BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Filsafat/filosofi berasal dari kata
Yunani yaitu philos (suka) dan sophia
(kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang berarti
: mencintai kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum menampakkan arti filsafat
sendiri karena “mencintai” masih dapat dilakukan secara pasif. Pada hal dalam
pengertian filosoftein terkandung
sifat yang aktif.[1]
Filsafat adalah pandangan tentang
dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu atau
metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun
filsafat bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan yang membuta. Filsafat
mempersoalkan soal-soal: etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik,
epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia, dll.
Menetapkan suatu definisi nampaknya
sulit untuk dilakukan. kenapa? Persoalannya bukan terletak pada soal bagaimana
untuk mengemukakan definisi itu, melainkan soal mengerti atau tidaknya orang
menerima definisi tersebut. Ini adalah persoalan yang tidak bias dianggap
sepele. Demikian juga filsafat, sulit sekali untuk memberikan suatu batasanyang
benar(pasti) tentang katqa filsafat. Buktinya para filsuf selalu berbeda-beda
dalam medefinisikan filsafat.
Layaknya seperti ilmu pengetahuan,
filsafat juga mempunyai metode yang digunakan untuk memecahkan
problema-problema filsafat. Selain itu filsafat juga mempunyai obyek dan
sistematika/struktur. Tidak kalah pentingnya dengan cabang ilmu pengetahua,
filsafat juga mempunyai manfaat dalam mempelajarinya.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian, objek materi dan objek
formal filsafat?
2.
Bagaimana ciri-ciri pemikiran dan cabang-cabang
filsafat?
3.
Bagaimana metode-metode, kedudukan ilmu,
filsafat, dan agama?
C. Tujuan
1. Dapat memahami pengertian, objek materi dan objek formal filsafat.
2. Dapat memahamiciri-ciri pemikiran dan cabang-cabang filsafat.
3. Dapat memahami metode-metode, kedudukan ilmu, filsafat, dan agama.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat
Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, kata majemuk yang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan
kata Sophia yang artinya bijaksana.
Dengan demikian secara etimologis, filsafat memberikan pengertian cinta
kebijaksanaan.
Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang
bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian. Berikut ini
dikemukakan beberapa definisi tersebut :
1. Plato (477 SM-347 SM). Ia seorang
filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada Socrates. Ia
mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang
berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
2. Aristoteles (381SM-322SM),
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung
di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika.
3.
Marcus Tulius Cicero (106SM-43SM),
seorang politikus dan ahli pidato Romawi merumuskan filsafat sebagai
pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Al-Farabi (wafat 950M), seorang
filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam
maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.[2]
Jadi, filsafat ialah daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami
secara radikal dan integral serta sistematik mengenai ketuhanan, alam semesta
dan manusia.
B.
Objek Materi Filsafat dan
Objek Formal Filsafat
1.
Objek
Materi Filsafat
Adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada
yang meliputi segala sesuatu yang konkrit seperti manusia,benda,binatang,dan
lain-lain maupun yang bersifat abstrak. Tentang objek materi ini banyak yang
sama dengan objek materi sains, bedanya ialah dalam dua hal pertama: sains
menyelidiki hal yang empiris, filsafat menyelidiki objek itu juga tetapi bukan
bagian yang empiris melainkan bagian yabg abstrak. Kedua:ada objek materi filsafat
yang tidak diteliti oleh sains seperti Tuhan,hari akhir, yaitu objek materi
yang untuk selama-lamanya tida empiris jadi objek materi filsafat lebih luas
dari objek materi sains.[3]
2. Objek Formal Filsafat
Cara memandang seorang peneliti terhadap objek materi
tertentu. Suatu objek materi tertentu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut
pandang yang berbeda, yang mana objek formal filsafat ialah penyelidikan yang
mendalam artinya ingin taunya filsafat ingin tau bagian dalamnya. Kata mendalam
artinya ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Penyelidikan sains tidak
mendalam karea ia hanya ingin tau sampai batas objek itu dapat diteliti secara
empiris.sedangkan objek penelitian filsafat adalah pada daerah tidak dapat
diriset tetapi dapat dipilarkan secara logis jadi sains menyelidiki dengan
riset sedangkan filsafat menyelidiki dengan pemikiran.[4]
C.
Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat
Semua manusia hidup yang normal senantiasa ditandai
dengan kegiatan yang khas yaitu berfikir.kegiatan berfikir inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk lain,namun tiidak semua kegiatan berfikir
disebut dengan kegiatan berfilsafat. demikian juga kegiatan secara kefilsafatan
bukan hanya merenung atau kontenplasi belakang yang tdak ada sangkut mautnya
dengan realitas,namun berfikir secara kefilsafatan senantiasa berkaitan dengan
masalah manusia dan bersifat aktual dan hakiki.[5]
Maka
suatu kegiatan berfikir secara kefilsafatan pada hakikinya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1.
Berfikir
kritis
Suatu kegiatan berfikir secara kefilsafatan senantiasa bersifat
kritis yaitu senantiasa mempertannyakaan segala sesuatu,problem-problem, atau
hal-hal yang lain.sifat kritis ini juga mengawali perkembanggan ilmu
pengetahuan modern.
2.
Bersifat
konseptual
Berfikir secara konseptual. Yaitu mengenai hasil
generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Berfikir secara
kefilsafatan tidak bersangkutan dengan pemikiran terhadap perbuatan-perbuatan bebas
yang dilakukan oleh orang-orang tertentu sebagaimana yang biasa dipelajari oleh
seorang psikolog, melainkan bersangkutan dengan pemikiran.
3.
Kohereh
(runtun)
Berfikir secara koheren dan konsisten. Artinya,
berfikir sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir dan tidak mengandung kontradiksi
atau dapat pula diartikan dengan berfikir secara runtut.
4.
Bersifat
menyeluruh (komprehensif)
Berfikir secara komprehensif (menyeluruh). Berfikir
secara filsafat berusaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan
5.
Bersifat
universal
Berfikir secara universal atau umum. Berfikir secara
umum adalah berfikir tentang hal-hal serta suatu proses yang bersifat umum.
Jalan yang dituju oleh seorang filsuf adalah keumuman yang diperoleh dari
hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan.
Berfikir secara universal atau umum. Berfikir secara
umum adalah berfikir tentang hal-hal serta suatu proses yang bersifat umum.
Jalan yang dituju oleh seorang filsuf adalah keumuman yang diperoleh dari
hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan.
7.
Bersifat sistematis
Sistematik artinya pendapat yang merupakan uraian
kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya
maksud atau tujuan tertentu.
8.
Bertanggungjawab
Bertanggungjawab artinya seseorang yang berfilsafat
adalah orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil
pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.[6]
D.
Cabang-Cabang Filsafat
Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik
kita harus mempelajari cabang-cabang filsafat :
1.
Metafisika
Metafisika berasal dari bahasa yunani meta ta phisika yang berarti hal-hal
yang berada sesuda fisika istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai ilmu
tentangsegala sesuatu secara mendalam atau sifat yang terdalam dari suatu
kenyataan .dibandingkan dengan ilmu fisika yaitu yang mempelajari gejala-gejala
fisik ilmu biologi yang mempelajari fisis dan makhluk hidup. Maka metafisika
mempelajari dan membahas tentang keberadaan segala sesuat benda fisis dari segi
hakikatnya yang terdalam yang memuat
suatu bagian dari prsoalan dari filsafat yang:
a. Membicarakan
tentang prnsip-prinsip yang paling universal
b. Membicarakan
sesuatu yang bersifat keluarbiasaan
c. Membicarakan
persoalan-persoalan seperti: hubungan akal dengan benda,hakikat
perubahan,pengertian tentang kemerdekaan,wujud tuhan,kehidupan setelah mati dan
lain-lain.[7]
2.
Epistemologi
Epistermologi berasal dari bahasa yunani epistermo (pengetahuan) secara umum
epistermologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang
sumber-sumber,karakteristik dan kebenaran pengetahuan temtang 3 persoalan pokok
dalam epistermologi yaitu:
a. Problem asal pengetahuan (orgin)
Apakah
sumber-sumber pengetahuan?dari manakah pengetahuan yang benar itu datang?
b. Problem
penampilan (appearance)
Apakah yang menjadi
karakteristik dari pengetahuan ? apakah dunia yag riil di luar akal dan kalau
ada dapatkah kita mengetahuinya?
c. Problem
mencoba kebenaran (virification)
Apakah pengetahuan itu benar?
bagaimana kita membedakan antara kebenaran dan kekeliruan?[8]
3.
Logika
Adalah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari
segenap asa,aturan dan tata cara penalaran yang benar.pada mulanya logika
sebagai pengetahuan rasional.logika pada hakikatnya mempelajari teknik-teknik
untuk memperoleh kesimpulan dari suatu bahan-bahan tertentu.oleh Aristoteles
logika disebutnya sebagai analitik yang kemudian dikembangkan oleh para ahli
abad tengah yang disebut logika tradisional.mulai abad ke-19 George Boole
logika tradisional dikembangkan menjadi logika moderen, sehingga dewasa ini logika menjadi
bidang pengetahuan yang amat luas yang tidak lagi-lagi semata bersifat falsafati
tetapi bercorak teknis dan ilmiah.[9]
4.
Etika
Etika/prilaku filsafat sebagai suatu cabang filsafat
yang membicarakan tindakan manusia dengan penekan baik dan buruk.terdapat dua
permasalahan, yaitu yang menyangkut tindakan dan baik-buruk.apabila
permasalahan jatuhh pada tindakan maka etika disebut sebagai “filsafat praktis”
sedangkan jatuh pada baik-buruk maka etika disebut “filsafat normatif”.[10]
Dalam pemahaman etika sebagai pengetahuan mengenai
baik-buruk dalam tindkan mempunyai persoalan yang luas.sejalan dengan ini etika
berbeda dengan agama yang didalamnya juga memuat dan memberikan norma
baik-buruk dalam tindakan manusia.karena etika mengandalkan pada rasio semata
yang lepas dari sumber wahyu agama yang dijadikan sumber norma ilahi dan etika lebih
cenderung bersifat analitis dari pada praktis.sehingga etika adalah ilmu yang
berkerja secara rasional.
5.
Metodologi
Metodologi adalah cabang filsafat yang membahas
tentang metode terutama dalam kaitannya dengan metode ilmiah. Hal ini
sangat penting dalam ilmu pengetahuan
terutama dalam proses pengembangannya.misalmnya metode ilmiah dalam ilmu
sejarah,dalam ilmu sosiologi,dalam ilmu ekonomi dan lain sebagainya.
6.
Estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang membahas tentang
keindahan estetika.kata estetika berasal dari bahasa yunani aesthetikaos yang artinya bertalian
dengan pencerapan (pengginderaan) .[11]
E.
Metode-Metode Filsafat
Metode yang digunakan memecahkan problem-problem
filsafat, berbeda dengan metode yang digunakan untuk mempelajari filsafat. Ada
tiga macam metode untuk mempelajari filsafat, diantaranya:
1.
Metode Sistematis
Metode ini bertujuan agar perhatian
pelajar/ mahasiswa terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh atau pada
metode.
Misalnya, mula-mula pelajar atau mahasiswa menghadapi
teori pengetahuan yang berdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah
itu mempelajari teori hakikat, teori nilai atau filsafat nilai. Pembagian besar
ini dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat untuk membahas setiap cabang
atau subcabang itu, aliran-aliran akan terbahas.
2.
Metode Histories
Metode ini digunakan untuk
mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya dapat dibicarakan dengan
demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Misal dimulai dari pembicarakan
filsafat thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori
pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan
dalam membicarakan Anaxr mandios Socrates, lalu Rousseau Kant dan seterusnya
sampai tokoh-tokoh kontemporer.
3.
Metode Kritis
Metode ini digunakan oleh orang-orang yang mempelajari
filsafat tingkat intensif. Sebaiknya metode ini digunakan pada tingkat sarjana.
Disini pengajaran filsafat dapat mengambil pendekatan
sistematis ataupun histories. Langkah pertama ialah memahami
isi ajaran, kemudian pelajar mencoba mengajukan kritikannya, kritik itu mungkin
dalam bentuk menentang. Dapat juga berupa dukungan. Ia mungkin mengkritik
mendapatkan pendapatnya sendiri ataupun menggunakan pendapat filusuf
lain. Jadi, jadi jelas tatkala memulai pelajaran amat diperlukan dalam
belajar filsafat dengan metode ini.[12]
F.
Kedudukan Ilmu, Filsafat, dan
Agama
Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang
terkait dan rekletif deengan manusia,dikatakan terkait karena ketiganya tidak
dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tigal alat dan tenaga utama
yang berada didalam diri manusia.tiga alat dan tenaga utama manusia adalah akal
pikiran,rasa, dan keyakinan.sehingga dengan tiga hal terebut manusia dapat
mencapai kebahagiaan bagi dirinya.[13]
1.
Filsafat
dan ilmu pengetahuan
Dalam memahami pengertian filsafat dan
perbedaannya dengan ilmu pengetahuan
yang lainnya.ilmu mendasarkan pada akal pikiran lewat pengalaman dan indra dan
filsafat mendasarkan pada otoritas akal murni secara bebas terhadap kenyataan
dan pengalaman terutama dikaitkan dengan kehidupan manusia.[14]
terdapat suatu perbedaan
yang prinsipal diantara filsafat dengan ilmu pengetahuan yang lainnya.ilmu
filsafat bersifat refleksif yaitu membahas dan mempertanyakan objek termasuk
filsafat adapun ilmu lainnya hanya membahas objek ilmu tersebut namun tidak pernah mempertannyakan dirinya
sendiri.maka terdapat perbedaan dan persamaan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan antara lain:
a.
Persamaan
1)
Baik ilmu maupun filsafat keduanya
merupakan pengetahuan manusia
2) Baik ilmu maupun filsafat keduannya
berpangkal pada akal manusia untuk mencapai suatu kebenaran
3) Filsafat sebagai suatu ilmu (yaitu
ilmu filsafat) dengan ilmu pengetahuan keduannya ini syarat ilmiah yaitu
memiliki objek,metode,sistematis serta memiliki kriteria kebenaran
4) Baik ilmu maupun filsafat keduannya
merupakan suatu sistem pengetahuan manusia yang bersifat rasional dan
sistematis
b.
Perbedaan
1) Filsafat merupakan induk ilmu
pengetahuan.maka perkembangan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan sangat
ditentukan oleh filsafat,prinsip metodenya.adapun ilmu tidak membahas tentang
prinsipmetode.
2) Filsafat bersifat reflektif yaitu
mempertannyakan dan membahas tentang objek termasuk filsafat itu sendiri adapun
ilmu pengetahuan tidak bersifat refleksif.
3) Filsafat membahas segala sesuatu
secara menyeluruh dan universal sedangkan ilmu hanya membahas pada
gejala-gejala yang sangat khusus dan dari sudut pandangnya yang khusus pula.
4) Ilmu hanya menjelaskan fakta
terutama fakta empiris sedangkan filsafat memahami,menginteprestasikan, dan menafsirkan
fakta secara rasional.[15]
2.
Filsafat
dan Agama
Filsafat mendasarkan pada otoritas akal murni secara
bebas dalam penyelidikan terhadap kenyataan dan pengalaman terutama dikaitkan
dengan kehidupan manusia sedangkan agama mendasarkan pada wahyu.
Menurut Prof. Nasroen,S.H. mengemukakan bahwa filsafat
yang sejati haruslah berdasarkan pada agama.apabila filsafat tidak berdasarkan
pada agama dan filsafat hanya semata-mata berdasarkan atas akal pikiran
saja.maka filsafat tersebut tidak akan memuat kebenaran objektif karena yang
memberikan penerangan dan putusan adalah akal pikiran.sedangkan kesanggupan
akal pikiran terbatas,sehingga filsafat yang hanya berdasarkan pada akal
pikiran semata-mata akan tidak sanggup memberi kepuasan bagi manusia,terutama
dalam rangka pemahamannya terhadap yang ghaib. maka dari itu dapatlah dipahami
hubungan dan perbedaan antara filsafat dan agama sebagai berikut:
a. Filsafat merupakan suatu usaha manusia untuk mendapatkan suatu
kebenaran yang hakiki, melalui akal budinya dengan segala kemampuan
batiniyah,baik yang menyangkut hal-hal bersifat fasis maupun nonfisis, baik
yang menyangkut manusia maupun alam semesta dengan segala permasalahannya.
b. Filsafat dengan persamaan tersebut
terdapat suatu perbedaan yaitu filsafat berpangkat tolak pada akal budi beserta
seluruh potensi batiniyah manusia adapun agama kebenarannya bersumber pada
wahyu Tuhan adapun manusia hanya menerima dengan suatu iman dan ketaqwaan.
c. Filsafat bersifat
rasional,komprehensif, dan sistematis yang terbatas pada kebenaran secara akal
budi manusia.adapun agama tidak dapat dikenakan sistem kebenaran yang
mengunakan hukum-hukum akal manusia.maka agama hanya mampu dipahami dengan
hanya hukum tuhan.[16]
G.
Beberapa Kegunaan Mempelajari
Filsafat
1. Dengan belajar filsafat diharapkan
dapat menambah ilmu pengetahuan, karena dengan bertambahnya ilmu pengetahuan
akan bertambah pula cakrawala pendang yng semakin luas . sehingga dapat mebantu
penyelesaian masalah yang akan kita hadapi dengan cara yang lebih bijaksana.
2. Agar terlatih berfikir serius,agar
mampu memahami filsafat
3. Dasar dari semua tindakan adalah
ide.sesungguhnya filsafat didalamnya memuat ide-ide yang fundemental. Ide-ide
itulah yang akan membawa manusia kearah suatu kemampuan untk merentang
kesadarannya dalam segala tindakannya.[17]
H.
Sejarah Kelahiran Filsafat
1. Masa Yunani
Yunani terletak di Asia Kecil. Kehidupan penduduknya
sebagai nelayan dan pedagang, sebab sebagian besar penduduknya tinggal di
daerah pantai, sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di Laut
Tengah. Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan itulah mewarnai
kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan kekuatan alam, sehingga
beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat
formalitas. Artinya kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia.
Kepercayaan yang bersifat formalitas (natural
religion) tidak memberikan kebebasan kepada manusia, ini ditentang oelh Homerus
dengan dua buah karyanya yang terkenal, yaitu Ilias dan Odyseus. Kedua karya
Homerus itu memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif. Sedemikian
besar peranan karya Homerus, sama kedudukannya seperti wayang purwa di Jawa.
Akibatnya masyarakat lebih kritis dan rasional.
Pada abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang
berkepercayaan sangat bersifat rasional (cultural religion) menimbulkan
pergeseran. Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan justru menyatu
dengan kehidupan manusia. Sistem kepercayaan yang natural religius berubah
menjadi sistem cultural religius. Dalam sistem kepercayaan natural religius ini manusia
terikat oleh tradisionalisme. Sedangkan dalam sistem kepercayaan kultural
religius ini memungkinkan manusia mengembangkan potensi dan budayanya dengan
bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk menghadapai dan
memecahkan berbagai kehidupan alam dengan akal pikiran.
Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah Thales (625
– 545 SM) yang berhasil mengembangkan geometri dan matematika. Likipos dan
Democritos mengembangkan teori materi, Hipocrates mengembangkan ilmu
kedokteran, Euclid mengembangkan geometri edukatif, Socrates mengembangkan
teori tentang moral, Plato mengembangkan teori tentang ide, Aristoteles
mengembang teori tentang dunia dan benda serta berhasil mengumpulkan data 500
jenis binatang (ilmu biologi). Suatu keberhasilan yang luar biasa dari
Aristoteles adalah menemukan sistem pengaturan pemikiran (logika formal) yang
sampai sekarang masih terkenal.
Para ahli pikir Yunani Kuno ini mencoba membuat konsep tentang asal mula alam. Walaupun sebelumnya sudah ada tentang konsep tersebut. Akan tetapi konsepnya bersifat mitos yaitu mite kosmogonis (tentang asal usul alam semesta) dan mite kosmologis (tentang asal-usul serta sifat kejadian-kejadia dalam alam semesta), sehingga konsep mereka sebagai mencari asche (asal mula) alam semesta, dan mereka disebutnya sebagai filosof alam.
Para ahli pikir Yunani Kuno ini mencoba membuat konsep tentang asal mula alam. Walaupun sebelumnya sudah ada tentang konsep tersebut. Akan tetapi konsepnya bersifat mitos yaitu mite kosmogonis (tentang asal usul alam semesta) dan mite kosmologis (tentang asal-usul serta sifat kejadian-kejadia dalam alam semesta), sehingga konsep mereka sebagai mencari asche (asal mula) alam semesta, dan mereka disebutnya sebagai filosof alam.
Oleh karena arah pemikiran filsafatnya pada alam
semesta maka corak pemikirannya kosmosentris. Sedangkan para ahli pikir seperti
Socrates, Plato dan Aristoteles yang hidup pada masa Yunani Klasik karena arah
pemikirannya pada manusia maka corak pemikiran filsafatnya antroposentris. Hal
ini disebabkan, arah pemikiran para ahli pikir Yunani Klasik tersebut
memasukkan manusia sebagai subyek yang harus bertanggung jawab terhadap segala
tindakannya.
2.
Masa Abad Pertengahan
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa.
Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan,
maka filsafat atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh
kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi
oelh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas dogma agama,
sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.
Baru pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan
dukungan dari Karel Agung, maka didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi
pelajaran gramatika, dialektika, geometri, aritmatika, astronomi dan musik.
Keadaan yang demikan akan mendorong perkembangan pemikiran filsafat pada abad
ke-13 yang ditandai berdirinya universitas-universitas dan ordo-ordo. Dalam
ordo inilah mereka mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu dan agama, seperti
Anselmus (1033 – 1109), Abaelardus (1079 – 1143), Thomas Aquinas (1225 – 1274).
Di kalangan para ahli pikir Islam (periode filsafat
Skolastik Islam) muncul al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Bajah,
Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd. Periode skolastik Islam ini berlangsung tahun 850 –
1200. pada masa itulah kejayaan Islam berlangsung dan ilmu pengetahuan
berkembang dengan pesat. Akan tetapisetelah jatuhnya kerajaan Islam di Granada
di Spanyol tahun 1492 mulailah kekuasaan politik Barat menjarah ke Timur. Suatu
prestasi yang paling besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan terutama dalam
bidang filsafat. Di sini mereka merupakan mata rantai yang mentransfer filsafat
Yunani, sebagaimana yang dilakukan oelh sarjana-sarjana Islam di Timur terhadap
Eropa dengan menambah pikiran-pikiran Islam sendiri. Para filosof Islam sendiri
sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, Plato dan
Al-Qur’an adalah benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara
agama dan filsafat.
Kemudian pikiran-pikiran ini masuk ke Eropa yang
merupan sumbangan Islam yang paling besar, yang besar pengaruhnya terhadap ilmu
pengetahuan dan pemikiran filsafat terutama dalam bidang teologi dan ilmu
pengetahuan alam. Peralihan dari abad pertengahan ke abad modern dalam sejarah
filsafat disebut sebagai masa peralihan (masa transisi), yaitu munculnya
Renaissance dan Humanisme yang berlangsung pada abad 15-16. munculnya
Renaisance dan Humanisme inilah yang mengawali masa abad modern. Mulai zaman
modern inilah peranan ilmu alam kodrat sangat menonjol, sehingga akibatnya
pemikiran filsafata semakin dianggap sebagai pelayan dari teologi, yaitu sebagai
suatu sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang dapat
dicapai oleh akal manusia.
3. Masa
Abad Modern
Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil
menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan,
sehingga corak pemikirannnya antroposentris, yaitu pemikiran filsafatnya
mendasarkan pada akal fikir dan pengalaman.
Di atas telah dikemukakan bahwa munculnya Renaisance
dan Humanisme sebagai awal masa abad modern. Di mana para ahli (filosof)
menjadi pelopor perkembangan filsafat (kalau pada abad pertengahan yang menjadi
pelopor perkembangan filsafat adalah para pemuka agama). Dan pemikiran filsafat
masa abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode logis ilmiah.
Pemikiran filsafat diupayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran
filsafat diarahkan pada upaya manusia agar dapat mengasai lingkungan alam
dengan menggunakan berbagai penemuan ilmiah.
Karena semakin pesatnya orang menggunakan metode
induksi/ eksperimental dalam berbagai penelitian ilmiah, akibatnya perkembangan
pemikiran filsafat mulai tertinggal oleh perkembangan ilmu-ilmu alam kodrat
(natural sciences). Rene Descartes (1596 – 1650) sebagai bapak filsafat modern
yang berhasil melahirkan suatu konsep dari perpaduan antara metode ilmu alam
dengan ilmu pasti ke dalam pemikiran filsafat. Upaya ini dimaksudkan, agar
kebenaran dan kenyataan filsafat juga sebagai kebenaran dan kenyataan yang
jelas dan terang.
Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran filsafat
mengarah kepada filsafat ilmu pengetahuan, di mana pemikiran filsafat diisi
dengan upaya manusia, bagaimana cara/ sarana apa yang dipakai untuk mencari
kebenaran dan kenyataan. Sebagai tokohnya George Berkeley (1685 – 1753), David
Hume (1711 – 1776), Rousseau (1722 – 1778).
Di Jerman muncul Christian Wolft (1679 – 1754) dan
Immanuel Kant (1724 – 1804), yang mengupayakan agar filsafat menjadi ilmu
pengethuan yang pasti dan berguna, yaitu dengan cara membentuk
pengertian-pengertian yang jelas dan bukti yang kuat.
Abad ke-19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah
belah. Pemikiran filsafat pada saat itu telah mampu membentuk suatu kepribadian
tiap-tiap bangsa dengan pengertian dan caranya sendiri. Ada filsafat Amerika,
filsafat Perancis, filsafat Inggris, filasafat Jerman. Tokoh-tokohnya adalah
Hegel (1770-18311), Karl Marx (1818 -1883), August Comte (1798 -1857), JS. Mill
(1806 – 1873), John Dewey (1858 – 1952).
Akhirnya dengan munculnya pemikiran filsafat yang
bermacam-macam ini, berakibat tidak terdapat lagi pemikiran filsafat yang mendominasi.
Giliran selanjutnya lahirlah filsafat kontemporer atau filsafat dewasa ini.
4. Masa
Abad Dewasa Ini
Filsafat dewasa ini atau filsafat abad ke-20 juga
disebut Filsafat Kontemporer yang merupakan ciri khas pemikiran filsafat adalah
desentralisasi manusia. Karena pemikiran filsafat abad ke-20 ini memberikan
perhatian yang khusus kepada bidang bahasa dan etika sosial.
Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah; arti
kata-kata dan arti pernyataan-pernyataan. Masalah ini muncul karena bahwa
realitas sekarang ini banyak bermunculan berbagai istilah, di mana cara
pemakainnnya sering tidak dipikirkan secara mendalam, sehingga menimbulkan
tafsir yang berbeda-beda (bermakna ganda). Maka timbullah filsafat analitika,
yang di dalamnya membahas tentang cara berfikir untuk mengatur pemakaian
kata-kata/ istilah-istilah yang menimbulkan kerancauan, dan sekaligus dapat
menunjukkan bahaya-bahaya yang terdapat di dalamnya. Oleh karena bahasa sebagai
obyek terpenting dalam pemikiran filsafat, maka para ahli pikir menyebut
sebagai logosentris.[18]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya :
1. Secara etimologis, filsafat diambil
dari bahasa Arab, falsafah-berasal
dari bahasa Yunani, Philosophia, kata
majemuk yang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan
kata Sophia yang artinya bijaksana.
Dengan demikian secara etimologis, filsafat memberikanpengertian cinta
kebijaksanaan.
2. Secara terminologis, filsafat adalah
ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika,
logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
3. Ada tiga metode yang digunakan untuk
memecahkan problema-problema. Filsafat yaitu: metode deduksi, induksi dan metode dialektik.
4. Obyek penyelidikan filsafat adalah
segala yang ada dan yang mungkin ada, tidak terbatas.
5. Struktur/sistematika filsafat
berkisar pada tiga cabang flsafat yaitu teori pengetahuan, teori hakikat dan
teori nilai.
6. Manfaat mempelajar filsafat
diantaranya adalah manfaat dari sisi pengetahuan dan manfaat dalam kehidupan
sehari-hari. Dari sisi pengetahuan filsafat disebuat sebagai induk dari setiap
disiplian ilmu pengetahuan, maka untuk memahami ilmu pengetahuan dan mampu
me-interdisipliner-kan kita butuh filsafat. Filsafat dalam kehidupan
sehari-hari bisa dijadikan patokan utama dalam mengembangan kebutuhan-kebutuhan
manusia serta piranti dalam memahami proses keseharian secara mendalam dan
jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Asmoro. 2001. Filsafat Umum.
Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Gee, The Liang. 1991. Pengantar
Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.
Kaelan. 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta
: Paradigma.
Sudiardja. 1995. Filsafat Etika. Yogyakarta:
Diktat Kuliah.
Tafsir, Ahmad. 2001. Filsafat Umum. Bandung
: PT. Remaja Rusdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar