yang inderawi diketahui dengan menggunakan potensi jasmani (indera). Hasilnya
empiris, dapat di ukur. Objek-objek yang diketahui dengan menggunakan akal
logis diketahui dengan menggunakan akal.Ketiga potensi manusia itu dapat di
andaikan seperti antenna.Manusia memiliki tiga antenna. Pertama, indera. Kedua,
akal. Ketiga, hati.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
peranan Akal dan Hati pada Zaman Modern?
2.
Siapa
saja tokoh yang mengemukakan Akal dan hati pada zaman modern?
3.
Apa
perbedaan Akal dan hatti di jalur timur?
4.
Apa
saja perbedaan antara pemikiran antar tokoh tentang akal dan hati?
5.
Apa
saja yang mempengaruhi perkembangan akal pada jalur timur?
7.
Apa
saja pengetahuan manusia mengenai pengetahuan mistik?
C. Tujuan Pembahasan masalah
1.
menjelaskan
akal dan hati pada zaman modern.
2.
Mengenali
tokoh dalam mengemukakan akal dan hati.
3.
Perbedaan
antar tokoh mengenai Akal dan hati.
4.
Menjelaskan
perbedaan antar pemikiran rasional.
5.
Menjelaskan
keseimbangan Indera, akal, dan hati.
6.
Mengetahui
pengetahuan manusia tentang pengetahuan mistik.
7.
mengetahui
potensi manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akal Dan Hati Pada Zaman Modern
Pada abad pertengahan, hegemoni antara akal dan iman
benar-benar tidak seimbang.Pada abad itu akal kalah total dan iman menang
mutlak.Akal yang telah dikekang selama kira-kira 1500 tahun itu sekarang
berpesta pora merayakan kebebasannya. Akal menang lagi. Akan tetapi, sialnya
sofisme Yunani terulang lagi. Ini saya sebut sofisme modern. Saya sebut
demikian karena ciri pokok sofisme lama ada pada sofisme modern ini. Ciri itu
ialah: Kebenaran itu relatif.Biasanya penulis filsafat tidak menggunakan
istilah sofisme untuk menunjuk suasana pemikiran filsafat modern; mereka
biasanya menggunakan istilah skeptisisme. Di sini istilah sofisme modern
digunakan karena dua alasan. Pertama, karena sesungguhnya tidak ada perbedaan
yang esensial antara sofisme dan skeptisisme, sekurang-kurangnya dalam akibat
pemikiran itu. Kedua, agar lebih mudah mengikuti alur sistem yang dikemukakan
dalam tulisan ini, terutama sejak Thales hingga capra
Sofisme pertama ialah suasana pemikiran yang di hadapi
oleh socrates. Tokoh-tokoh utamanya ialah parmanedis dan Gorgeas. Sofisme kedua
atau sofisme modern ialah suasana pemikiran yang dihadapi oleh kant.Untuk
menggambarkan suasana pemikiran sofisme modern kita harus memulainya dari
Descartes. Pada uaraian yang lalu telah dijelaskan ala kadarnya. Pada voltaire
suasana itu semakin gamblang. Filsafat
Voltaire secara ringkas dapat dirumuskan sebagai keterpisahan rasio dan iman
hati. Ia berpegag pada rasio teoritis tanpa agama, dan keyakinan ( agama) tanpa
rasio teoritis.
David Hum (1711-1776), yang sebenarnya pengikut Locke,
seorang empirisis (Avey: 154), bahkan dijuluki pemuncak skeptisisme oleh
solomon 91981: 127), juga merupakan orang yang telah memainkan peran yang
begitu besar dalam perkembangan Abad pencerahan dalam pertahankan keyakinan.
Harapan, yang bergema dalam ratusan ribu menara diseluruh penjuru eropa, yang
telah berakar amat dalam pada lembaga-lembaga sosial dan dihati manusia, tidak
akan begitu saja akan mengizinkan diri mereka tunduk pada kuasa akal.Sampai
disini saja sudah kelihatan jelasnya adanya kekacauan pemikiran pada zaman
modern itu. Jonk luck (1632-1704) telah menerapkan tes induktif dalam
fsikologi.didalam bukunya, Essay on Human Understanding (1689), akal, untuk
pertama kalinya dizaman modern, dibicarakan tersendiri, dan filsafat dapat
digunakan sebagai alat ampuh, telah begitu lama dipercayai .
Akan tetapi locke,
seorang penganut kristen yang baik, tampil dengan argumennya tentang “
kerasionalan agama kristen” . Ia tidak dapat menerima adanya ide bawaaan itu.
Pikiran itu ( the Mind ), takkalah manusia lahir, keadaannya bersih seperti
kertas putih, suatu tabula rasa. Oleh karena itu, yang dapat kita ketahui
hanyalah materi, karena itu pula maka filsafat materialisme haruslah diterimah.
Analisis pengetahuan locke ini justru lebih membuktikan bahwa materi itu
sebenarnya tidak ada. Materi itu hanyalah bentuk kejiwaan (a form Akan tetapi,
seorang uskup irlandia berbicara lain.David Hum (1791- 1776) pada umur dua
puluh enam tahun telah mengguncangkan seluruh orang kristen dengan bukunya,
Treatise On Human Nature,salah satu karya klasik yang cemerlang pada zaman
filsafat modern. Kita mengetahui apa jiwa itu, kata hume, sama dengan kita mengenali materi,yaitu
dengan persepsi, jadi secara internal. Kita tidak mengenali suatu sosok yang
bernama jiwa (mind); kita hanya mengenali idea, ingatan,perasaan, dan
sebagainya secara terpisah- pisah.
Hasil yang muncul ialah Hume sudah menghancurkan mind
sebagaimana berkeley menghancurkan materi. Hume tidaklah begitu senang
menghancurkan agama ortodoks dengan cara menghilangkan konsep jiwa. Ia pun
ingin menghancurkan sains dengan menghancurkan konsep hukum. Yang disebut
“hukum” oleh kita itu sebenarnya hanyalah sesuatu ringkasan kejiwaan atau
tulisan pendek tentang pengalaman kita. “ Hukum” adalah suatu adat yang dapat
kita saksikan dalam rentetan kejadian; tetapi ketauilah, “keharusan”didalam
adat. Yang mempunyai sifat keharusan itu hanyalah formula-formula matematika,
kebenarannya inherin dan tetap.Inilah epistomologi mereka. Penelitian terhadap
sifat, sumber dan kesahan pengetahuan haruslah bertujuan untuk mendukung agama.
Tentang argumen abad pencerahan, ketika akal telah digunakan untuk materialisme,
berkeley telah mengarang suatu jawaban yang menyatakan bahwa materi itu tidak
ada. Akan tetapi, hal ini digunakan juga oleh Hume yang akhirnya rkesimpulan
bahwa dengan cara yang sama, jiwa (mind) juga tidak ada.
Sebagai akibatnya ialah munculnya argumentasi dari jean
jaques Rousseau (1712-1778). Ia berjuang melawan dominasi abad pencerahan, abad
akal, yang materialistis dan ateis itu. Rousseau mencoba melepaskan diri dari
cengkraman realitas seperti itu. Demikian Rousseau, bahwa filsafat adalah
kebalikan dari kemajuan yang wajar, bahwa
orang yang berpikir intelektual adalah bianatang yang merusak. Argumen
yang diajukan dalam confisession ringkasnya ialah sebagai berikut. Kalaw akal
menentang kepercayaan kepada tuhan dan keabadian jiwa, mengapa kita tidak berpegang
pada naluri yang dapat membantah
skeptisisme. Tatkala kant membaca emile dengan asyiknya di bawah pepohonan, ia
begitu tertarik dan ingin segerah menyelesaikan buku itu. Akan tetapi sebelum
itu kita mesti mempelajari lebih dulu situasi pemikiran zaman modern tersebut.
Tidak mungkin langsung kepada kant. Beberapa pemikiran sebelum kant telah
menjadi latar belakang pentimg bagi filsafat kant. Yang pertama kita bahas
adalah Rene Descartes itu.
1.
RENAISSANCE
Ini istilah dalam bahasa prancis. Dalam bahasa latin, re
+ nasci berarti lahir kembali ( rebirht). Istilah ini biasanya digunakan oleh
sejarawan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khusnya yang
terjadi di eropa, dan lebih khusus lagi diitalia, sepanjang abad ke 15 dan 16.
Abad pertengahan adalah abad ketika alampikiran dikungkung oleh gereja. Dalam
keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat terbatas, perkembangan sains sulit
terjadi, juga perkembangan filsafat, bahkan dikatakan manusia tidak mampu
menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Nah
didalam perenungan mencari alternatif itu orang teringat pada suatu zaman
ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikungkung, sain maju, yaitu
zaman dan peradaban yunani kuno. Ketika itu dunia barat telah biasa membagi
tahapan sejarah pemikiran menjadi tiga periode, yaitu ancient, medieval, dan
modern.pada zaman ancient atau zaman kuno itu mereka melihat kemajuan
kemanusiaan telah terjadi.
Berkembangnya penelitian empiris merupakan salah satu
ciri Renaissance. Oleh kerena itu, ciri selanjutnya adlah munculnya sains.
Perkembangan sains ini di pacu lebih cepat setelah Descartes berhasil
mengumumkan rasionalismenya.Tokoh penemu dalam bidang sains pada masa ini ialah
Nicolaus compernicus (1473-1543) Johanes kepler (1571-1630), dari Galileo
Galilei, (1564-1643)Semuanya hidup pada zaman renaissance, baik bagian tengah
maupun bagian akhirnya. Jadi ciri utama renaissance ialah humanisme,
individualisme, lepas dari agama (tidak
mau diatur oleh agama), empirisisme, dan rasionalisme.Zaman modern filsafat
didahului oleh zaman renaissance. Sebenarnya secara esinsial zaman
renaissanceitu, dalam filsafat tidak berbeda dari zaman modern.
2.
RASIONALISME (DESCARTES-SPINOZA-LEIBNIZ)
Pada bagian ini dibicarakan pemikiran pokok Descartes,
Spinoza, dan Leibniz. Mereka adalah tokoh besar dalam filsafat rasionalisme.
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah
alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan.
Rasionalisme ada dua macam: dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat.Dalam
bidang agama rasionalisme adalah lawan autoritas, dalam bidang filsafat
rasionalisme adalah lawan empirisisne. Rasionalisme dalam bidang agama biasanya
digunakan untuk mengkritik ajaran agama, rasionalisme dalam bidang filsafat
terutama berguna sebagai teori pengetahuan. Zaman modern dalam sejarah filsafat
biasanya dimulai oleh filsafat Descartes. Kata modern di sini hanya di gunakan
untuk menunjukkan suatu fisafat yang mempunyai corak yang amat berbeda, bahkan
berlawanan, dengan corak filsafat pada abad pertengahan kristen.
Descartes (1596-1650)
Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun
1650. Ia mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh Gereja bahwa dasar
fisafat haruslah rasio (akal). Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat
haruslah akal, ia menyusun argumentasi yang amat terkenal. Argumentasi itu
tertuang di dalam metode cogito tersebut. Benda-benda dalam mimpi, halusinasi,
ilusi, dan kejadian dengan roh halus itu, bila dilihat dari posisi kita sedang
jaga, itu tidak ada. Akan tetapi, benda-benda tersebut sungguh-sungguh adabila
dilihat dari posisi kita dalam mimpi, halusinasi, ilusi, dan roh halus.Inilah
titik awal kemenangan akal atas iman (hati) pada zaman modern Ia merupakan
reaksi keras terhadap dominasi iman (hati) pada abad pertengahan.
Spinoza (1632-1677)
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia
pada tahun 1677.Nama aslinya Baruch Spinoza. Menurut solomon (1981:71), cara
terbaik mempelajarinya jangan terpisah-pisah, mulai misalnya kosmologi lebih
dahulu, kemudian ontologi.Metafisika modern biasanya dikatakan dimulai oleh
Descartes (1596-1650). Metodenya untuk sampai kepada kepastian sempurna lewat
deduksi matematis, sah untuk diterimah (solomon:71).Secara selintas
permasalahan metafisika modern tetap sama dengan masalah metafisika pada masa
pra-socrates, yaitu: beberapa substansi yang ada. Bagi spinoza, karena
substansi hanya satu, persoalan ini tidak muncul. Ia juga berbicara tentang
etika, tetapi tidak kita bicarakan disini.
Leibniz (1646-1716)
.Gotifried Wilhelm Von leibniz lahir pada tahun 1646 dan
meninggal pada tahun 1716. Leibniz, jerman. Pada januari- maret 1673 Leibniz
pergi ke london menjadi atase politik. Metafisika leibniz sama memusatkan
perhatian pada substansi. Sementara substansi pada leibniz adalah hidup, dan
setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun prinsip filsafat leibniz
ialah “ prinsip akal yang mencukupi”, yang secara sederhana dafat dirumuskan “
sesuatu harus mempunyai alasan”. Ini adalah singkatan metafisika leibniz.
1 . Monad, adalah substansi yang sederhana, yang selanjutnya menyusun
substansi yang lebih besar.
2. Harus ada substansi yang sederhana karena adanya susunan itu, karena
susunan tidak lain dari suatu
koleksi substansi sederhana.
Selanjutnya di dalam menjelaskan ini kita mengetahui
bahwa leibniz membedakan persepsi (perception) dengan kesadaran
(consciousness). Persepsi adalah pengalaman reflektif dan hanya terdapat di
dalam beberapa monad. Space dan time menurut leibniz relatif bergantung pada
persepsi kita. Kedua-duanya (spinoza dan leibniz) memperlihatkan teori yang
kabur serta meragukan. Kedua-duanya memulai dari basis yang sama (dari
substansi), metode yang sama (deduksi), tetapi tiba pada kesimpulan-kesimpulan
yang berbeda.
3.
IDEALISME OBJEKTIF (FICHTE-SCHELLING-HEGEL)
Idealisme adalah
doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh). Istilah ini diambil dari
“idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme mempunyai argumen
epistomo;ogi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan
bahwa materi bergantung pada spirit tidak disebut idealis karena mereka tidak
menggunakan argumen epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Mereka
menggunakan argumen yang mengatakan bahwa objek-objek fisik tidak dapat
dipahami terlepas dari spirit. Reesse (1980:243) meringkaskan berbagai tipe
filsafat idealisme sebagai berikut.
1.Schelling menamakan idealisme ficht adalah idelaisme subjektif karena
bagi fichte dunia adalah suatu tempat memahami subjek.
2. schelling menyebut filsafatnya pada masa pertengahan perkembangan
pemikirannya idealismeobjektif (objective idealism) karena menurutnya
pendapatnya, alam adalah sekadar “intelegensi yangdapat dilihat (visible
intelegence).
3. Hegel dafat menerima adanya penggolongan menjadi idealisme subjektif dan
idealisme objektif.
4. Kant menyebut filsafat idealisme transendental atau idealisme kritis
(critical idealism).
5. Pendapat yang mengatakan bahwa seseorang hanya dapat kontak dengan
idea-idea, atau pada kesempatan tertentu dengan sosok-sosok fisik,
kadang-kadang disebut idealisme epistemologis epistemological idealism).
6. Howison menyebut filsafatnya idealisme personal.
7. fouilee mengembangkan suatu sistem yang melibatkan kekuatan pikir; ia
menamakannya idealismvoluntaristis.
8. ward menyebut posisinya idealisme teistis.
9. idealisme personalistis.
10. Poulsen menyebut filsafat idealisme monistis.
11.Soriey menamakan sistemnya idealisme etis.
12. Husserl membuat uraian tentang idealisme transenden fenomenologis.
4.
FCHTE (1762-1814)
Menurut fichte, dasar realitas adalah kemauan; kemauan
inialah thing-in itself-nya manusia. Filsafat menurut fichte haruslah dideduksi
dari satu prinsip.Menurut fichte, dasar kepribadian adalah kemauan; bukan
kemauan irasional seperti pada schopenhauher, melainkan kemauan yang di kontrol
oleh kesadaran bahwa kebebasan diperoleh hanya dengan melalui kepatuhan kepada
peraturan. Reese (1980:172-3) membuat ringkasan filsafat fichte sebagai
berikut.
1.Fichte amat banyak dipengaruhi oleh kant.
2. Kurang tepat bila kita mengatakan bahwa seseorang memahami karena ia
memikirkan objek.
3. Akan tetapi, karena kesadaran kita adalah penjelmaan persepsi kita, maka
kita tidak begitumemahami kesadaran
“kita” dibandingkan dengan kesadaran kita tentang dunia.
4. Karena keharusan yang dilihatnya mula-mula dalam alam hanyalah keharusan
dalam pikiran, maka ia tidak begitu
memperhatikannya.
5. Kita berbuat demikian agar kita mampu meningkatkan kebijakan kita dalam
mengenali berbagai kesulitan dalam hidup ini.
6. Membiasakan melakukan tugas terhadap satu sama lainnya adalah suatu
tugas kemanusiaan, yang sebaiknya menjadi etika budaya dunia yang akan dapat
menjaga kebebasan dan hak setiap orang.
7. Di belakang tugas dan kesadaran moral itu ada roh (spirit) dan moral,
yang dapat dikenali pada diri tuhan,
tuhan sebagai dunia, logos, bukan sebagai pencipta atau penyebab.
Schelling (1775-1854)
Schelling mula-mula berusaha manggambarkan jalan Yang di
lalui intelek dalam proses mengetahui, semacam epistemologi. Reese (1980:511)
menyatakan bahwa filsafat schelling berkembang melalui lima tahap.
1.Idealisme subjektif.
2. Filsafat alam.
3. Filsafat identitas.
4. Idealisme transendental atau idealisme objektif.
5. Filsafat positif.
Hegel (1770-1831)
Hegel lahir pada tahun 1770 di stuttgart. Ini adalah
tahun-tahunrevolusi prancis yang terkenal itu (1789), juga merupakan
tahun-tahun berbunganya kesusastraan jerman. Pusat filsafat hegel ialah konsep
Geis (roh spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Istilah ini agak
sulit dipahami Roh dalam pandangan hegel adalah suatu yang real, konkret,
kekuatan yang objektif, menjelma dalam berbagai bentuk sebagai world of
spirit (dunia roh) yang menepat kedalam
objek-objek khusus.
Proses dialektika selalu terdiri atas tiga fase. Fase
pertama (tesis) dihadapi antitesis (fase kedua), akhirnya timbul fase ketiga
(sintesis). Dalam sintesis itu, tesis dan antitesis menghilang. Inilah contoh
aplikasi dialetika (diambil dari bertens, 1979:69). Ada tiga bentuk negara: (1)
Diktatur. (2) Tesis. (3) Tesis dan antitesis ini disinteis.
5.
IDEALISME THEIST ( PASCAL-KANT)
Pascal (1623-1662)
Pascal tertarik pada banyak disiplin pengetahuan, di
antaranya matematika, fisika, filsafat dan teologi. Ada dua cara memperoleh
pengetahuan menurut pascal, pertama dengan menggunakan akal dan kedua dengan
menggunakan hati . Kata pascal, bila kita mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk yang memiliki sifat-sifat rendah dengan tidak mengakui ketinggiannya,
sama berbahayanya bila kita mengakui ketinggian manusia tanpa mengakui pula
sifat rendahnya; lebih berbahaya lagi bila kita tidak mengakui dan kerendahan
manusia.
Kata pascal, manusia besar karena pikirannya dan
kesadaran refleksinya.manusia menurut pascal adalah makhluk yang rumit dan kaya
dengan variasi serta mudah berubah karena itu matematika tidak akan mampu
menjadi alat untuk memahami manusia. Berkenaan dengan mencari tuhan, pascal
tidak menggunakan argumen metafisika, karena disamping tidak termasuk bidang
geometri, juga tidak akan memiliki pengaruh apa-apa terhadap keimanan seorang.
Pascal menafikan metafisika dan solusinya ialah “kembalikan persoalan ketuhanan
kepada jiwa”.
Kesimpulan filsafat pascal antara lain .
1.Pengetahuan diperoleh melalui dua jalan, yaitu akal dan hati.
2. Hati memiliki logika tersendiri.
3. Unsur terpenting dalam manusia
ialah kontradiksi.
4. Tuhan juga tidak dapat dipahami
melalui argumen metafisika Tuhan hanya dapat dipahami melalui hati.
Immanuel Kant (1724-1804)
Sejarah filsafat adalah sejarah pertarungan akal dan hati
(iman) dalam berebut dominasi mengendalikan jalan hidup manusia.
The Critique Of Pure Reason (Pembahasan Tentang Akal Murni)
Kata critique sering menimbulkan salah paham. Pure reason
pun menimbulkan perdebatan. Critique tidak persis sama dengan kritik
(criticism) Critique yang di maksud oleh kant disini adalah pembahasan kritis.
Sebenarnya kant tidak menentang adanya akal murni (pure reason). Dalam
pembahasannya ia hanya menunjukkan bahwa akal murni itu terbatas. Yang
dimaksudnya dengan akal murni ialah akal yng bekerja secara logis, katakanlah
akal yang di kepala. Ia dalam pembahasannya meletakkan akal murni itu diatas
akal tidak murni. Akal tidak murni itu ialah indera.
Buku critique sekarang sampai pada pusat persoalan.
Menurut buku ini, pengalaman tidak lain adalah lapangan yang menghasilkan
pengetahuan. Jadi pengalaman tidak menunjukkan hakikat objek yang dialami. Oleh
karena itu, pengalaman tidak dapat menghasilkan kebenaran umum, istilah ini
mengingatkan kita kepada istilah yang di perjuangkan oleh socrates tempo hari.
Ada 2 tahap dalam proses ini sejak diserapnya pengalaman material sampai
terbentuknya pemikiran akhir itu. Tahap pertama adalah proses mengoordinasi
sensasi-sensasi . Tahap kedua ialah mengoordinasi persepsi-persepsi yang sudah
masuk. Tahap pertama itu disebut kant estika transendental, tahap kedua
disebutnya logika transendental. Keabsolutan, a priori-nya dasar sains tetap
terbatas dan relatif. Terbatas pada objek- objek empiris, relatif sesuai dengan
cara manusia mengalaminya. Dunia yang kita kenal adalah hasil kontruksi ; mind
memainkan peranan amat besar dalam kontruksi itu.
Kant tidak pernah menolak eksistensi mater, tidak juga
menolak logika hanya menyatakan bahwa kita tidak pernah mengetahui dengan pasti
idea itu, dunia luar itu, selain dunia luar (idea).
The Critique Of Praktical Reason (pembahasan tentang Akal Praktis)
Kehidupan dalam memerlukan kebenaran. Kebenaran tidak
dapat seluruhnya diperoleh dengan indera dan akal. Indera dan akal itu terdapat
kemampuannya. Ada kebenaran yang diperlukan, dan hanya mungkin diperoleh dengan
hati atau iman. Sekalipun kita tidak dapat membuktikan ( dengan akal teoritis),
kita dapat merasakan bahwa kita akan mati pada suatu ketika. Kita mengetahui
bahwa hidup bukanlah seperti drma yang di dalamnya setiap kejahatan dihukum dan
setiap kebaikan mendapat upah. Akan tetapi, dalam hidup ini kenyataannya banyak
pencuri yang menang. Akal teoritis hanya bekerja pada daerah pengalaman
empiris, daerah indera, daerah fenomena. Akal teoritis tidak melarang kita mempercayai thing-in itself, mempercayai
adanya tuhan. Argumen-argumen akliah tentang adanya tuhan, juga tentang semua
objek gaib, yaitu objek-objek yang metarasional, tidak dapat dipegang. Karena
akal teoritis (logis) tidak dapat dijadikan dasar agama, maka kitab suci harus
diipahami sesuai dengan nilainya bagi moral, tetapi kitab suci tidak dapat
dijadikan penilai moral. Abad ke – 19 agak sulit menerima etika kant mengenai
perasaan moral yang absolut itu. Filsafat evolusi mengatakan bahwa perasaan
wajib itu ditanamkan oleh masyarakat kedalam individu.Isi kesadaran itu ialah
sesuatu yang diperoleh sekalipun tindakan bermasyarakat secara kabur adalah
bawaa n ( imate ).
6.
EMPIRISISME (LOCKE – HUME – SPENCER)
Epirisisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri,
dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisisme diambil dari bahasa yunani
empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman sebagai suatu doktrin,
empirisme adalah jalan rasionalisme. Sanggahan orang-orang rasionalis tanpak
jelas pada karya descartes.
John locke (1632-1704)
Filsafat locke dapat dikatakan antimetafisika. Ia
menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh descartes, tetapi ia menolak
intuisi yang digunakan oleh descartes. Inilah argumennya.
Didalam teori john lucke menggunakan tiga istilah:
sensasi, yang oleh orang empirisis modern sering disebut data inderawi;
idea-idea bukan idea dalam ajaran plato, melainkan berupa persepsi atau
pemikiran atau pengertian yang tiba-tiba tentang suatu objek ; dan sifat (
quality ) seperti merah, bulat, berat. Inilah argumennya.
1.mengenai idea sederhana tentang sensasi.
2. Idea tentang panas dan dingin.
3. Untuk mengenali idea-idea kita itu
lebih baik mengenai sifatnya.
4. Apapun yang dipahami oleh jiwa
dalam dirinya sendiri, atau berupa persepsi tiba-tiba tentang objek.
David Hume (1771-1776)
Hume mengajukan tiga argumen untuk menganalisis sesuatu.
Pertama, ada idea tentang sebab akibat ;kedua kita mempercayai kausalitas dan
penerapannya secara universal; dunia luar dari memang ada, yaitu dunia bebas
dari pengalaman kita. Didalam argumen
ini hume mulai menjellaskan bahwa pendapat tentng sebab akibat tidak merupakan
suatu hubungan antatidea karena hal itu tidak mempunyai bukti.
Herbert Spencer (1820-1903)
Filsafat herbert spencer berpusat pada teori evolusi.
Evolusi itu terjadi juga dalam kejiwaan. Itu dilihat pada adanya perkembangan
modus- modus respons. Itu dimulai dari respons yang komfleks, dari refleks
menuju naluri, melalui ingatan dan imajinasi menuju pemikiran dan jalan logika.
7.
PRAGMATISME: WILLIAM JAMES (1842-1910)
Kata pragmatisme diambil dari kata pragma (bahasa yunani)
yang berarti tindakan,perbuatan. William james mengatakan bahwa secara ringkas
pragmatisme adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui. Sifat psikologis
pragmatisme james dapat dilihat dalam dua cara yang kedua-duanya berbeda dan
peirce.Pertama, harus dilihat pendekatan james dalam mempelajari psikologi yang
mempengaruhi filsafat. William james adalah empirisis yang radikal atau
empirisis yang pragmatis.
Meliorisme dan Teori Kebenaran
Meliorisme adalah fungsi menengah antara filsafat tender
minded dan tough minded. James melihat toug minded merupakan sikap harian
herbert spencer, filosof inggris, yang mengusahakan agar sikap ini tersebar di
Amerika. James mangajak kita memandang skiptisisme sebagai metode yang baik,
tetapi bukan sebagai doktrin. Pragmatisme juga meragukan apa-apa yang diperoleh
secara meragukan dan tidak mau menerima sesuatu yang murni dogmatis.
Pragmatisme sebagai meliorisme bermakna bahwa pertentangan atau ekstremitas
harus dilihat pada segi akibat-akibat praktisnya. Menurut james, materialisme
tidak memberikan harapan kepada manusia; spritualisme memberikan. Ini tidak
berarti bahwa spritualisme atau keyakinan pragmatismenya itu dapat memberikan
pembuktiaan nyata. Pragmatisme tidak menerima kebenaran yang kurang dinamis.
Kebenaran harus di anggap dinamis dan humanis dalam arti mempunyai fungsi dalam
kehidupan.
Pragmatisme juga mengajarkan bahwa kebenaran tidaklah
sekadar berfungsi atau berguna, tetapi juga
harus mempunyai kegunaan kongkret. Oleh karena itu, kebenaran adalah
“suatu kumpulan untuk proses verivikasi, seperti kesehatan, kekayaan, kekuatan
dan sebagainya adalah suatu nama proses yang berhubungan dengankehidupan kita,
dan diperlukan untuk kehidupan kita.” Yang pertama ynag harus dipahami dalam
filsafat moral james ialah bahwa kemauan itu lebih sekedar karakter
intelektual. Sekalipun kita harus mempunyai panadangan moral tetentu, hal itu
tidak dapat diperoleh hanya menggunakan akal murni atau semata-mata dengan
analisisteoritis.
Mengenai determinisme dan indeterminisme, menurut james,
sains tidak daapat embuktikan hakikat keduanya. Sain tidak dapat menentukan
apakah seseorang bebas ataukah terikat dalam memilih tindakannya. Pragmatisme
menunjukkan jalan tengah. Pragmatisme menyakini perlunya indeterminisme karena
paham ini berguna bagi kemajuan. James adalah filosof pertama menerapkan metode
dan hasil penelitian psikologi untuk mengetahui watak-watak keagamaan pada
manusia. Karyanya yang berjudul the varieties of religious experience merupakan
karya penting dan unik. Karya ini termasuk klasik dalam filsafat dan psikologi.
Filsafat james ini bersifat radikal dan plural, tempatnya empirisis radikal
pluralis. James mempersembahkan karyanya yang terkena, pragmatism, sebagai
kenang-kenangan kepada tokoh empirisisme john stuart mill, james tidak hanya
menghormati dasar filsafat yang empiris atau dasar filsafat yang berupa
pengalaman yang ada pada mill,tetapi juga dasar keterbukaan berpikir untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang juga pada mill. Pemikiran filsafat james
memerlukan metafisika yang berguna bagi pengalaman. Metafisika yang diperlukan
itu ialah metafisika yang mendasarkan diri pada teori-teori pengetahuan, yaitu
metafisika yang mau mengganti pandangannya yang statis tentang perubahan
didunia ini. Empirisisme radikal adalah suatu pandangan filsafat. James
memberikan formulasi tentang teori empirisisme radikalnya. Katanya, empirisisme
radikal berisi postulat, pernyataan tentang fakta dan kongklusi umum.
Konsep-konsep dalam empirisisme radikal selalu tegas
pengertiannya, langsung menunjuk kepada sesuatu, bukanyang lain.
8.
EKSISTENSIALISME (KIERKEGAARD-SARTRE)
Kata dasar eksistensi adalah exist yang berasal dari kata
latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, exsistensi
adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Pikiran semacam ini dalam
bahasa jerman disebut dasein. Da berarti di sana, sein berarti berada. Filsafat eksistensi tidak
sama persis dengan filsafat eksistensialisme (Hassan, 1974:7). Yang dimaksud
dengan filsafat eksistensi adalah benar-benar sebagaimana arti katanya, yaitu
filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral. Ini adalah
satu ragam filsafat. Tokoh-tokoh yang dapat digolongkan ke dalam filsafat
eksistensi telah banyak terdapat sebelumnya lahirnya filsafat eksistensialisme.
Adapun yang di maksud dengan filsafat eksisensialisme, rumusannya lebih sulit
dari pada eksistensi.
Lahirnya eksistensialisme
Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti
penentuan. Dengan demikian, filsafat adalah perjalanan dari satu krisis
kekrisis yang lain.Yang dimaksud dengan eksistensi ialah cara orang berada di
dunia. Kata berada pada manusia tidak sama dengan beradanya pohon atau batu.
Untuk menjelaskan arti kata berada bagi manusia, aliran eksistensialisme mula-mula menghantam materialisme.
Eksistensisialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah
sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi, cara beradanya
tidak sama, manusia berada di dalam dunisa; ia mengalami beradanya didunia itu.
Eksistensialisme juga lahir sebagai reaksi terhadap idealisme. Materialisme dan
idealisme adalah dua pandangan filsafat tentang hakikat yang ekstrem.
Kedua-duanya berisi benih-benih kebenaran, tetapi keduaduanya juga salah.
Eksistesialisme ingin mencari jalan keluar dari kedua ekstremitas.
9.
SOREN KIERKEGAARD (1813-1855)
Suatu reaksi terhadap idealisme yang sama sekali berbeda
dari reaksi materialisme ialah yang berasal dari pemikir Denmark yang bernama
soren kierkegaar. Menurut Kierkegaar, filsafat tidak merupakan suatu sistem,
tetapi suatu pengekspresian eksistensi individual. Karena ia menentang filsafat
yang bercorak sistematis, dapat dimengerti mengapa ia menulis karyanya dengan
menggunakan nama samaran. Dengan cara demikian, ia mencoba menghindari anggapan
bahwa bukunya merupakan gambaran tentang Fase-fase perkembangan pemikirannya.
Jean Paul sartre (1905-1980)
Tokoh paling penting dalam filsafat eksistensialisme,
yaitu Jean Paul Sartre. Dialah yang menyebabkan eksistensialisme menjadi
tersebar, bahkan menjadi semacam mode, sekalian pendiri eksistensialisme bukan
dia, melainkan soren Aabye Kierkegaard (1813-1855). Filsafat eksistensialisme
membicarakan cara berada di dunia ini, terutama cara berada manusia. Dengan
kata lain, filsafat ini menempatkan cara wujud-wujud manusia sebagai tema
sentral pembahasannya. Cara itu khusus ada pada manusia karena hanya manusialah
yang bereksistensi. Menurut ajaran eksistensialisme, eksistensi manusia
mendahului esensinya. Hal ini berbeda dari tetumbuhan, hewan, dan bebatuan yang
esensinya mendahului eksistensinya, seandainya mereka mempunyai eksistensi.
Sartre adalah filosof ateis. Itu dinyatakannya secara terang-terangan.
Konsekuensi padangan aties itu ialah tuhan tidak ada, atau sekurang-kurangnya
manusia bukanlah ciptaan tuhan. Oleh karena itu, konsepnya tentang manusia
ialah manusia bukan ciptaan tuhan. Sartre memulai filsafatnya dengan
menjelaskan hakikat eksistensi manusia: eksistensi manusia mendahului
esensinya. Mulainya manusia bereksistensi ialah sejak ia mengenal dirinya dan
dunia yang dihadapinya. Itu berarti bahwa iy telah berkesadaran. Dari kesadaran
itu munculnya tanggung jawab, maka manusia harus memilih, menentukan,
memutuskan. Karena kesadaran itu manusia harus berbuat, berarti ia selalu
berubah, selalu mengalih, karena yang ada tidak dimaui dan dimaui ialah yang
belum ada. Tentu saja manusia selalu
mendbrak, berpindah meluncur terus. Kehidupan bersama diperlukan, ada bersama
itu merupakan neraka bagi manusia. Memang sartre penuh kalau bukan seluruhnya
oleh delima. Sebenarnya kekacauan filsafat sartre disebabkan oleh pandangannya
yang ateis. Bahwa filsafat sartre bentrokan dengan realitas, kita akui bahwa
buah pikiran sartre memuat pandangan-pandangan yang bagus akan tetapi
dasar-dasarnya tidak tahan uji.
10.
AKAL DAN HATI DI JALUR TIMUR
Di jalur timur, yaitu di dunia islam, keadaannya hampir
sama dengan keadaan di barat. Hampir sama bearti tidak sama. Ketidaksamaan itu
sekurang-kurangnya terdapat dalam dua hal: pertama waktunya, kedua sifat
dominasinya. Tatkala akal sedang kalah total dibarat, akal sedang dihargai sama
dengan hati di timur. Ini mengenai waktu. Mengenai sifat dominasi, akal di
timur dihargai, tetapi tidak sampai mendominasi jalan hidup sehinggah
menyebabkan orang islam meninggalkan agama, lalu mengambil materialisme dan
ateisme. Sedangkan di barat dominasi akal terlalu besar sehinggah orang ada
yang mengambil materialisme dan ateisme sementara hati, tatkalah mendominasi
menentang akal secara total. Banyak perbedaan antara pemikiran rasional
(filsafat) dan rasa (tashawwuf), di antaranya ada yang bersifat prinsip. Akan
tetapi, perbedaan itu tidak menyebabkan ada orang islam yang didominasi oleh
akal secara total sebagaimana halnya tidak ada juga orang islam yang didominasi
oleh hati (rasa) seratus persen. Buktinya tidak ada filosof maupun sufi islam
yang meninggalkan iman, apa lagi sampai mengambil paham materialisme atau
ateisme.
Di timur filosof dan sufi sama-sama beriman, di barat
filosot ada yang benar-benar mengambil paham materialisme atau ateisme. Di
dalam islam perbedaan antara filosof dan sufi hanyalah perbedaan visi dalam
menafsirkan kitab suci; orang-orang filsafat umumnya menggunakan takwil ke arah
rasio sementara orang-orang tashawwuf juga menggunakan takwil, tetapi kearah
rasa. Filosof menafsirkan kitab suci terlalu didominasi oleh akal rasional;
metode dan ukurannya ialah logika, dari cara ini muncul pendapat mereka yang
sepintas seperti berlawanan dengan teks kitab suci nasution (1989:44-45),
mengutif Al- Gajali, menerangkan bahwa ada sepuluh pendapat filosof yang
dianggap menyimpang dari islam. Menurut al gajali, yaitu:(1) Tuhan tidak
mempunyai sifat,(2) Tuhan mempunyai substansi sederhana dan tidak mempunyai
hakikat (mahiya), (3) Tuhan tidak mengetahui partikular (Juz’iyyat), (4) Tuhan
tidak dapat diberi sifat genus dan diferentia, (5) Planet adalah bintang yang
bergerak dengan kemauan, (6) jiwa planet mengetahui juz’iyyat, (7) hukum alam
tidak dapat berubah, (8) pembangkitan jasmani tdak ada, (9) alam ini qadim, dan
(10) alam ini kekal. Tiga di antara kesepuluh terdapat itu, menurut Al- gajali,
membawa kepada kekufuran, yaitu (1) alam qadim (tidak mempunyai permulaan), (2)
Tuhan tidak mengetahui partikular, dan (3) pembangkitan asmani tidak ada.
Pemikiran rasional itu mungkin saja dapat menimbulkan
akibat negatif bagi islam dan umat slam, tetapi mungkin juga Al-Gajali yang
benar bahwa pendapat itu dapat membawa kepada kekufuran.
Akan tetapi, pemikiran rasional itu ternyata telah
menunjang perkembangan budaya dalam islam. Uraian selintas itu memperlihatkan
bahwa penghargaan AL- Quran kepada akal telah menimbulkan kemajuan yang amat
penting. Itu adalah akibat yang positif. Akibat negatif ada juga antara lain, Al –quran cenderung
dirasionalkan, padahal banyak ayat Al-quran yang tidak dapat di tafsirkan
secara rasional. Akibat yang lain ialah rasa beragama yang dangkal, beragama
terasa kering. Karena rasa beragama itu kering, maka kesungguhan beragama akan
kurang; dengan kata lain, agamanya kurang kuat. Akibatnya pelanggaran hukum
Tuhan mudah di lakuan. Agama tidak begitu kuat pengaruhnya pada pengendalian
diri. Pengertian tentang iman, tentang kehadiran Tuhan, tentang buruk- baik
memang tinggi tetapi pengertian itu tempatnya di kepala. Kelemahan inilah yang
hendak ditutupi oleh jalur sufi, yang ternyata juga terlalu mementingkan rasa
dan kurang memperhatikan akal, yang pada akhirnya menimbulkan akibat-akibat
yang negatif. Berkembangan pemikiran rasional (filsafat) dalam islam memperoleh
dorongan dari dua sumber: dari Al-quran. Al-quran adalah kitab suci yang di
terimah kebenarannya sehinggah ia amat berwibawa. Sumber dari luar Al-quran
adalah yunani dan india, dua daerah yang telah mempunyai tradisi rasional yang
tinggi.
Filsafat yunani (dan sains yunani) banyak mempengaruhi
perkembangan filsafat dan sains dalam islam. Filsafat dan sains yunani mulai
berkembang sejak kurang lebih tahun 600 sm. Pada masa aristoteles (384-322),
jadi hanya kira-kira 300 tahun sejak thales, filsafat dan sains yunani sudah
berkembang pesat, baik obyek bahasan maupun kedalamannya. Ekspansi Alexander
yang agung ketimur mempuyai corak yang sama dengan ekspansi napoleon kemesir
kira-kira 2000 tahun kemudian. Kedua-duanya tidak hanya membawa tentara, tetapi
juga ahli-ahli pengetahuan. Alexander datang ke timur tidak hanya untuk
memperluas kekuasaan, tetapi juga untuk mempersatukan yunani dan parsi dalam
satu negara besar. Alexander meninggal pada tahun 323 sm, dan kerajaan besar
yang didirikannya itu pecah menjadi tiga, yaitu kerajaan maedonia di eropa,
kerajaan ptolemeus di mesir, dan kerajaan seleusia di persia. Niat dan usaha
alexander untuk mempersatukan yunani dan persia dijalankan terus, dan timbullah
pusat-pusat kebudayaan yunani di timur. Masuknya filsafat dan sains yunani ke
dalam islam lebih banyak terjadi melalui irak dibandingkan dengan melalui
daerah-daerah lain. Di dalam perkembangan filsafat dan sains itu pengaruh yang
terbesar memang berasal dari yunani. Pengaruh dari asli parsi dan india sedikit
saja. Dalam pengembangan sains dan filsafat itu, jasa orang islam
sekurang-kurangnya ada tiga: (1) menerjemahkan, (2) membuat komentar sehinggah
karya yunani itu lebih mudah di pahami, dan (3) menambahkan beberapa hal baru,
termasuk koreksi-koreksi. Al-quran menghargai akal. Dari dorongan ini
berkembanglah filsafat dan sains islami yang kelak diteruskan kebarat. Selain
itu, al-quran juga menghargai rasa atau hati.
Tashawwuf dalam islam muncul karena banyak sebab, antara
lain pengaruh kristen, pengaruh filsafat yunani, juga pengaruh filsafat abad
pertengahan. Filsafat yunani, seperti teori zuhudnya pythagoras, juga sangat
mungkin berpengaruh pada orang islam karena orang islam telah mengetahui ajaran
itu. Faktor sejarah juga telah mendorong munculnya tashawwuf dalam islam.
Orang-orang yang mengasingkan diri dan hidup sederhana inilah yang di sebut
zuhud. Aliran hidup zuhud ini mulai nyata kelihatan di kufahlah yang mula-mula
basharah di irak. Dalam memperhatikan kemewahan hidup dan maksiat-maksiat yang
dilakukan oleh khalifah-khalifah dan pembesar-pembesar, orang-orang zuhud itu
teringat pada ancaman-ancaman yang tersebut di dalam al-quran terhadap
orang-orang yang tidak patuh kepada tuhan, tak peduli pada larangan, dan tidak
menjalankan perintah tuhan. Al- gajali agaknya adalah tokoh pertama yang secara
nyata mencoba menggabungkan kedua-duanya dengan cara mengharmoniskan
dominasinya dalam hidup manusia muslim. Ia berusaha mengimbangkan kedua-duanya.
Usaha Al-gajazali itu membuktikan bahwa dominasi akal yang seimbang dengan
dominasi hati akan merugikan islam dan umat islam, demikian juga dominasi hati
yang tidak seimbang dengan dominasi akal. Keseimbangan dominasi ini,
keseimbangan akal dan hati, keseimbangan pikir dan zikir, dapat dilakukan dalam
islam. Penyimbangan seperti itu tampaknya tidak dapat dilakukan di dunia barat
kristen. Bukti yang jelas ialah perlunya sekularisme di barat. Ini membuktikan
tak mungkinnya keseimbangan dominasi itu di lakukan.
11.
KESEIMBANGAN INDERA –AKAL-HATI
Orang yunani sebenarnya belum benar-benar terlepas
terlepas dari mitos yang dianut mereka tatkala mereka mulai berfilsafat.
Filsafat thales, menurut para ahli masih banyak di pengaruhi oleh mitos. Karena
ukuran pada instansi tertinggi adalah akal, dan
akal ternyata bermacam-macam temuannya, maka dapat di tebak akibat yang
muncul, yaitu kekacauan nilai. Kemantapan hidup hanya di tentukan oleh dua hal:
kaidah sains dan filsafat di satu pihak dan akidah agama dipihak lain.
Kedua-duanya telah diragukan pada masa sofisme itu. Suasana pemikiran yang
dihadapi oleh kant esensinya sama dengan suasana pemikiran yang dihadapi oleh
socrates kurrang lebih 2000 tahun sebelum kant, yaitu suasana pemikiran yang
merelatifkan sains dan agama, secara keseluruhan. Meskipun esensinya sama
dengan yang dihadapi oleh socrates,
argumen-argumen yang dihadapi oleh kant jauh lebih rumit di bandingkan
dengan argumen-argumen yang di hadapi oleh socrates. Sama dengan socrates,
tugas kant adalah menyelamatkan sains dan agama dari gangguan skeptisisme.
Karena sains itu relatif maka tidak akan ada kebenaran yang dapat di pegang
(dipercaya) bersama. Relatifnya kebenaran berarti benar bagi saya, dapat salah
bagi orang lain; benar sekarang dapat salah besok lusa. Sejarah telah
memperlihatkan sekurang-kurangnya dua hal dalam hubungan ini: (1) logika dapat
benterokan dengan logika, (2) loguika bebas menghasilkan kehidupan tanpa
pegangan yang pasti.
Untuk membuktikan kerelatifannya filsafat, cukup dilihat
andalan kebenaran filsafat. Andalan kebenaran filsafat ialah kelogisan
argumennya. Dalam hal ini argument logika emang
lurus di lihat dari segi formatnya, tetapi dalam operasinya argument-argumen
itu dapat menempuh banyak jalan. Jalan (alur) argument logis itu dapat saja
sama benarnya (sama logisnya), dan karena itu derajat kebenaran kongklusinya
akan sama. Akan tetapi, isi kongklusi itu dapat saja berbeda bahkan berlawanan.
Persoalan menjadi rumit, seperti terjadi pada zaman sofis dan pada zaman kant, menjadi
rumit karena ukuran filsafat dikenakan untuk menguji kebenaran sains. Tentu
saja akan menghasilkan bahwa sains itu relative kebenarannya karena ukuran yang
digunakan bersifat relatif. Sama aja dengan mengukur berat gunung, tetapi
menggunakan timbangan emas; bkan gunung tidak dapat di ukur beratnya, melainkan
timbangan tidak sesuai.Sebenarnya sains mempunyai sifat yang relatif, sekarang
diukur dengan alat ukur yang relatif, tentu saja kesimpulannya sains itu
relatif. Persoalan akan menjadi lain bila sains itu di jadikan andalan
tertinggi dalam kehiduan, kehidupan dan nasib di gantungkan padanya. Sains di
ciptakan untuk di jadikan alat dalam kehidupan, bukan untuk gantungan, andalan
kehidupan.Pandangan hidup harus kuat.Baik sains maupun filsafat tidak cukup
kuat untuk dijadikan pegangan hidup.
Yang
dapat dijadikan pegangan hidup, gantungan nasip, haruslah kebenaran-kebenaran
yang sungguh-sungguh a priori.Suara hati merupakan antenna ketiga manusia.
Manusia memiliki tiga antenna:indera, akal, dan hati atau rasa. Di dalam islam,
misalnya, ada satu contoh yang baik
untuk memperlihatkan salah satu persoalan yang hanya dapat dipahami oleh suara
hati, yaitu mengenai takdir atau nasib manusia. Sain berguna,filsafat berguna,
iman berguna pada posisi atau daerah masing-masing. Sains filsafat, iman (hati)
masing-masing mempunyai kebenaran, sesuai dengan ukuran masing-masing.Berikut
ini adalah uraian yang relatif sistematis mengenai argumen yang di ajukan di
atas. Menurut Al-syaibani (1979:130),
manusia mempunyai tiga kekuatan atau potensi yang sama pentingnya, laksana
sebuah segitiga yang sisi-sisinya sama panjang. Potensi yang di maksud ialah
jasmani, akal, dan roh.
Islam
tidak dapat menerimah materialisme yang mengajarkan benda terpisah dari roh,
atau sebaliknya spirituralisme yang mengajarkan roh sama sekali terpisah dari
benda. Potensi manusia itu dapat telusuri , misalnya dengan memperhatikan cara
manusia mereaksi lingkungannya. Potensi-potensi itu dapat di pahami lebih jelas
bila kita memperhatikan cara manusia memperoleh pengetahuan. Secara umum
manusia memperoleh pengetahuan melalui tiga jalan, masing-masing pada dasarnya
, pertama, potensi jasmani yng berupa indera. Kedua, potensi akal.Dan ketiga
potensi hati.Objek-objek inderawi diketahui dengan menggunakan potensi jasmani
(indera). Hasilnya empiris , dapat di ukur. Objek-objek yang diketahui dengan
menggunakan akal logis diketahui dengan menggunakan akal.
Berdasarkan
uraian itu jelaslah bahwa hati dapat juga di gunakan sebagai alat untuk
memperoleh pengetahuan. Kant menggunakannya khusus untuk memperoleh pengetahuan
tingkat tinggi yaitu pengetahuan tentang objek-objek suprarasional (gaib),
pengetahuan tentang daerah yang bila akal masuk kesana, ia akan hilang didalam
paralogisme. Akan tetapi, hati tidak akan bekerja dengan baik bila kekuatan
setaniah yang mendominasinya. Hati akan dapat di gunakan untuk mengetahui
objek-objek gaib itu bila ia di dominasi oleh sifat ilahiyah. Untuk mencapai
keadaan seperti itu, hati harus dilatih.Latihan itu dalam garis besarnya
terbagi atas dua macam. Pertama, membersihkannya dari sifat-sifat jahat
(setaniah) dengan cara bertobat dari segala dosa. Kedua, latihan berbuat baik
secara lahiriah dan latihan berupa perenungan mendalam (kontemplasi) yang
didalam islam disebut zikir. Sebenarnya didalam hidup ini indera, akal, dan
hati harus diperhatikan sekurang-kurangnya sama besar kalau tidak dapat
dikatakan hati lebih dipentinngkan untuk di perhatikan. Bila ingin sempurna,
manusia harus didominasi secara seimbang oleh indera, akal, dan hati.Potensi
itu masing-masing harus mendapat latihan secara serentak dan seimbang.Bila
salah satu telah mendominasi lebih dari yang lain, maka kehidupan mulai
terancam; sejarah telah memperlihatkan itu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
zaman modern filsafat ini berbagai aliran besar muncul. Pada dasarnya corak
keseluruhan filsafat modern itu mengambil warna pemikiran filsafat sofisme
yunani, sedikit pengecualian pada kant. Paham-paham yang muncul pada garis
besarnya adalah rasionalisme, idealism, empirisisme, dan paham-paham yang
merupakan pecahan dari aliran itu. Akal yang telah di kekang sekarang menjadi
berpesta pora merayakan kebebasannya.
Biasanya penulis filsafat tidak menggunakan istilah sofisme untuk menunjuk
suasana pemikiran filsafat modern.Di sini istilah sofisme modern di gunakan
karena dua alas an. Pertama, karena sesungguhnya tidak ada perbedaan yang
esensial antara sofisme dan skiptisisme. Kedua, agar lebih mudah mengikuti alur
system yang di kemukakan terutama sejak thales hinggah capra.
Banyak
perbedaan antara pemikiran rasional (filsafat) dan rasa (tashawwuf), di
antaranya ada yang bersiat prinsip. Akan tetapi perbedaan itu tidak menyebabkan
orang islam yang di dominasi oleh akal secara total sebagaimana halnya tidak
ada juga orang islam yang didominasi oleh hati.Dalam pengembangan sains dan
filsafat itu jasa orang islam sekurang-kurangnya ada tiga;
1.
Menerjemahkan.
2.
Membuat
komentar sehinggah karya yunani itu lebih mudah di pahami.
3.
Menambahkan
beberapa hal baru, termasuk koreksi-koreksi.
Dengan menggunakan potensi ini
manusia dapat memperoleh pengetahuan mistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar