BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ejaan tidak sama dengan mengeja. Mengeja berasal dari kata dasar eja. Eja menjadi mengejaartinya
melafalkan atau meneybutkan huruf-huruf satu demi satu. Misalnya kata makan, jika dieja menjadi “m-a-k-a-n”. Ejaan diartikan sebagai suatu ilmu yang
menerangkan bagaimana kita harus menyatakan bahasa bentuk lisan, kedalam bahasa
bentul tulisan. Atau pengetahuan hukum, bagaimana cara menuliskan atau
me;ambangkan bahasa bentuk lisan.
Kamus Besar Indonesia menerangkan bahwa ejaan
adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan
sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda-tanda
baca.
Dalam kaidah bahasa Indonesia dikenal beberapa
ejaan, antara lain (1) Ejaan van
Ophuysen. Ejaan ini disusun dan digunakan sejak 1901. (2) Ejaan Soewandi, ditetapkan tahun 1947
dengan SK Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan 19 Maret 1947
No.264/Bhg A. (3) Ejaan Malindo yang
terbentuk pada tahun 1959. (4) Ejaan
Indonesia Lama. (5) Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan (kemudian disingkat EYD) berlaku sejak 1972.
Berkaitan dengan ejaan dalam bahasa Indonesia, secara lengkap dapat dibaca pada
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis jelaskan pada makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah penjelasan Ejaan van Ophuysen dan contoh penggunaan dalam kalimat ?
2.
Bagaimanakah penjelasan Ejaan Soewandi dan contoh penggunaan dalam kalimat ?
3.
Bagaimanakah penjelasan Ejaan Malindo dan contoh penggunaan dalam kalimat ?
4.
Bagaimanakah penjelasan Ejaan Indonesia Lama dan contoh penggunaan dalam kalimat ?
5.
Bagaimanakah penjelasan Ejaan Yang Disempurnakan dan contoh penggunaan dalam kalimat ?
C. Tujuan penulisan
1.
Mengetahui bagaimanakah penjelasan Ejaan van Ophuysen dan
contoh penggunaan dalam kalimat
2.
Mengetahui bagaimanakah penjelasan Ejaan Soewandi dan contoh penggunaan dalam kalimat
3.
Mengetahui bagaimanakah penjelasan Ejaan Malindo dan contoh penggunaan dalam kalimat
4.
Mengetahui bagaimanakah penjelasan Ejaan Indonesia Lama dan contoh penggunaan dalam kalimat
5.
Mengetahui bagaimanakah penjelasan Ejaan Yang Disempurnakan dan contoh penggunaan dalam kalimat
D. Manfaat penulisan
1.
Bagi Pembaca
Pembaca akan mengetahui
penjelasan dari berbagai macam Ejaan Bahasa Indonesia mulai dari ejaan yang
digunakan sebelum penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dewasa ini.
2.
Bagi Penulis
Penulis dapat lebih
memahami tentang ejaan – ejaan yang pernah digunakan di Indonesia dan dapat
memberikan contoh penggunaan ejaan tersebut dalam sebuah kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ejaan Bahasa Indonesia
Sebelum Ejaan yang Disempurnakan seperti yang kita
gunakan sejak tahun 1972, kiranya kita perlu mengetahui barang sedikit mengenai
ejaan bahasa Melayu di Indonesia yang kemudian akan dijadikan dasar atau ejaan
Bahasa Indonesia. Berikut akan dijelaskan beberapa ejaan yang pernah digunakan
di Indonesia.
B. Ejaan van Ophuysen
Perlu diketahui bahwa sebelum tahun 1900 atas
dasar surat Putusan Pemerintah Kerajaan Belanda NO.104/1871, perihal penggunaan
bahasa Melayu dan pemberian fasilitas pendidikan untuk bangsa pribumi Ch.A van
Ophuysen mulai merintis membuat ejaan bahasa Melayu dengan menggunakan huruf
Latin. Kita perlu ingat bahwa sebelum itu ejaan bahasa Melayu yang berlaku di
negeri Melayu masih menggunakan huruf Arab yang sudah disederhanakan.
Untuk melengkapi khasanah Ejaan Bahasa Indonesia,
berikut ini adalah beberapa bentuk dan aturan yang berlaku didalam Ejaan
Ophuysen.
1. Penggunaan Fonem/Huruf
Latin
Vokal : a,i,u,e,o,oe
Diftong : ai,au,oi
Konsonan : b, d, g, h, j, k, l, m, n, p, r, s, t,
w.
tj, dj, nj, sj, ch, ng
sedangkan fonem e, f, q, u, v, x, y, z yang
termasuk fonem bahasa asing, kadang – kadang dipinjam untuk menuliskan kata –
kata turunan
·
Tanda seru ( ! )
·
Tanda kutip ( “.....” )
·
Tanda elipsis ( . . . . . )
·
Tanda trema ( ” )
·
Hamzah ( ` )
·
Ain ( ‘ )
|
2.
Tanda – Tanda Baca
a.
Titik (
. )
b.
Koma (
, )
c.
Titik koma (
; )
d.
Titik dua (
: )
e.
Tanda hubung (
- )
f.
Tanda garis miring (
/ )
g.
Tanda kurung ( )
3.
Peraturan Ejaan
a.
Warna bunyi u
diubah menjadi oe
Contoh : boekoe, oenzoer,
sepoeloeh
b.
Warna bunyi e
diwujudkan dua lambang, seperti :
1)
E lemah/ e pepet :
benar, beberapa, sementara, semesta, kelelawar
2)
E aksen/ e taling :
èlok, èsok, bolèh, èlèktro, dan sebagainya
c.
Bila suku pertama berakhir dengan oe dan suku kedua diawali dengan a/i/e, maka dibubuhkan huruf W diantaranya :
1)
Oe - ang menjadi oewang
2)
Loe - ar menjadi loewar
3)
Doe - it menjadi doewit
4)
Boe - at menjadi boewat
d.
Bila suku pertama berakhir dengan i dan suku kedua diawali dengan a/u, dibubuhkan huruf J
diantaranya :
1)
Ti - ang menjadi tijang
2)
Si - ang menjadi sijang
3)
Li - ur menjadi lijur
Kecuali : seperti kata – kata dibawah ini :
Contoh : Siapa, tiara,
biawak, siamang, dan seterusnya.
e.
Tanda trema dibubuhkan diatas akhiran an, apabila suku kata terakhir
menggunakan a :
Contoh : rabaȁn, sangkaȁn,
keadaȁn, perkataȁn, kekoewasaȁn.
Catatan : Hal tersebut disebabkan karena dalam bahasa
Belanda terdapat fonem aa seperti
pada kata – kata schakelaar, exemplaar,
mangaan, centrifugaal.
f.
Tanda trema dibubuhkan diatas akhiran i, dengan maksud untuk membedakan
diftong ai dengan akhiran i :
Contoh : moelaȉ, goelaȉ,
dihargaȉ, menamaȉ, menyukaȉ, dan sebagainya.
g.
Hamzah dari lambang bahaasa Arab diterapkan pada kata –
kata :
Contoh : ta`loek, ra`jat,
ta`at, ma`loem, moe`alim, dan lain sebagainya.
h.
Ain dari lambang bahasa Arab diterapkan pada kata – kata
:
Contoh : ‘alamat, ‘amal,
‘alim, ‘adil, ‘alam, dan sebagainya.
i.
Tanda hubung digunakan untuk menyatakan perulangan kata.
Contoh : main-main,
olèh-olèh, berlari-lari, anak-anakan.
j.
Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan kata majemuk
dan kata-kata :
Mèrah-padam, lalu-lintas,
ketjil-hati, keras-kepala, pandjang-tangan.
k.
Tanda kutip/ apostrof digunakan untuk memberi tanda yang
dipentingkan dan untuk kalimat tanya jawab :
Contoh : “Apakah saudara soedah setodjoe?”
“Soedah !”
“Pergilah sekarang !”
“Ia berkata lagi : sekarang soedah poekoel 12.00”
l.
Tanda – tanda lainnya digunakan seperti halnya dalam
penggunaan ejaan Soewandi dan EYD
m. Fonem – fonem z, ch, f, sj
digunakan untuk kata – kata yang berasal dari bahasa Arab :
Contoh : izin, zaman,
idjazah, djenazah, zakat, zimat, chasanah, choesoes, ichlas, fana, fakir,
fitnah, sjoekoer, sjaraf, dan sebagainya.
Dengan bantuan para ahli
bahasa, usaha perbaikan ejaan Ophuysen dilakukan dari tahun ke tahun dan baru
mendapat bentuk yang mantap pada tahun 1926, dua tahun sebelum Kongres Pemuda
yang diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober 1928.
C. Ejaan Soewandi (Republik)
Selama Kogres Pemuda Bahasa Indonesia I pada tahun
1938 di kota Solo telah dibicarakan untuk disempurnakan, karena masih dianggap
kurang praktis. Tetapi usaha pemyempurnaan tersebut kurang efektif, mengingat
situasi politik dan akibat Perang Dunia ke 2 di negara kita.
Setelah mengalami bermacam-macam proses selama
Pemerintahan Dai Nippon sampai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia maka pada
tanggal 19 Maret 1947 oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan Mr.
Soewandi dikeluarkan Surat Keputusan No. 264/Dhg.A/47 tentang perubahan dan
berlakunya Ejaan bahasa Indonesia. Ejaan baru inilah yang lebih dikenal sebagai
Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik.
Prinsip Ejaan
Soewandi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Ejaan Ophuysen, karena penggunaan fonem, tanda – tanda baca, dan
peraturannya hampir sama. Hanya saja ada beberapa hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik ini, yaitu :
1.
Huruf /oe/ diganti dengan /u/, seperti dalam kata berikut
:
Contoh : goeroe menjdi guru
itoe menjadi itu
oemoer menjdi umur
2.
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/, seperti
dalam kata berikut :
Contoh : tida’ menjadi tidak
Pa’ menjadi Pak
ma’lum menjadi maklum
3.
Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan,
seperti kata berikut :
Contoh : beramai-ramai menjadi be-ramai2
anak-anak menjadi anak2
berlari-larian menjadi
ber-lari-2an
berjalan-jalan menjadi
ber-jalan2
4.
Awalan di- dan
kata depan di kedua-duanya
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti berikut :
Contoh : diluar (kata
depan), dikebun (kata depan), ditulis (awalan), diantara
(katadepan), disimpan (awalan), dipimpin (awalan),
dimuka (kata depan), ditimpa (awalan), disini (kata depan).
5.
Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan
antar suku kata diftong, seperti kata berikut :
Contoh : Didjoempaϊ menjadi didjumpai
Dihargaϊ menjadi dihargai
Moelaϊ menjadi mulai
6.
Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi, seperti
pada kata berikut :
Contoh : ẻkor menjadi ekor
hẻran mejadi heran
mẻrah menjadi merah
berbẻda menjadi berbeda
7.
Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai
n untuk mengindahkan cara tulis.
Contoh : Menjtjuri menjdi mentjuri
Menjdjual menjadi mendjual
8.
Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan
akhiran dianggap sebagai suku-suku kata yang terpisah :
Contoh : be-rangkat menjadi ber-angkat
atu-ran menjadi atur-an
9.
Huruf-huruf q,
x, dan y tidak diatur
pemakainnya dalam ejaan. Huruf c hanya
dipakai dalam hubungannya dengan huruf ch.
D. Ejaan Melindo
Setelah Ejaan
Soewandi berjalan beberapa tahun, maka didalam Konsep Bahasa Indonesia II di Medan pada tahun 1954 diputuskan untuk
lebih disempurnakan. Hasil keputusan tersebut merupakan Konsep Ejaan Pembaharuan yang selesai pada tahun 1957.
Pada akhir tahun 1957 para penulis mulai pula
merasakan kelemahan yang terdapat pada Ejaan Republik itu. Ada kata-kata yang
sangat mengganggu penulisan karena ada satu bunyi bahas yang dilambangkan
dengan dua huruf, seperti dj, tj, sj, ng, dan ch. Para pakar bahasa menginginkan
satu lamabang untuk satu bunyi. Gagasan tersebut dibawa ke dalam pertemuan dua
Negara, yaitu Indonensia dan Malaysia. Dari pertemuan itu, pada akhir
tahun 1959 Sidang Perutusan Indonensia dan Melayu (Slametmulyana dan Syeh Nasir
bin Ismail, masing-masing berperanan sebagi ketua perutusan) menghasilkan
konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo
(Melayu-Indonesia).
Dalam konsep itu memperlihatkan bahwa satu bunyi
satu bahasa dilambangkan dengan satu huruf. Salah satu lambang itu adalah huruf
j sebagai pengganti dj, huruf c sebagai pengganti huruf tj, huruf η sebagai
pengganti ng, dan huruf ή sebagai pengganti nj.
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan Ejaan Melindo :
1.
sejajar sebagai
pengganti sedjadjar
2.
mencuci sebagai pengganti mentjutji
3.
meηaηa sebagai
pengganti dari menganga
4.
berήaήi sebagai pengganti berjanji
Ejaan Melindo tidak pernah
diresmikan. Di samping terdapat beberapa kesukaran teknis untuk
menuliskan beberapa huruf, politik yang terjadi pada kedua negara antara
Indonesia-Malaysia tidak memungkinkan untuk meresmikan ejaan tersebut.
Perencanaan pertama yang dilakukan dalam ejaan Melindo, yaitu penyamaan lambang
ujaran antara kedua negara, tidak dapat diwujudkan. Perencanaan kedua,
yaitu pelambangan setiap bunyi ujaran untuk satu lambang, juga tidak dapat
dilaksanakan. Berbagai gagasan tersebut dapat dituangkan dalam Ejaan bahasa
Indonensia yang disempurnakan yang berlaku saat ini.
E. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Perlu dikertahui bahwa sesuai
dengan perkembanan politik antara Republik Indonesia dengan Persekutuan Tanah
Melayu, pada tahun 1959 telah terjalin perjanjian persahabatan antara kedua
negara tersebut. Selain perjanjian yang bersifat politis, dibicarakan pula
tentang masalah bahasa. Maka terjadilah suatu konsep ejaan yang dikenal dengan Ejaan Melindo.
Tetapi, mengingat situasi politik
antara kedua negara pada tahun – tahun berikutnya, kosep tersebut rupanya sulit
untuk diresmikan.
Sebagai tindak lanjut penyempurnaan
Ejaan Soewandi adalah menjadi tugas
Lembaga Bahasa dan Kesusasteraan yang kemudian ditingkatkan fungsinya menjadi
Lembaga Bahasa Nasional pada tahun 1968.
Konsep – konsep ejaan yang telah
dihasilkan dan dikaji beberapa kali, akhirnya ditetapkan sebagai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atas
dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.03/A.I/72 tertanggal
20 Mei 1972.
Ejaan Yang
Disempurnakan itu dinyatakan secara resmi dan berlaku mulai tanggal 17
Agustus 1972 dengan Surat Keputusann Presiden Republik Indonesia No.52 tahun
1972. Berikut adalah pedoman penggunaan EYD.
1.
Abjad
Abjad yang
digunakan dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf yang terdiri dari :
Huruf
Besar/ kecil Pengucapan Huruf Besar/kecil Pengucapan
A a a L l el
B b be M m em
C c ce N n en
D d de O o o
E e e P p pe
F f ef Q q ki
G g ge R r er
H h ha S s es
I i i T t te
J j je U u u
K k ka V v fe
Huruf Besar/Kecil
|
Pengucapan
|
|
W
|
w
|
we
|
X
|
x
|
eks
|
Y
|
y
|
ye
|
Z
|
z
|
zet
|
2.
Huruf Vokal
a, i, u, e, o
Contoh : arang, mati, basah, izin, paling,
bilang, emas, serba, partikel, media, usang, ulang, susut, baru.
3.
Huruf Diftong
Ada tiga hruruf diftong, antara lain : ai, au, oi
4.
Gabungan Huruf Konsonan
Ada empat gabungan huruf
konsonan, antara lain : kh, ng, ny, sy.
Ejaan Yang Disempurnakan ini merupakan
penyempurnaan dari ejaan – ejaan seblumnya yang merupakan hasil kerja dari
Panitia Ejaan Bahasa Indonesia yang dibentuk oleh LBK (Lembaga Bahasa dan
Kesusasteraan) pada tahun 1966. Sampai saat ini EYD masih digunakan.
F. Ejaan Indonesia Lama
Dahulu
masyarakat Indonesia sebelum mengenal Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
menggunakan Ejaan Indonesia Lama untuk menulis. Cara penulisan Ejaan Indonesia
Lama dengan EYD sangat berbeda terutama dari hurufnya. Pada Ejaan Indonesia
Lama, menggunakan satu bunyi dilambangkan dengan dua huruf. Ini sangat berbeda
dengan EYD yang kita kenal sekarang. Berikut adalah beberapa bentuk ejaan
Indonesia Lama :
1.
dj sama denga j
Huruf j dimasa lalu adalah dj. Sedangkan pada masa sekarang dj menjadi j.
Contoh : Djakarta (Jakarta), djembatan (jembatan), djalan (jalan), dan lain
sebaainya.
2.
j sama dengan y
huruf y dimasa lalu adalah j.
Sedangkan pada masa sekarang j menjadi
y.
Contoh : Jogjakarta
(Yogyakarta), pepaja (pepaya), supaja (supaya), dan lain sebagainya.
3.
tj sama dengan u
huruf c dimasa lalu adalah tj. Sedangkan
dimasa sekarang tj menjadi c.
Contoh : Pantjasila
(Pancasila), pantji (panci)
4.
oe sama dengan u
Huruf u di masa lalu adalah oe.
Sedangkan di pada masa sekarang oe menjadi u.
Contoh: oelar (ular), goeroe (guru), soekar (sukar), boekoe (buku)
5.
nj sama dengan ny
Huruf ny di masa lalu
adalah nj. Sedangkan di pada
masa sekarang nj menjadi ny.
Contoh: njonja (nyonya), njali
(nyali), njala (nyala), tanja (tanya)
6.
sj sama dengan sy
Huruf sy di masa lalu
adalah sj. Sedangkan di pada
masa sekarang sj menjadi sy.
Contoh: moesjawarah (musyawarah),
sjarat (syarat), sjair (syair), sjafa'at (syafaat)
7.
ch sama dengan kh
Huruf kh di masa lalu
adalah ch. Sedangkan di pada
masa sekarang ch menjadi kh.
Contoh: achir (akhir), chalajak (khalayak), chas
(khas), chasiat (khasiat)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas mengenai Ejaan – ejaan yang pernah
digunakan di Indonesia mulai dari Ejaan
van Ophuysen, Ejaan Soewandi, Ejaan Melindo, Ejaan Indonesia lama, dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dapat
ditarik kesimpulan, antara lain :
1.
Ejaan van Ophuysen
Ejaan ini pertama kali dirintis oleh Ch.A van Ophuysen,
beliau melakukan itu atas dasar surat Putusan Pemerintah Kerajaan Belanda
NO.104/1871, perihal penggunaan bahasa Melayu dan pemberian fasilitas
pendidikan untuk bangsa pribumi. Ejaan yang digunakan adalah ejaan bahasa
Melayu dengan menggunakan huruf Latin.
Contohnya :
1)
Beberapa toekang ojèk moelaȉ beroebah profèsi
2)
Iboe menjoeal koewe di pasar
3)
Ra`jat haroes ta`at pada peratoerȁn pemerintah
2.
Ejaan Soewandi (Ejaan Republik)
Pada tanggal 19 Maret 1947 oleh Menteri Pengajaran,
Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi dikeluarkan Surat Keputusan No.
264/Dhg.A/47 tentang perubahan dan berlakunya Ejaan bahasa Indonesia. Ejaan
baru inilah yang lebih dikenal sebagai Ejaan
Soewandi atau Ejaan Republik.
Contoh :
1)
Pak guru memarahi anak2 karena ramai
2)
Pentjuri itu dibawa ke kantor polisi
3)
Ayah suka ber-jalan2 di alun2 kota.
3.
Ejaan Melindo
Pada akhir tahun 1957 para penulis mulai pula merasakan
kelemahan yang terdapat pada Ejaan Republik. Ada kata-kata yang sangat
mengganggu penulisan karena ada satu bunyi bahas yang dilambangkan dengan dua
huruf, seperti dj, tj, sj, ng, dan ch. Para pakar bahasa menginginkan satu
lamabang untuk satu bunyi. Gagasan tersebut dibawa ke dalam pertemuan dua
Negara, yaitu Indonensia dan Malaysia. Karena pertemuan tersebut, maka
konsep ejaan barupun muncul dan dikenal sebagai Ejaan Melindo.
Contoh :
1)
Kakak selalu mencuci sepeda motor setiap Minggu
2)
Dia meɳakui kesalahanήa sendiri
3)
Adik mendapatkan buku kenaɳan saat perpisahan sekolahήa
4)
Kakak sibuk mencari pensilήa yang hilang.
4.
Ejaan Indonesia Lama
Sebelum mengenal EYD
seperti sekarang ini, masyarakat Indonesia masih menggunakan Ejaan Indoensia
Lama. Berikut adalah contoh kalimat yang menggunakan Ejaan Indonesia Lama :
Contoh :
1)
Jogjakarta adalah kota pelajar
2)
Pantjasila adalah dasar negara Indonesia
3)
Dèsa ini boetoeh seboeah djembatan baroe
4)
Sate adalah makana chas dari Madoera
5.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang
Disempurnakan itu dinyatakan secara resmi dan berlaku mulai tanggal 17
Agustus 1972 dengan Surat Keputusann Presiden Republik Indonesia No.52 tahun
1972. Ejaan inilah yang bangsa Indonesia gunakan hingga sekarang.
Contoh :
1)
Ibu membeli gula di pasar
2)
Anak – anak kecil bermain bola di lapangan setiap sore
hari
3)
Ayah membaca koran setiap pagi
4)
Kakak pergi kuliah bersama temannya
B. Saran
Sebagai rakyat Indonesia, kita harus dapat menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Jangan merasa bangga dengan bahasa yang
bukan bahasa Indonesia, tapi berbanggaah dengan bahasa kita, yaitu bahasa
Indonesia.
Kita juga perlu mempelajari bahasa selain bahasa
Indonesia, bahasa Inggris misalnya. kita boleh memahami atau bahkan lancar
berbahasa Inggris dengan baik. Tetapi kita juga tidak boleh lupa dengan bahasa
persatuan kita, yaitu bahasa Indonesia. Karena para ilmuan dan orang – orang
yang berpengaruh terhadap terciptamya bahasa Indoensia tidak pernah lelah untuk
melakukan penyempurnaan terhadap bahasa Indoensia hingga dapat kita gunakan
dengan mudah saat ini. Maka dari itu banggalah dengan bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Suhaedja, Edja, dkk. 1983.
Bahasa Indonesia I. Jakarta : PT.
Palem Jaya Ariadne
Waridah, Ernawati. 2008.
EyD & Seputar Kebahasaan – Indonesiaan. Jakarta Selatan : Kawan Pustaka
Ahmadi, Anas, dkk. 2015. Menulis Ilmiah : Buku Ajar MPK Bahasa
Indonesia. Surabaya : Unesa University Press
Sumber Lain :
http://evaeempuy.blogspot.co.id/2011/02/karya-ilmiah_28.html
http://tjinta.mywapblog.com/bahasa-indonesia-ejaan-lama-dj-j-j-y-tj.xhtml
https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/EYD
https://hestilawinisari.wordpress.com/2011/11/14/jenis-ejaan-yang-pernah-digunakan-di-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar