PEMANFAATAN
BAHAN SEDERHANA TANAH LIAT DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
Abstrak
Media
pembelajaran mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran, agar
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif. Ditinjau dari pengertian
komunikasi maka proses pembelajaran sebenarnya juga proses komunikasi.
Berdasarkan wawasan bahwa proses pembelajaran adalah proses komunikasi demikian
pula bahwa proses pembelajaran adalah suatu sistem, maka posisi media
pembelajaran adalah sebagai komponen sistem pembelajaran. Belakangan ini banyak
sekali kegagalan-kegagalan penyampaian pesan pembelajaran dari guru/ pembelajar
(komunikator) kepada siswa (komunikan) yang banyak didasari dengan
tuduhan-tuduhan salahnya media pembelajaran yang disampaikan oleh komunikator
yang tidak tepat.Selama ini, sistem dan budaya pendidikan di Indonesia sangat
mengagungkan pembenahan sisi kognitif.Para siswa banyak dijejali mata pelajaran
yang memaksa mereka terampil berhitung dan menghafal.Mereka diperlakukan
laiknya sebuah robot, harus menuruti aturan main yang sudah dibuat.Padahal,
pendidikan bagi anak juga perlu dilakukan untuk mengembangkan dunia kreatifitas
mereka. Pada sesi yang saya bahas ini adalah media yang tepat untuk
meningkatkan kreativitas anak usia dini adalah menerapkan dan memperkenalkan
media pembelajaran bermain untuk meningkatkan kreativitas anak pada usia dini.Dalam hal ini
bermain tanah liat akan lebih menarik minat anak untuk meningkatkan
kreativitas, karena anak bisa bermain tanpa rasa bosan sehingga tujuan
tercapai.
Kata kunci: media pembelajaran,
kretivitas anak
PENDAHULUAN
Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 Bab I ayat 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani, agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
Menurut
Yamin dan Jamilah (2013:3) menyatakan bahwa PAUD merupakan dasar dari pendidikan
anak selanjutnya yang penuh dengan tantangan dasn sebagai jendela pembuka dunia
(window of opportunity) bagi anak.
Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini saat ini sangat membutuhkan
perhatian yang besar dari seluruh lapisan masyarakat, baik itu dari kebijakan
pemerintah maupun dukungan dari masyarakat umum.
Pendidikan
anak usia dini merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi
yang dimiliki anak, karena dikurun usia ini anak mengalami masa lompatan
perkembangan otak mencapai 80%, pada saat ini paling tepat untuk mengembangkan
kreativitas anak.
Menurut
Clarkl dalam Munandar (2004:20) menyatakan bahwa kreativitas merupakan
pengalaman dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu
dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam dan orang lain.
Menurut
(Depdiknas, 1996:530) kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan atau
daya cipta. Kreativitas anak dapat dilihat dalam beberapa ciri diantaranya
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi melalui berbagai cara seperti
bereksplorasi, bereksperimen, menciptakan suatu karya baru dan banyak
mengajukan pertanyaan pada orang lain. Sedangkan menurut Safari (2005:12) Anak
yang memiliki kreativitas yang tinggi, akan mampu memecahkan persoalan secara
efektif dan efisien, sehingga anak memiliki kemungkinan lebih besar untuk
sukses dimasa depan.
Untuk
mencapai pendidikan anak usia dini, berdasarkanKurikulum TK (2010) pada aspek
fisik (motorik halus) capaian perkembangan mampu meniru bentuk, dan
indikatornya mampu menciptakan berbagai bentuk dengan menggunakan
playdought/tanah liat/pasir.
Untuk
mengatasi masalah tersebut maka diadakan penelitian tindakan kelas yaitu dengan
meningkatkan kreativitas anak melalui teknik membutsir menggunakan tanah liat
yang belum pernah digunakan sebelumnya. Membutsir merupakan salah satu tehnik
membentuk yang menggunankan bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, bubur
kertas, lilin atau malam dan bahan lunak lainnya. Menurut Sulastianto (2006:15)
Membutsir adalah membentuk tanah liat atau lilin (plastisin/malam) menjadi
bentuk mainan, patung kecil atau bentuk tertentu berdasarkan daya cipta.
Membutsir (modeling) adalahkegiatan
membentuk menggunakan bahan-bahan yang lunak seperti tanah liat, playdought,
plastisin, bubur kertas dan bahan lunak lainnya menjadi bentuk
mainan.Dalam hal ini peneliti menggunakan cara belajar yang efektif untuk meningkatkan kreativitas
anak dengan teknik membutsir menggunakan tanah liat”. Mengapa tanah liat
?Karena ini merupakan bahan alam, tidak berbahaya bagi anak dan juga mudah
didapatkan, diharapkan melalui teknik membutsir menggunakan tanah liat ini anak
dapat mengasah kreativitas dan imajinasi anak.
PEMBAHASAN
1.
Tanah liat
a.
Pengertian Tanah Liat
Membutsir
dengan tanah liat dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi anak karena
sifat bahan tanah liat yang elastis sangat memungkinkan digunakan untuk
mengeksplorasi bentuk-bentuk spontan yang dibuat.Tanah liat merupakan bahan
yang sederhana dan mudah di dapat, selain itu tanah liat juga mudah di bentuk
artinya kita dapat berkreasi menggunakan tanah liat.
Menurut
Sumanto (2005:146) tanah liat adalah bahan alam yang telah dijadikan adonan
yang lentur atau siap untuk digunakan membutsir. Kelenturan dan kepadatan
adonannya akan mempengaruhi hasil butsiran yaitu tidak mudah retak atau pecah
pada saat proses pengeringan. Sifat elastis memudahkan
pembentukan, misalnya dengan hanya digenggam, dipijit, ditekan dan seterusnya;
sentuhan rasa tekstur bahan yang lunak dan dingin dapat dirasakan ditangan
menjadikan a007:7.13) tanah liat adalah lain yang dapat diperkenalkan pada
anak-anak ketika mereka mulai menggunakan seni sebagai cara mengekspresikan dan
menggambarkan diri mereka sendiri. Tanah liat banyak diguakan untuk pembuatan
karya seni tiga dimensi, karna teksturnya yang lunak sehingga tanah liat dapat
dibentuk dengan mudah, tanah liat juga dapat dihambat dan dipercepat dalam
proses pengeringannya. Tanah liat yang baik yaitu tanah yang memiliki
kelenturan tinggi, mudah dibentuk, dan tidak pecah setelah kering.
b.
Tujuan Dan Manfaat Tanah liat
Menurut Sumanto (2005:191) tujuan
dimanfaatkannya lingkungan alam dan budaya dalam pembelajaran seni rupa di TK
adalah:
1.
Agar pembelajaran bisa lebih efektif, dengan lingkungan yang
sudahdikenal anak maka anak dapat menerima dan menguasai dengan baik.
2.
Agar pelajaran jadi relefan dengan kebutuhan siswa sesuai
dengan minatdan perkembangannya.
3.
Agar lebih efisien murah dan terjangkau yakni dengan
menggunakanbahan alam, seperti tanah liat.
Sedangkan menurut Aisyah (2007:7.13)
tujuan dari kegiatan mengunakan tahnah liat adalah agar anak dapat meremas-remas,
mematah-matahkan, menggulung-gulung, menepuk-nepuk, memukul-mukul atau
merasakan tanah liat itu sendiri tanpa membuat sesuatu yang mungkin sulit bagi
orang dewasa untuk memahaminya. Karena pembelajaran yang disukai anak adalah
melalui bermain maka kegiatan membutsir menggunakan tanah liat sangat tepat
untuk langkah awal pembentukan kreativitas karena diawali dengan proses
melemaskan tanah liat dengan meremas, merasakan, menggulung, memipihkan, dll.
c.
Kelebihan dan Kelemahan Tanah Liat
Menurut
Moedjiono 1992 dalam Dwijunianto mengatakan bahwa sederhana tiga dimensi
memiliki kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung, dan konkrit, tidak
adanya verbalisme, obyek dapat ditunjukkan secara utuh baik konstruksinya atau
cara kerjanya dari segi struktur organisasi dan alur proses secara jelas.
Sedangkan kelemahannya tidak dapat membuat obyek yang besar karena membutuhkan
ruang besar dan perawatannya rumit
d.
Langkah–langkah Pembelajaran
Sebelum
dibentuk, tanah liat sebaiknya dibersihkan dahulu dari butiran batu atau pasir
yang kasar, lembutkan adonannya dengan tangan. Jika terlalu lembek biarkan
(diangin-anginkan) hingga kadar airnya berkurang, dan jika dipegang tanah tidak
lengket pada tangan kita. Sebagai permulaan guru menunjukkan benda konkrit
untuk diperlihatkan pada anak didik misalkan gelas dan
piring, guru menyiapkan bahan tanah liat yang sudah berupa balok atau bulatan
agak besar dan diberikan kepada anak.kemudian guru membuat gelas dan piring
dengan tanah liat sesuai dengan contoh yang ada, kemudian anak diajarkan untuk
membuat bentuk yang sama dengan contoh atau membuat bentuk lain sesuka anak.
Guru membebaskan apapun yang dibuat anak sesuai subtema, guru tidak boleh
membatasi atau menyalahkan apapun yang dibuat anak agar kreatif mereka dapat
berkembang. Setiap tahapan membutsir yang sudah dibuat oleh anak hendaknya
diberikan penguatan oleh guru misalnya rapikan haluskan dan sebagainya.Untuk
mengatasi kotornya tanah liat, meja dialaisi oleh plastik atau koran dan
disediakan tempat cuci tangan beserta lap agar sewaktu pembelajaran selesai
anak dengan mudah dapat segera membersihkan tangannya.
2.
Kreativitas Terhadap Anak
A.
Pengertian Kreativitas
Menurut
Sumardjan dalam Soefadi (2009:136), kreativitas berasal dari kata to create yang berarti mengarang atau
membuat sesuatu yang berbeda bentuk, susunan atau gaya dari yang lazim dikenal
banyak orang. Sedangkan menurut Rachmawati (2005:16) kreativitas merupakan
suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode, ataupun
produk baru yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas,
dan diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu
masalah.
Kreativitas
menurut kamus lengkap bahasa indonesia adalah hasil dari kemampuan mencipta.
Sedangkan menurut Marhijanto (2002:208); kreativitas dapat dijadikan sebagai
kondisi, sikap atau keadaan yang sangat khusus sifatnya dan hampir tidak
mungkin dirumuskan secara tuntas.
Kreativitas
merupakan kemampuan untuk mencipta (Depdiknas, 1996:530). Selanjutnya menurut
Hurlock (1992:4), kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan
bentuk-bentuk atau suatu yang baru. Adapun Torrance dalam Munandar (1999:27)
kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat
dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan dan
hipotesis, kemudian akhinya menyampaikan hasil-hasilnya.
Menurut
Munandar (2004:45-46) menyebutkan empat jenis tentang kreativitas yaitu:
pribadi, pendorong, press, proses dan produk. Adapun definisi dari keempat P
ini yaitu sebagai berikut:
a. Pribadi (Person)
Dafinisi
person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu dan
muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan
lingkungannya.“Creativity actionis an
imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and
characteristic way”.
Definisi
dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses
berfikir sehingga muncul ide-ide unik atau kreatif. “Creativity is a process that manifest in self in fluency, in
aflexibilty as well in orinality of thinking”.
Munandar (1999:50)
kreativitas adalah sebuah
proses ataukemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas),
dan originalitas dalam berfikir, serta kemampuan untukmengelaborasi
(menggabungkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih
menekankan pada aspek proses perubahan (Inovasi
dan variasi).
c. Produk (Product)
Definisi
pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus
pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang
baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.“Creativity is the ability tobring something
new into existence”.
d. Pendorong (Press)
Definisi
dan pendekatan kreatvitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik
dorongan internal diri sendiri berupa keinginan atau hasrat untuk mencipta atau
bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial
dan psikologis.
Keempat P ini saling berkaitan: pribadi kreatif yang
melibatkan diri dalam proses kreatif dan dengan dukungan dan dorongan (press) dari lingkungan, menghasilkan
produk kreatif. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa: “Kreativitas
adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif
(bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.
Menurut Longwenfeld dalam Sumanto (2005:11) kreativitas
adalah seperangkat kemampuan seseorang meliputi: (1) Kepekaan mengamati
berbagai masalah melalui indra; (2) Kelancaran mengeluarkan berbagai alternatif
pemecahan maslah; (3) Keluwesan melihat atau memandang suatu masalah serta
kemungkinan jawaban pemecahnya; (4) Kemampuan merespon atau membuat gagasan
dalam pemecahan masalah originalitas yang biasa atau yang
umum ditemukan; (5) Kemampuan yang berkaitan dengan keunikan cara atau
mengungkap gagasan dalam menciptakan karya seni; (6) Kemampuan dalam
mengabtrasi hal-hal yang bersifat umun dan mengkaitkannya menjadi hal-hal yang
spesifik; (7) Kemampuan memadukan atau mengkombinasikan unsur-unsur seni
menjadi karya seni yang utuh; (8) Kemampuan merata secara terpadu dari
keseluruhan unsur-unsur seni kedalam tatanan selaras.
Sumanto (2005:38), kreativitas adalah daya atau kemampuan
untuk mencipta, kreativitas juga baigian dari kegiatan produksi atau berkarya
yang selanjutnya diartikan: (a) Kelancaran untuk menangani suatu masalah, ide,
dan materi; (b) Mudah menyesuaikan diri terhadap setiap situasi; (c) Memiliki
keaslian dalam membuat tanggapan, karya yang lain dari pada yang lainnya, dan;
(d) Mampu berfikir secara internal, mampu menghubungkan satu dengan yang lain.
Untuk memperjelas pengertian kreativitas, Munandar
(1999:45-50) mengemukakan beberapa rumusan yang merupakan simpulan para ahli
mengenai kreativitas yaitu:
a. Kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, unsur-unsur yang ada.
b. Kreativitas (berfikir kreatif atau
berfikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan informasi yang tersedia
menemukan banyak kemungkinan jawaban.
c.
Jadi, secara oprasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai
kemampuan yang mencerminkan, kelancaran keluwesan (fleksibility), dan originalitas dalam berfikir, serta kemampuan
untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memerinci) suatu gagasan.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas
adalah suatu proses mental individu untuk melahirkan atau menciptakan sesuatu
yang baru ataupun kombinasi baru berdasarkan unsur-unsur yang telah ada
sebelumnya menjadi sesuatu yang bermakna dan bermanfaat. Kreativitas juga tidak
hanya dalam bentuk karya nyata tetapi dapat juga berupa gagasan untuk pemecahan
suatu masalah.Kreativitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengatasi maslah
rendahnya kreativitas anak di Kelompok B2 TK Dharma Wanita Persatuan Provinsi
Bengkulu.
B. Tanah Liat
Untuk Pengembangan Kreativitas Anak
Dengan berexperiment atau bermain
menggunakan tanah liat anak dapat leluasa mengembangkan imajinasi sekaligus
belajar bersosialisasi dengan teman-teman sekitarnya. Bermain dengan media yang
berasal dari alam, seperti tanah, pasir dan tumbuhan, biasanya lebih
menyenangkan bagi anak-anak.
Tanah liat
misalnya karena sifatnya yang lunak dan lentur tanh liat dapat dikreasikan
menjadi bermacam-macam bentuk, oleh karena itu tanh liat menjadi satu media
yang sangat tepat untuk merangsang imajinasi serta mengasah motorik anak.
Manfaat lain dari kekreativitasan anak dapat memperkuat fungsi koknitif, sebab
ketika membentuk tanah liat mereka dapat menyelesaikan masalah.
Saat membuat
kreasi tanah liat diperlukan kreatifitas, imajinasi, kesabaran dan fokus, dari
keterampilan membentuk kemampuan motorik dan fokus di uji, agar menghasilkan
bentuk yang bagus, rapi dan indah. Bagi anak-anak membentuk tanh liat merupakan
kesenangan tersendiri mereka bisa bebas berkreasi dengan bahan alam tersebut,
sekaligus memperoleh pengalaman baru.
C. Hubungan Antara
Kreativitas Dan Tanah Liat
Tanah liat dapat meningkatkan
kecerdasan ruang dan gambar karena tanah liat bisa membuat bentuk sesuai
khyalan anak-anak. Selain itu kreativitas dapat ditingkatkan dengan bermain
tanah liat, membuat berbagai macam bentuk karena cara berfikir anak dalam
perkembangan koknitifnya sedang beralih praoperasional ke fase kongkrit
operasional. Cara berfikir kongkrit berpijak pada pengalaman akan benda-benda
kongkrit bukan berdasakan pengatahuan atau konsep-konsep abstrak. Dalam hal ini
bermain tanah liat akan lebih menarik minat anak untuk meningkatkan
kreativitas, karena anak bisa bermain tanpa rasa bosan sehingga tujuan
tercapai.
D.
Faktor Pendukung Pengembangan
Kreativitas
Munandar
(1999:94-95) memaparkan bahwa dari berbagai penelitian diperolehhasil bahwa
sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak antara lain :
1.
Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk
mengungkapkannya.
2.
Memberi waktu kepada anak untuk berfikir, merenung, dan
menghayal.
3.
Membiarkan anak mengambil keputusan sendiri.
4.
Mendorong kemelitan anak untuk menjajajki dan mempertanyakan
banyak hal.
5.
Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin
dicoba, dilakukan dan apa yang dihasilkan.
7.
Memberikan pujian yang sungguh-sungguh kepada anak.
8.
Mendorong kemandirian anak dalam bekerja.
9.
Melatih hubungan kerja sama yang baik dengan anak.
Bila
hasil penelitian lapangan digabungkan dengan penelitian laboratorium mengenai
kreativitas dan dengan teori-teori psikologis maka diperoleh petunjuk bagaimana
sikap orang tua secara langsung mempengaruhi kreativitas anak mereka. Beberapa
faktor yang menentukan tersebut antara lain :
1.
Kebebasan
Orang
tua yang memberikan kebebasan kepada anak, tidak otoriter tidak selalu mau
mengawasi anak, tidak terlalu membatasi kegiatan anak, dan tidak terlalu cemas
mengenai anak mereka, cenderung mempunyai anak yang kreatif.
2.
Respek
Orang
tua yang menghargai anak sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka, dan
menghargai keunikan anak, biasanya memiliki anak yang kreatif. Anak-anak ini
secara alamiah mengembangkan kepercayaan diri untuk berani melakukan sesuatu
yang orisinal.ng pengembangan kreativitas. Anak perlu merasa bahwa ia diterima
dan disayangi tetapi sebagiannya tidak menjadi terlalu tergantung kepada orang
tua.
3.
Prestasi
Orang
tua anak kreatif akan mendorong anak untuk berusaha dan menghasilkan karya yang
baik namun tidak terlalu menekankan untuk mencapai angka atau peringkat
tertinggi.
4.
Orang Tua Aktif dan Mandiri
Bagaimana
sikap orang tua terhadap diri sendiri amat penting karena mereka menjadi model
utama bagi anak.Orang tua anak yang kreatif merasa aman dan yakin tentang diri
sendiri, tidak memperdulikan setatus sosial, dan tidak terlalu terpengaruh oleh
tuntutan sosial.Mereka juga amat kompeten dan mempunyai minat, baik didalam
maupun diluar rumah.
5.
Menghargai Kreativitas
Anak
yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal
yang kreatif (Munandar 1999:91-93).
KESIMPULAN
Media
pembelajaran dapat dimaknai sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam
pembelajaran untuk membawa informasi berupa pembelajaran dari pendidik kepada
siswa. Dalam kontek Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tentunya harus lebih
selektif dalam pemilihan media pembelajaran, dengan pendekatan bermain anak
lebih tertarik dan senang untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar sehingga
pendidik dapat memanfaatkan hal tersebut untuk menyampaikan pesan-pesan
pembelajaran sesuai tujuan yang akan dicapai. Metode ini juga memudahkan untuk
menarik minat anak, anak marasa tidak akan terbebani dengan metode pembelajaran
ini karena secara tidak langsung pengemasan pembelajaran yang berbeda dari
kebanyakan metode belajar saat ini yang menerapkan hafal dan menghitung tetapi
pada dasarnya adalah belajar dan mengembangkan kreativitas anak melalui bermain
edukatif.
Hakikat
anak bermain sangat banyak waktunya dibandingkan dengan belajarnya, untuk itu
hal ini dapat dimanfaatkan juga saat anak bermain diberikan
pembelajaran-pembalajaran didalamnya yang secara tidak langsung anak itu
belajar sambil bermain. Kretivitas anak
dapat terasah melalui kegitan permainan yang edukatif yang mendorong anak untuk
aktif mengembangkan idenya dalam permainan.Permainan edukatif ini dapat
bersumber pada lingkungan alam sekitar anak yang tujuannya agar anak belajar
sembari mengenal lingkungannya karena lingkungan merupakan media yang sangat
tepat untuk dijadikan bahan pembelajaran bagi anak. Permainan tersebut berupa
bahan mentah atau bahan sudah siap pakai digunakan untuk media pembelajaran
edukatif, maupun yang harus dibuat baru atau dimodifikasi oleh anak untuk
melihat sejauh mana krearivitas anak tersebut.Permainan edukatif kreatif
sebagai sumber pengetahuan, ketrampilan yang baru bagi anak sekaligus sebagai
media pengembangan nalar dan kreativitas anak seperti berfikir, memecahkan
masalah sendiri serta berbuat secara sistematik. Tapi tentunya penerapan sistem
belajar sambil bermain ini tidak sepenuhnya dapat diterima oleh masyarakat
karena anggapan-anggapan yang sudah mendarah daging pada masyarakat bahwasannya
diwaktu anak belajar anak harus belajar dan diwaktu bermain untuk bermain dan
tanpa didampingi saat bermain tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Arief S,
Sadiman. 1986. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.
Jakarta: Pustekom Dikbud dan CV. Rajawali.
Dananjaya,
Utomo. 2011. Media pembelajaran aktif. Bandung: Nuansa.
Munandar,
Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Republik
Indonesia. 2003. Undang- Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta
Republik
Indonesia. 2003. Undang-undang Nomer 28 Tahun 2003 Pasal 28 tentang PAUD.
Jakarta
Semiawan, Canny
R. 2009. Kreativitas Keberbakatan: Mengapa, Apa Dan Bagaimana. Jakarta:
PT. Indeks.
Susanto, Ahmad.
2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar